5 Checklist Wajib Sebelum Mulai Investasi Saham
Investasi saham memang harus dimulai sedini mungkin, tapi kamu tetap harus punya checklist yang wajib dipenuhi sehingga bisa investasi dengan aman dan santai. Berikut 5 checklist wajib sebelum mulai investasi saham.
Seperti penjelasan konten sebelumnya, Investasi memang sebaiknya dilakukan sejak dini, tetapi ada 5 checklist wajib yang harus dilakukan sebelum memulai investasi seperti di saham sehingga kamu siap mengoptimalkan keuntungan maupun mengantisipasi risikonya!
Investasi memang memberikan potensi keuntungan yang menarik, tapi juga memiliki risiko sesuai dengan potensi keuntungannya. Misalnya, saham dinilai sebagai salah satu aset yang bisa memberikan keuntungan optimal, tapi juga memiliki risiko yang wajib diantisipasi.
Misalnya, salah satu risiko investasi saham adalah penurunan harga saham. Untuk antisipasi risiko itu, kamu harus berinvestasi dengan uang dingin atau tidak digunakan dalam jangka pendek. Sehingga jika nilai aset turun akibat fluktuasi jangka pendek, kamu tidak khawatir dan bisa tetap menjalani kehidupan dengan nyaman.
Untuk itu, kami buatkan list 5 checklist yang wajib dilakukan sebelum memulai investasi saham:
Checklist 1: Sudah Punya Pendapatan Aktif atau Jika Masih Mahasiswa Bisa Mengoptimalkan Sisa Uang Jajan
Pendapatan aktif adalah pendapatan yang didapatkan secara rutin dari hasil usaha seperti bekerja maupun bisnis. Kenapa harus menunggu punya pendapatan aktif sebelum investasi? Tujuannya agar ada uang yang bisa dikelola secara konsisten ke aset investasi untuk bisa bertumbuh di masa depan.
Lalu, bagaimana dengan mahasiswa? Apakah tidak bisa memulai investasi sejak dini? jawabannya BISA, tapi dengan syarat jangan sampai tidak makan karena ingin investasi. Jadi, mahasiswa bisa berinvestasi menggunakan sisa uang bulanan yang didapatkan.
Checklist 2: Cashflow Positif dan Punya Dana Darurat
Setelah memiliki pendapatan aktif, hal yang perlu diperhatikan adalah cashflow harus positif artinya pendapatan lebih besar daripada pengeluaran, jangan sebaliknya.
Jika posisi pengeluaran masih lebih besar daripada pendapatan, berarti kamu harus mengevaluasi pengeluaran tersebut. Kamu bisa pertahankan pengeluaran yang prioritas, yang berarti tanpa pengeluaran itu kamu tidak bisa hidup, serta bisa kurangi pengeluaran yang tidak prioritas.
Apabila, pengeluaran lebih besar daripada pendapatan disebabkan oleh cicilan utang, berarti kamu harus menyelesaikan cicilan utang terlebih dulu. Dari situ, jika cashflow sudah positif baru bisa mulai investasi.
Soalnya, rules utama investasi adalah ada dana yang dikelola, dan jangan sampai tidak makan atau kesulitan bayar utang karena ingin berinvestasi.
Selain cashflow positif, kamu juga harus menyiapkan dana darurat, yakni dana yang disiapkan untuk hal-hal tidak terduga seperti biaya bengkel motor, kena PHK, hingga hal-hal krusial lainnya yang butuh uang dan nilainya cukup besar.
Aturan dasar jumlah dana darurat untuk single sekitar 3-6 bulan penghasilan bulanan, sedangkan untuk yang berkeluarga dan punya cicilan bisa hingga 12 bulan penghasilan bulanan.
Dengan memiliki dana darurat, kamu bisa berinvestasi lebih santai tanpa perlu khawatir dengan risiko fluktuasi harga jangka pendek.
Checklist 3: Memiliki Manajemen Risiko Seperti Asuransi
Salah satu hal terpenting sebelum investasi juga memiliki asuransi seperti asuransi kesehatan. Alasannya, salah satu risiko yang berpotensi dihadapi adalah risiko terkait kesehatan. Apalagi, biaya kesehatan seperti rawat inap cukup besar.
Untuk itu, agar tidak mengganggu dana investasi yang sedang dikembangkan, disarankan untuk memiliki asuransi kesehatan sebagai bantalan risiko jika tiba-tiba harus keluar ongkos biaya rumah sakit tersebut.
Checklist 4: Memahami Karakter Investasi yang Dipilih dari Potensi Cuan hingga Risikonya
Jika tiga checklist sebelumnya terkait fundamental keuangan pribadi, untuk checklist keempat ini adalah persiapan pemahamanmu terkait produk investasi yang dipilih. Kamu harus paham karakter aset investasi hingga potensi cuan dan risiko yang bisa didapatkan.
Misalnya, kamu harus menentukan strategi investasi saham yang dipilih, yakni mencari saham yang secara valuas masih murah, serta fundamentalnya bagus. Setelah itu, kamu juga bisa membuat rencana untuk sekadar mengejar kenaikan harga atau mencari saham yang rutin bagi dividen, yakni keuntungan investasi saham yang berasal dari bagian laba bersih emiten di periode tertentu.
Jika ingin mencari saham yang secara valuasi masih murah, serta fundamental bagus dan likuid, kamu bisa screening di indeks LQ-45, yakni indeks saham yang berisi 45 saham paling likuid dan memiliki fundamental bagus. Beberapa contoh saham LQ45 antara lain: ACES, SIDO, TOWR, BBTN, dan MAPI.
Lalu, jika ingin mencari saham yang rutin bagi dividen, kamu bisa screening di IDX High Dividend 20, yang merupakan indeks berisi 20 saham yang paling likuid dan membagikan dividen dengan tingkat dividen yield yang menarik. Beberapa saham yang termasuk di indeks IDX High Dividend 20 antara lain: ADRO, UNVR, hingga BBRI.
Ketika memilih cari saham murah, kamu harus siap dengan risiko seperti kenaikan harga saham membutuhkan waktu yang cukup lama bahkan harus mengalami penurunan harga terlebih dulu. Jika memilih saham dividen, kamu harus siap mencatatkan keuntungan dividen yang naik turun sesuai dengan kinerja laba bersih emiten, serta risiko floating loss sambil menunggu pembagian dividen yang biasanya 1-4 kali dalam setahun.
Checklist 5: Menjaga Ekspektasi Keuntungan dan Tetap Pada Strategi serta Rencana yang Sudah Dibuat
Checklist kelima terkait dengan mindset investasi. Tujuan investasi memang untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Namun, dibalik potensi keuntungan yang besar, pasti ada potensi risiko yang besar juga. Untuk itu, kamu perlu manajemen ekspektasi keuntungan.
Jangan sampai tergiur tawaran investasi yang kasih cuan 30 persen per bulan tanpa kejelasan bagaimana skema investasi itu bisa memberikan keuntungan yang besar.
Lalu, dengan menjaga ekspektasi, kamu diharapkan bisa berpikir objektif dan tidak terjebak membeli saham saat harganya lagi tinggi-tingginya. Dengan begitu, kamu bisa manajemen risiko untuk tetap melakukan investasi sesuai dengan strategi dan rencana yang telah dibuat.
Misalnya, kamu berencana investasi saham yang sedang murah dan rutin membagikan dividen. Harapannya, kamu bisa mendapatkan potensi keuntungan capital gain dan juga dividen dengan tingkat yield yang menarik. Lalu, kamu mematok ekspektasi akumulasi keuntungan dari capital gain dan dividen sekitar 15 persen per tahun.
Dalam proses investasi tersebut, tiba-tiba ada saham lain yang naik 100 persen hanya dalam sebulan. Jika kamu tidak punya pegangan rencana investasi yang menargetkan keuntungan akumulasi capital gain dan dividen sebesar 15 persen per tahun, bisa saja kamu tergoda untuk Fear out Missing Out (FOMO) dan memindahkan aset ke saham yang naik kencang tersebut. Padahal, aksi itu justru malah meningkatkan potensi risiko investasimu.
Kenapa begitu? karena jika kamu nekat masuk ke saham yang sudah naik terlalu tinggi, tingkat risiko penurunan lebih besar daripada kenaikan. Artinya, meski secara historis harga saham sudah naik 100 persen, bukan berarti di masa depan juga akan mencatatkan kenaikan sebesar 100 persen lagi.
Nah, sekarang kamu sudah tahu apa saja yang harus dilakukan sebelum mulai investasi. Selanjutnya, apa aset investasi yang cocok dengan tujuan keuanganmu? 🤔 Kami akan ulas sampai tuntas di minggu depan! Jadi, tetap pantau terus ya! Stay tuned! 😊