3 Saham Big Caps Diskon, PE di Bawah 10 dan PBV di Bawah 1, Tanda Sudah Murah?
Meski IHSG sudah menuju all time high lagi, tapi ada 3 saham big caps yang masih diskon dengan asumsi PE di bawah 10 dan PBV di bawah 1. Siapa saja mereka?
Mikirduit – Salah satu indikator saham murah dengan asumsi klasik adalah PBV di bawah 1 kali, sedangkan PE di bawah 10 kali. Untuk itu, kami mencoba mencari saham yang memiliki PBV di bawah 1 kali, serta PE di bawah 10 kali secara bersamaan. Apakah saham ini benar-benar sudah murah?
Dalam mencari asumsi wajar dari valuasi relatif itu ada banyak cara. Mulai dari PBV atau PE band yang dibandingkan dengan periode historis tertentu, perbandingan PBV dan PE secara sektoral, perhitungan PBV atau PE justified dengan formula khusus, hingga menggunakan angka tetap seperti PBV di bawah 1 kali dan PE di bawah 10 kali.
Kami pun tidak terlalu terpatok dengan rules harga saham murah dengan PBV di bawah 1 kali dan PE di bawah 10 kali. Alasannya, saham yang berada di area tersebut belum tentu murah jika sepanjang perjalanan pergerakan harga sahamnya memang dihargai di level tersebut.
Namun, kami akan mencoba mengulas kelima saham yang sesuai dengan indikator tersebut, serta mengulas secara keseluruhan apakah saham itu sudah murah atau belum. Berikut 3 saham dengan market cap terbesar yang posisi PBV di bawah 1 kali dan PE di bawah 10 kali.
Saham INKP
Hingga data 14 Agustus 2024, PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) memiliki PBV sebesar 0,44 kali, sedangkan PE sebesar 6,53 kali. Untuk menilai apakah saham ini murah, kami akan mencoba perbandingkan dengan beberapa formula perhitungan harga wajar valuasi relatif tersebut.
Pertama, secara PE band Mean rata-rata 5 tahunnya, harga saham INKP memang masih murah dengan asumsi posisi PE di bawah rata-rata 5 tahunnya yang sebesar 7,6 kali. Lalu, secara PBV band Mean rata-rata 5 tahunnya, harga saham INKP juga masih murah dengan asumsi posisi PBV di bawah standard deviasi -1 5 tahun terakhir yang sebesar 0,49 kali.
Kedua, jika dibandingkan secara sektoral, kami menggunakan PBV, karena beberapa peers INKP mencatatkan kerugian, posisi PBV INKP masih di bawah rata-rata sektoral yang sebesar 0,4 kali.
Ketiga, dengan angka PBV dan PE justified, hasil dari valuasi PE justified INKP agak anomali. Hal itu disebabkan tingkat pertumbuhan dividen yang rendah sehingga kurang cocok dengan formula ini. Dari hitungan kami, PE justified dengan perhitungan cost of equity dengan dividend capitalization model, hasilnya 1,75 kali, sedangkan dengan perhitungan cost of equity dengan CAPM menjadi 0,42 kali.
Sementara itu, untuk hasil dari PBV justified, posisi wajarnya sekitar 1,04 kali. Dengan begitu harga wajarnya bisa mencapai Rp19.000-an (karena book value per sahamnya saat ini sekitar Rp19.000-an per saham.
Dari ketiga indikator itu, kita bisa nilai kalau saham INKP masih cukup murah. Namun, untuk memastikan beli atau tidak, kita perlu pastikan kenapa harga saham INKP dihargai murah saat ini?
Jika dilihat kinerja INKP hingga semester I/2024, ada beberapa sumber tekanan saham kertas Grup Sinarmas tersebut.
Pertama, kinerja keuangannya masih mencatatkan penurunan. Pendapatan INKP turun 16,99% menjadi 1,6 miliar dolar AS. Namun, dari segi laba bersih terlihat naik 3,81 persen menjadi 278,76 juta dolar AS. Hal itu lebih disebabkan adanya keuntungan selisih kurs senilai 89,96 juta dolar AS.
Sementara itu, dari segi laba kotor turun 21,47 persen menjadi 538,45 juta dolar AS. Dengan kondisi ini, tingkat gross profit margin INKP turun menjadi 33,59 persen dibandingkan dengan 35,51 persen. Artinya, ada tekanan dari sisi biaya operasional.
Penurunan penjualan INKP sangat terasa dari segi ekspor. Artinya, permintaan ekspor yang lemah membuat pendapatan turun.
Kedua, dari sisi utang berbunga juga mencatatkan kenaikan, terutama utang jangka panjang sebesar 28,35 persen menjadi 2,14 miliar dolar AS. Secara keseluruhan tingkat utang berbunga INKP pada semester I/2024 naik 11,69 persen menjadi 3,8 miliar dolar AS.
Lalu, apakah kondisi itu masalah?
Sebenarnya tidak terlalu masalah mengingat tingkat debt to Equity rasio (DER) masih terjaga di 0,6 kali.
Dengan indikator interest coverage rasio (ICR) dengan data twelve trailing month, posisi INKP masih cukup bagus sebesar 2,29 kali. Artinya, laba operasional INKP dalam setahun masih mampu membayar beban bunga hingga 2 tahun ke depan. Apalagi, tingkat utang INKP juga digunakan untuk ekspansi bisnis yang lagi berjalan.
Ketiga, rencana operasional pabrik baru INKP dipastikan mundur. Mengutip dari Bisnis.com, Direktur Keuangan INKP Kurniawan Yuwono mengatakan pihaknya melakukan penyesuaian nilai investasi karena mempertimbangkan kondisi ekonomi global dan geopolitik.
Hal itu membuat pabrik White Paper yang tadinya siap beroperasi pada kuartal III/2024, terpaksa mundur ke kuartal II/2025. Lalu, produksi paper brown yang harusnya beroperasi pada kuartal IV/2024 harus dimundurkan jadi kuartal I/2025, sedangkan pabrik White Paper kedua diperkirakan beroperasi pada kuartal III/2025, jadi mundur hingga kuartal II/2027.
Dengan berbagai faktor tersebut, kami menilai penurunan harga saham INKP saat ini cenderung sementara. Jika operasional pabrik pulih dan permintaan ekspor produk pulp and paper juga membaik, kinerja INKP bisa kembali bertumbuh bersamaan dengan kenaikan harga sahamnya.
Saham INDF
Hingga data 14 Agustus 2024, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki price book to value sebesar 0,91 kali, sedangkan price to earning rasio (PE) sekitar 8,66 kali. Apakah artinya INDF sudah cukup murah?
Pertama, secara PE band rata-rata 5 tahunnya, posisi PE INDF saat ini masih murah karena sedikit di bawah rata-rata 5 tahunnya yang sebesar 9,2 kali. Sementara itu, posisi PBV INDF juga terlihat cukup murah dengan posisi di bawah standard deviasi -1 5 tahunnya yang ada di 0,99 kali, sedangkan PBV Mean 5 tahunnya ada di 1,28 kali.
Kedua, jika dibandingkan dengan peers di sektor consumer goods besar seperti, MYOR, SIDO, UNVR, dan KLBF, posisi PE INDF masih di bawah rata-rata sektoral 20,2 kali. Rasio PBV INDF juga masih di bawah rata-rata sektoral yang sebesar 11,5 kali.
Ketiga, jika menggunakan PE dan PBV justified, posisi INDF saat ini masih bisa dibilang murah juga. PE justified INDF dengan menggunakan proyeksi laba bersih dan dividen di 2024 sebesar 6,18 kali. Jika dikalikan dengan proyeksi laba bersih 2024, harga wajarnya di Rp7.212 per saham.
Lalu jika dihitung dengan PBV justified, posisi wajarnya ada di 0,97 kali. Jika dikalikan dengan nilai buku per saham senilai Rp6.943 per saham, harga wajarnya ada di Rp6.735 per saham.
Pertanyaannya, kenapa harga saham INDF bisa dihargai murah?
Pertama, Tren kinerja keuangan INDF dari segi laba bersih mencatatkan penurunan signifikan. Sampai semester I/2024, laba bersih INDF turun sebesar 30,76 persen. Padahal, dari segi pendapatan naik 2,16 persen menjadi Rp57,29 triliun, sedangkan laba kotor naik sebesar 14,45 persen menjadi Rp19,8 triliun.
Penyebab penurunan laba bersih INDF adalah adanya kerugian kurs mata uang yang mencapai Rp3,09 triliun dibandingkan dengan sebelumnya yang tidak ada. Ditambah, beban bunga INDF juga naik sebesar 25,98 persen menjadi Rp2,05 triliun.
Kedua, terkait tingkat utang, INDF mencatatkan kenaikan sebesar 13,88 persen menjadi Rp73,39 triliun pada semester I/2024. Kenaikan tingkat utang INDF terbesar datang dari pinjaman jangka pendek sebesar 37,02 persen menjadi Rp25,02 triliun.
Jika menghitung tingkat debt to Equity rasio utang berbunga dengan ekuitas terhadap entitas induk, DER INDF cukup tinggi sebesar 1,2 kali.
Meski begitu, tingkat utang INDF masih dalam kategori aman karena jika dihitung interest coverage rasio (ICR) masih sebesar 3,2 kali. Artinya, dengan laba operasional twelve trailing month per kuartal II/2024, INDF tetap bisa bayarbunga utang selama 3 tahun ke depan.
Sementara itu, ada beberapa peluang bagi INDF ke depannya, seperti penurunan harga gandum dunia ke level terendah pada 2020 yang bisa membuat margin keuntungan INDF meningkat.
Ditambah, untuk periode 2024, INDF bisa mendapatkan berkah dari bisnis CPO karena biaya pupuk yang lebih rendah serta potensi kenaikan rata-rata harga jual bisa makin mempermanis margin keuntungan perseroan di sektor tersebut.
Di sisi lain, tantangannya dalam jangka menengah panjang adalah adanya periode gelanting yang bakal dialami oleh LSIP dan SIMP yang bisa mengganggu kontribusi pendapatan dari bisnis CPO perseroan.
Secara umum, tidak ada masalah dengan internal manajemen. Tingkat utang yang tinggi pun masih bisa dikendalikan dengan karakter bisnis INDF lebih cenderung defensif. Sehingga posisi murah ini bisa jadi kesempatan masuk bertahap. Apalagi, secara dividen, INDF lebih menarik dibandingkan dengan ICBP.
Saham BNGA
PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) menjadi salah satu saham yang sudah berada di area murah jika menggunakan metriks P BV di bawah 1 kali, sedangkan PE di bawah 10 kali.
BNGA mencatatkan posisi PBV saat ini sekitar 0,92 kali, sedangkan secara PE sebesar 6,86 kali. Berhubung ini adalah saham bank, kami akan fokus menggunakan PBV.
Pertama, secara PBV band dalam 5 tahun terakhir, posisi saham BNGA bisa dbilang cukup mahal. Pasalnya, PBV Band BNGA berada di atas standard deviasi -1, yakni 0,92 kali. Artinya, meski PBV BNGA sudah di bawah 1 kali, tapi secara PBV band masih terhitung cukup mahal.
Kedua, secara sektoral, kami akan membandingkan BNGA dengan beberapa bank menengah seperti, NISP, BDMN, BJBR, dan BBTN. Rata-rata PBV sektoral bank menengah ada di angka 0,6 kali. Dengan begitu, saham BNGA menjadi salah satu emiten yang cukup mahal mengingat PBV-nya berada di sekitar 0,9 kali.
Ketiga, dengan PBV justified, BNGA dianggap wajar dengan PBV sebesar 1,03 kali. Jika dihitung dengan book value per share terbaru sekitar Rp1.971 per saham, berarti harga wajar BNGA ada di Rp2.039 per saham. Jika mengacu ke perhitungan ini, harga saham BNGA saat ini masih cenderung murah.
Dengan kondisi hasil valuasi yang cukup mix begini, jadi seberapa menarik saham BNGA ke depannya, terutama peluang ada investor yang mau menawar lebih tinggi lagi?
Jika dilihat secara sektoral, bisnis bank menengah seperti BNGA cenderung mendapatkan tekanan dari sisi cost of fund, atau biaya yang dikeluarkan saat bayar bunga simpanan ke nasabah. Namun, jika melihat kinerja BNGA per semester I/2024, perseroan masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 5,38 persen menjadi Rp3,4 triliun. Apakah artinya BNGA kebal terhadap tekanan cost of fund?
Jawabannya tidak juga, secara umum bisnis inti BNGA sebagai intermediasi (menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan menjadi kredit) memiliki kinerja sesuai siklus saat suku bunga tinggi. Pendapatan bunga bersih BNGA turun 2,63 persen menjadi Rp6,65 triliun dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Dari segi net interest margin (NIM) BNGA juga mencatatkan penurunan menjadi 4,21 persen dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya sebesar 4,61 persen.
Lalu, apa yang membuat laba bersih BNGA naik?
BNGA masih punya ruang penurunan pencadangan untuk antisipasi NPL. Dengan tingkat NPL Coverage masih di 250 persen, BNGA menurunkan anggaran pencadangan sebesar 42 persen menjadi Rp874 miliar dibandingkan dengan Rp1,51 triliun pada periode sama tahun sebelumnya. Hal itu membuat catatan laba bersih BNGA cenderung positif.
Apakah tren ini akan terus berlanjut? kami menilai posisi anggaran pencadangan BNGA sudah berada di level rendah. Jika NPL Coverage turun mendekati 200% lagi, ada kemungkinan BNGA mulai menaikkan pencadangan. Hal itu bisa membuat laba bersih BNGA tertekan.
Apalagi, jika dilihat data semester I/2024, tingkat NPL gross (rasio kredit bermasalah setelah pencadangan) turun menjadi 2,15 persen dibandingkan dengan 2,53 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Namun, data NPL net perseroan naik menjadi 0,79 persen dibandingkan dengan 0,75 persen. Angka ini masih cukup baik, tapi bisa jadi pemicu penurunan laba bersih jika akhirnya BNGA terpaksa mulai menaikkan beban pencadangan lagi.
Jika nantinya BNGA masuk fase menaikkan pencadangan, tren laba bersih mulai tertekan, di sini jadi risiko harga saham BNGA. Untuk itu, kami tetap menilai saham BNGA dengan valuasi PBV Band 5 tahun, yang mana posisi saat ini cukup berisiko dengan prospek kinerja yang turun.
Penurunan suku bunga di sisa tahun ini tidak akan cukup jadi alasan untuk terus menurunkan pencadangan. Sehingga risiko sampai 2025 tetap terbuka.
Kesimpulan
Dari kesimpulan ini, setiap strategi membaca valuasi bisa menghasilkan data yang berbeda. Jadi, sebenarnya valuasi saham ini hanya sebagai alat untuk melakukan screening saham. Dari situ, kita sebagai investor harus jeli melihat prospek kinerja jangka pendek maupun menengah dibandingkan dengan posisi harga saat ini.
Dari hasil riset 3 saham ini, kami menilai INDF dan INKP menarik. Namun, untuk INDF harus diperhatikan tren kenaikan harganya cenderung terbatas karena lini bisnisnya ada yang berlawanan seperti bisnis hulu CPO dengan produk consumer goods dengan bahan baku CPO. Kenaikan dan penurunan harga CPO akan memberikan efek ganda. Namun, dalam jangka pendek tren penurunan harga gandum akan jadi angin segar untuk INDF.
Sementara itu, INKP menjadi saham yang cukup menarik jika ingin mengejar tingkat capital gain dalam jangka menengah. Pasalnya, jika ekonomi di 2025 pulih, kinerja INKP bisa kembali bertumbuh, dan harga sahamnya kembali meningkat.
Lalu, untuk BNGA, kami memilih untuk wait and see hingga harga sahamnya lebih murah dan menarik untuk masuk saat kinerjanya mulai masuk periode pemulihan.
Event Perdana Mikirduit: Saham Pertama, step by step investasi saham hingga bisa taking profit
Mikirduit bakal mengadakan event online secara umum pada 31 Agustus 2024 pukul 10:00 Wib sampai dengan selesai. Event ini terbatas hanya untuk 150 peserta.
Kami sudah membuka penjualan tiket pre-sale periode 1 hingga 17 Agustus 2024 dengan harga Rp150.000 (dari harga normal Rp300.000).
Benefit join event:
- Harga tiket event termasuk e-Book panduan investasi saham ala Mikirduit bertajuk Saham Pertama
- Review 10 saham untuk investing jangka panjang yang ada dalam e-Book
- Grup belajar dan diskusi (bukan grup rekomendasi saham) after event selama sebulan
Beli tiket harga pre-sale Periode 1 di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini