2 Faktor Ini Bikin Saham BRIS Terus Melaju? Begini Peluangnya
Harga saham BRIS terus melaju mendekati harga tertinggi saat bank syariah itu mengumumkan rencana merger jumbo. Kira-kira, kenapa saham BRIS bisa meroket? sejauh apa peluang kenaikannya?
Mikirduit – Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) terus menjadi salah satu saham fenomenal di 2024 setelah naik hampir 85 persen sepanjang 2024. Kira-kira, apa yang membuat saham BRIS menguat drastis? berikut ulasan prospek saham BRIS ke depannya.
BRIS baru merilis kinerja kuartal II/2024 pada awal September 2024 karena ada kebutuhan audit. Dari hasil kinerja tersebut, BRIS mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 20,28 persen menjadi Rp3,39 triliun.
Kenaikan laba bersih itu didorong oleh penurunan pencadangan yang sebesar 32,93 persen menjadi Rp1,13 triliun.
Dari segi pendapatan bagi hasil bersih, BRIS hanya mencatatkan kenaikan 2,83 persen menjadi Rp8,78 triliun. Hal itu disebabkan adanya kenaikan beban bagi hasil sebesar 38,97 persen menjadi Rp3,86 triliun. Meski, pendapatan dari penyaluran dana perseroan naik 11,7 persen menjadi Rp12,64 triliun.
Secara risiko aset, BRIS bisa dibilang cukup bagus dengan kondisi suku bunga tinggi seperti saat ini. Keberanian BRIS memangkas anggaran pencadangan berhubungan erat dengan kinerja rasio pembiayaan bermasalah atau NPF gross yang turun menjadi 1,99 persen dibandingkan dengan 2,31 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Begitu juga dengan NPF net yang turun menjadi 0,56 persen dibandingkan dengan 0,62 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Lalu, apakah hanya karena faktor kinerja keuangan yang oke itu saham BRIS meroket? jawabannya tentu saja tidak.
Deretan Faktor yang Membuat Saham BRIS Meroket
Dalam sepekan terakhir, aksi beli asing di saham BRIS mencapai Rp571 miliar. Sementara itu, dalam rilis laporan keuangan kuartal II/2024, BRIS sempat melakukan audit yang menjadi pertanda ada rencana aksi korporasi. Untuk itu, kami menilai ada beberapa indikasi yang membuat saham BRIS terus meroket:
Peluang BRIS Masuk MSCI Large Cap
BRIS sempat digadang-gadang untuk masuk ke indeks global seperti MSCI, yang tersiar masuk saat ada rebalancing Agustus 2024. Namun, BRIS malah masuk ke indeks global skala large cap lainnya, yakni FTSE.
MSCI bakal melakukan review lagi pada 6 November 2024. Ada kemungkinan, asumsi BRIS masuk ke MSCI large cap kembali menguat. Apalagi, dengan transaksi yang cukup tinggi serta geliat investor asing di saham BRIS dalam 3 tahun terakhir juga cukup atraktif.
Sebenarnya, BRIS sudah sempat masuk ke MSCI small caps pada 2020, tapi hanya setahun, saham tersebut langsung didepak dari indeks global.
Masuknya Investor Strategis Pengganti BBNI dan BBRI
Selain masalah indeks global, ada satu sentimen yang masih ditunggu-tunggu realisasinya, yakni rencana divestasi saham BRIS oleh BBNI dan BBRI untuk membuka jalan bagi investor strategis masuk. Sebenarnya, kabar ini sudah muncul sejak awal 2023, tapi belum terealisasi hingga jelang tutup tahun 2024.
Update terakhir terkait rencana divestasi saham BRIS juga masih abu-abu. Dikutip dari CNBC Indonesia, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan rencana divestasi belum dapat terealisasi karena masih melihat kondisi pasar.
Rencana awalnya, BBNI dan BBRI menjual kepemilikan sahamnya di BRIS kepada mitra strategis dari TImur Tengah yang memiliki expertise di bidang perbankan syariah. Namun, hingga Mei 2024, ada kabar tidak sedap terkait belum menemukan investor strategis yang cocok. Bahkan, muncul opsi untuk meningkatkan porsi saham publik.
Sebagai catatan, saat ini, pemegang saham terbesar BRIS adalah BMRI sebesar 51,47 persen. Lalu, ada BBRI dan BBNI yang masing-masing 23,24 persen dan 15,38 persen, sedangkan sisanya 10 persen adalah publik, serta ada 1 lembar saham milik Pemerintah Negara Republik Indonesia.
Jika dihitung dengan harga pasar per 18 September 2024, total nilai kepemilikan BBNI dan BBRI di BRIS itu mencapai Rp55,21 triliun. Jika keduanya melepas maksimal 20 persen ke publik, jelas itu akan jadi alamat buruk untuk tren pergerakan harga sahamnya ke depan.
Artinya, bisa meningkatkan supply saham di perorangan yang membuat harga saham bisa tertekan. Harga BRIS bisa terjaga naik sampai saat ini karena investor perorangan lokal hanya sebesar 2 persen dari total seluruh saham BRIS. Sisanya, 90 persen saham dipegang oleh perbankan, yang pastinya ketiga bank BUMN tersebut, serta 4,32 persen investor asing institusi, sedangkan sisanya dari institusi seperti reksa dana, yayasan, dan dana pensiun.
Namun, risiko terbesar itu bisa urung terjadi karena BRIS sudah mengaudit laporan keuangan kuartal II/2024. Ekspektasinya ada aksi korporasi yang terjadi. Namun, jika sampai terjadi pergantian Menteri BUMN di Oktober 2024 belum ada aksi korporasi, bisa mengubah lanskap rencana aksi korporasi juga. Pasalnya, beda menteri bisa berbeda kebijakan seperti saat pergantian menteri dari Rini Soemarno ke Erick Thohir, kala itu Rini Soemarno mau bikin holding BUMN perbankan, tapi dibatalkan Erick dan diganti jadi holding BUMN ultra mikro yang dipimpin BBRI.
Kesimpulan
Harga saham BRIS sudah naik terlalu tinggi, kenaikan ini sudah menuju ke level tertinggi perseroan saat melakukan aksi korporasi besar, yakni merger 3 bank syariah milik BUMN (BRIS, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri) pada 2021.
Secara valuasi, harga saham BRIS juga sudah cukup mahal dengan price to book value sebesar 3,48 kali. Jika dibandingkan dengan saham big bank, harga saham BRIS sudah lebih mahal dari BMRI maupun BBRI yang merupakan induk perseroan. Sehingga jika baru masuk ke saham BRIS saat ini tingkat risikonya cukup besar.
Apalagi, jika ending dari divestasi saham BRIS oleh BBNI dan BBRI justru melepas saham ke publik. Hal itu berpotensi menekan harga karena supply saham di publik meningkat.
Sebagai informasi, harga wajar BRIS jika dihitung dengan PBV Justified itu sekitar Rp1.709 per saham dengan tingkat PBV 1,89 kali.
Bagi yang sudah punya, apalagi di bawah harga Rp2.000 per saham bisa menikmati perjalanan kenaikannya, tapi bagi yang belum punya dan ingin masuk harus punya pertimbangan yang matang, seperti tujuannya harus sangat jangka pendek jangan jangka panjang.
Mulai Langkah Investasi Saham-mu Bersama Mikirdividen
Kamu bisa mengetahui gambaran benefit jadi member mikirdividen dengan klik di sini.
Secara umum, kamu akan mendapatkan beberapa benefit dengan menjadi member mikirdividen seperti:
- Analisis 31 Saham Dividen yang Cocok untuk Investasi Jangka Panjang (Di-update fundamentalnya per 3 bulan dan harga wajar secara real-time)
- 24 Digest, Publikasi bulanan yang bisa memandumu investasi saham dengan fenomena yang bakal terjadi di bulan selanjutnya
- Grup Diskusi di Whatsapp
- Event Online Bulanan
Kamu bisa jadi member Mikirdividen dengan Harga Diskon 33% menjadi Rp400.000 per tahun. Untuk join jadi member bisa klik di sini. | Promo Paket Ini Berlaku Hingga 31 Desember 2024
Selain itu ada promo lainnya seperti:
- Paket Lengkap Mikirdividen 1 Tahun + Paket e-Book Saham Pertama: DISKON 44% menjadi Rp500.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket ini hanya berlaku hingga 30 September 2024
- Paket e-Book Saham Pertama dengan Benefit (e-Book Saham Pertama, Rekaman Event Saham Pertama, Kalkulator Harga Wajar): DISKON 33% menjadi Rp200.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket Ini Berlaku hingga 31 Desember 2024
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini
Referensi
- CNBC Indonesia, 20 Agustus 2024, Wamen BUMN Ungkap Update Soal Rencana Divestasi BRIS
- CNBC Indonesia, 21 Mei 2024, Investor Strategis Belum Cocok, BRIS Mau Perbesar Saham Publik