5 Cara Memilih Saham Dividen yang Mengutungkan Jangka Panjang
5 cara memilih saham dividen yang menguntungkan jangka panjang ini jadi jalan kamu untuk bangun pendapatan pasif dari nol. Berikut ini tips untung dalam investasi saham dividen.
Mikirduit – Siapa yang bertanya-tanya bagaimana cara memilih saham dividen yang menguntungkan. Pasalnya, kamu pasti akan berada dibayang-bayang kejebak di dividen trap jika asal beli. Untuk itu, kami akan kasih tips untung dalam investasi saham dividen.
Kami menghimpun ada empat cara memilih saham dividen yang menguntungkan secara konsisten. Berikut caranya.
Cari Tahu Apakah Saham Terkait Rutin Bagi Dividen atau Nggak?
Hal pertama yang dilakukan adalah cari tahu apakah saham tersebut rutin bagi dividen atau tidak. Hack cara tahu saham bagi dividen rutin atau nggak sudah kami buat di artikel ini: Baca Juga: 5 Cara Mendapatkan Pendapatan Pasif dari Dividen Secara Rutin.
Dalam poin di sini, kami ingin memperjelas metriks saham itu bagi dividen rutin yang menguntungkan antara lain:
- Selalu bagi dividen setidaknya 10 tahun terakhir atau sejak IPO
- Tingkat dividen yield stabil, tidak fluktuatif
- Jika ada pembagian dividen interim, sifatnya konsisten bukan angin-anginan
Baca Juga: Mengenal Saham Dividen, Berikut Istilah yang Wajib Dipahami
Dengan tiga metriks itu, kamu bisa tahu cara memilih saham dividen yang menguntungkan untuk jangka panjang.
Cek Fundamental dan Kesehatan Keuangan Saham
Setelah menemukan saham yang rutin bagi dividen, kamu juga perlu cek fundamental dan kesehatan keuangan saham nih. Beberapa indikator yang perlu di cek antara lain:
- Cek kesehatan utang yang biasanya dinilai dengan rasio debt to equity ratio (DER). Namun, rasio DER tidak berlaku untuk saham perbankan ya. Semakin tinggi tingkat rasio DER, berarti semakin besar risiko utang saham tersebut. Risiko utang perlu kita cek untuk mengetahui prospek risiko kesehatan keuangan saham di masa depan. Soalnya, untuk memilih saham dividen yang menguntungkan, kita cenderung investasi dalam jangka panjang.
- Cek arus kas operasional positif, ini menjadi indikator utama kalau bisnis perusahaan ini menghasilkan uang. Walaupun, seharusnya kalau saham rutin bagi dividen seharusnya arus kas operasional positif.
- Cek cadangan saldo laba ditahan yang penggunaannya belum ditentukan. Jika nilainya cukup besar (indikator besar bisa setara 50 persen hingga lebih dari 100 persen pendapatan perusahaan), berarti suatu saat akan ada momen dividen jumbo yang diambil dari saldo laba ditahan tersebut.
- Cek sumber laba bersih emiten. Pastikan, laba bersih emiten itu berasal dari operasional bisnisnya bukan dari pendapatan non-operasional. Dengan pendapatan mayoritas di atas 80 persen dari operasional, berarti bisnisnya berkelanjutan.
Cari Tahu Prospek Bisnis Emiten Terkait
Salah satu yang terpenting lainnya adalah mencari tahu prospek bisnis emiten. Soalnya, kalau ternyata bisnis emiten itu sunset, jelas jadi nggak menarik untuk jangka panjang.
Dalam hal ini, kami memberikan contoh dari saham rokok. Saham rokok seperti PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dulunya adalah salah satu saham berkapitalisasi pasar besar. Lalu, historis dividen yieldnya malah cenderung naik, serta pembagian dividen yang rutin. Pertanyaannya, apakah saham HMSP dan GGRM cocok dipilih sebagai saham dividen yang menguntungkan untuk jangka panjang?
Menurut kami, jawabannya TIDAK. Kenapa? berikut ini beberapa alasannya:
Pertama, Tingkat dividen yield yang cenderung naik belum tentu menggambarkan pembagian dividen yang besar. Ingat, komponen penghitung dividen yield ada dari harga sahamnya. Jika harga sahamnya turun selaras dengan penurunan dividen saham, ya tingkat dividen yield akan terlihat konsisten. Bahkan, jika penurunan harga saham lebih tinggi dari penurunan dividen per saham, tingkat dividen yieldnya malah naik.
Misalnya, harga saham HMSP dalam 5 tahun terakhir sudah turun 76 persen. Begitu juga dengan GGRM yang dalam 5 tahun terakhir sudah turun 66 persen. Jika perhitungan dividen yield menggunakan harga saham saat ini memang masih besar. Namun, bagaimana jika dividen yield dihitung ketika kamu beli pada 5 tahun lalu? hasilnya pasti akan kecil sekali.
Kedua, saham-saham rokok ini secara fundamental bisnis dapat tekanan daya beli dari kebijakan cukai rokok pemerintah. Hal ini secara bertahap menggerus pendapatannya secara bertahap. Jika pun pendapatan naik, pasti dari segi laba bersih yang terkuras. Sehingga tidak menarik untuk dikoleksi hingga mereka menemukan bisnis lainnya yang tidak terkena efek cukai rokok.
Lalu gimana cara cek prospek bisnis sebuah saham?
Pertama, cek pergerakan harga saham secara sektoral. Jika dalam kurun waktu 3-5 tahun terakhir kompak turun. Berarti ada suatu masalah di sektor tersebut yang membuat harga sahamnya terus turun.
Kedua, cek tren pendapatan, gross profit margin, laba bersih, dan net profit margin emiten. Jika masih konsisten naik, berarti belum ada efek signifikan yang menganggu bisnis emiten. Namun, kalau terlihat gejala pendapatan, gross profit margin, laba bersih, dan net profit margin mulai fluktuatif dalam 3-5 tahun terakhir. Kita perlu cek lebih detail apa penyebabnya. Apakah ada tekanan bisnis yang tidak bisa dikendalikan atau ada faktor lainnya.
Cara-cara berikut akan cukup membantu kita memahami bagaimana prospek bisnis sebuah emiten.
Beli Saham Dividen yang Menguntungkan Saat Harganya Murah
Kami sempat ada tulisan tentang penyesalan untung 38 persen di saham ITMG [Baca di sini: Penyesalan Investor Saham]. Dari cerita itu, penulis beli saham ITMG di Rp11.000 per saham. Bayangkan kalau dia hold sampai saat ini dan bisa dapat dividen Rp6.000-an per saham. Tingkat dividen yield yang diterimanya itu bisa tembus lebih dari 50 persen.
Dari sini, berarti kita harus beli saham dividen saat harganya masih murah. Bukan pas jelang pembagian dividen yang valuasinya biasanya cukup tinggi.
Bagaimana cara mengetahui harga saham sudah murah?
Pertama, kita bisa memilih beberapa metriks valuasi. Sebenarnya, metriks valuasi ada cukup banyak mulai dari price to book value (PBV), price to earning ratio (PER), EV/EBITDA, RNAV, hingga ada yang cukup rumit seperti Discounted cashflow (DCF).
Namun, kami tidak mengajak kamu semua ngitung yang rumit-rumit. Di sini, kami menyarankan pakai indikator umum seperti PER dan PBV, yang tersedia di banyak platform. Untuk membandingkan valuasi saham antar sektor, biasanya kami cenderung menggunakan PBV yang lebih umum dan dibandingkan secara rata-rata historis 5 tahunnya [kecuali saham IPO].
Alasannya, PBV ini lebih umum dan bisa melihat juga kondisi saham yang belum menghasilkan laba bersih. Serta agar bisa dilihat bersama saham bank, yang lebih cocok menggunakan PBV.
Akna tetapi, jika melihat saham satu sektor seperti ritel, consumer goods, bahkan komoditas, PE masih bisa dijadikan acuan.
Kedua, lihat rasio PBV dan PE dengan dua sudut pandang.
Jika ingin melihat saham termurah di satu sektor. Bisa menggunakan perbandingan PBV atau PE dalam satu sektor tersebut. Siapa, yang saat ini valuasinya paling kecil atau termurah. Setelah ketemu, cek lagi bagaimana valuasi saham itu secara historis 5 tahun terakhir, lebih kecil atau besar. Jika tetap lebih murah, saham itu menarik dibeli. [dengan syarat sudah dibedah fundamental dan prospek bisnisnya]
Lalu, jika mencari saham termurah secara random, bisa menggunakan rata-rata historis 5 tahun dan cari tahu apakah posisinya saat ini sudah murah atau belum. Caranya dengan lihat PBV atau PER saat ini lebih kecil atau besar dibandingkan rata-rata 5 tahun. Jika lebih kecil, berarti sudah murah.
Namun, setelah mengetahui saham itu murah, lebih baik cek juga secara sektoral apakah sudah murah banget atau ternyata secara sektoral malah jadi mahal.
Intinya, dua sudut pandang itu wajib digunakan agar mendapatkan hasil yang lebih oke.
Cari Tahu Jadwal Dividen
Jika kamu baru ngeh ada saham dividen bagus setelah melakukan 4 cara di atas saat mereka baru bagi dividen. Berarti, kamu perlu lihat jadwal dividen. Jika periode cum-dividen masih semingguan lagi, kamu bisa perhitungkan cicil beli dengan melihat potensi dividen yield yang diberikan, fundamental perusahaan, dan prospek bisnis ke depannya.
Misalnya, ada saham yang bagi dividen yield 7 persen. Berarti kamu bisa buat simulasi terburuk harga saham bisa turun 7 persen juga, bahkan lebih. Lalu, sudah sejau apa kenaikannya saat ini? kalau baru naik 3 persen dari pengumuman dividen, berarti masih ada ruang kenaikan 4 persen lagi. Jadi, bisa mulai masuk cicil beli.
Namun, sebelum masuk cicil beli pastikan juga bisnisnya tidak sunset dan dividen diberikan dari hasil keuntungan operasional dan tidak ada kejadian luar biasa. Artinya, di masa depan emiten itu berpotensi bagi dividen dengan yield yang hampir mirip.
Dengan begitu, kamu bisa menakar risiko penurunan harga saat masuk periode ex-dividen dari pendapatan dividen tersebut.
Kesimpulan
Cara memilih saham dividen yang menguntungkan memang butuh waktu agar kita tidak terkena divide trap. Baca Juga: Studi kasus Dividen Trap di Saham ITMG
Kelima tahap ini akan membantumu untuk menemukan saham dividen yang menguntungkan dalam jangka panjang.
Kalau kamu sudah coba, boleh komentar ya di saham dividen apa?
Mau dapat guideline saham dividen 2024?
Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini