5 Hal yang Harus Dilakukan Dalam Pilih Saham untuk Investasi
Urusan investasi saham bukan cuma bicara punya modal atau nggak, tapi kamu juga harus tahu bagaimana cara pilih saham yang cocok untuk investasi. Berikut spill 5 hal yang harus dilakukan dalam pilih saham untuk investasi
Setelah memahami potensi keuntungan dan risiko investasi saham, saatnya ke momen terpenting, yakni bagaimana cara memilih saham yang bagus untuk investasi jangka panjang?
Sampai 27 September 2024, ada sekitar 936 saham yang tersedia di IDX yang terbagi ke dalam 11 sektor saham. Untuk bisa memilih saham yang paling oke dari hampir 1000 saham di IDX, kita bisa melakukan 5 hal ini. Dengan mengikuti 5 langkah ini, harapannya kamu berpotensi mendapatkan keuntungan yang optimal.
Poin 1: Tentukan Rencana dan Strategi
Sebelum membeli saham, seorang investor harus membuat rencana dan strategi agar bisa mencapai target yang diinginkan.
Beberapa rencana yang harus dibuat antara lain:
- Berapa total modal yang mau diinvestasikan ke saham (bisa sudah tersedia atau belum)
- Berapa alokasi modal ke satu saham
- Berapa target saham yang dimiliki
- Kapan dana investasi akan digunakan
- Apa strategi investasi yang akan digunakan?
- Strategi beli saham
Simulasinya menjadi seperti ini:
- Modal yang mau diinvestasikan ke saham: Rp100 juta
- Alokasi modal ke satu saham: Rp20 juta per saham (maksimal punya 5 saham)
- Target berapa saham yang dimiliki (5 saham sesuai dengan alokasi modal ke satu saham)
- Kapan dana investasi digunakan: 5 tahun lagi
- Apa strategi yang digunakan? beberapa strategi investasi saham yang bisa dipilih antara lain, value investing, dividend investing, growth investing, hingga contrarian investing.
- Strategi beli saham bisa menggunakan dollar cost averaging (DCA), yakni cicil investasi secara konsisten dalam periode tertentu, atau secara lump sum, yakni melakukan pembelian sekaligus dalam satu periode.
Berikut ini penjelasan tentang keempat strategi investasi saham tersebut:
Pertama, Value Investing, strategi investasi saham yang mencari saham yang berada di bawah harga wajarnya atau undervalue. Misalnya, kinerja keuangan saham tersebut bertumbuh dan tidak ada masalah internal, utang, maupun tersangkut kasus hukum. Namun, harga sahamnya masih bisa dianggap murah. Berarti, itu termasuk saham value investing.
Kedua, Dividend Investing, strategi investasi saham yang mengejar pendapatan pasif dari dividen. Untuk itu, fokus dari strategi ini adalah mencari saham yang konsisten membagikan dividen. Namun, indikatornya bukan cuma saham itu membagikan dividen saja, tetapi posisi harga saham juga harus masih murah.
Ketiga, growth investing, strategi investasi saham yang mencari emiten dengan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih rata-rata di atas 10 persen per tahun secara konsisten. Dengan pertumbuhan bisnis yang tinggi dan konsisten, harga sahamnya juga cenderung terus meningkat.
Keempat, Contrarian Investing, strategi investasi mencari saham yang harga sahamnya lagi turun karena penurunan kinerja bisnis akibat faktor eksternal seperti siklus suku bunga tinggi, naik-turun harga komoditas, perlambatan ekonomi, inflasi tinggi, dan hal lainnya yang tidak bisa dikendalikan oleh manajemen.
Setelah menetapkan semua rencana itu, kita bisa mencari saham yang bisa dibeli ke tahap selanjutnya.
Poin 2: Pilih Beberapa Saham yang Sesuai dengan Kriteria Rencana Investasi
Setelah membuat rencana, saatnya melakukan screening saham. Ada dua cara sederhana untuk bisa memilih beberapa saham dari total 936 saham yang ada di IDX:
Pertama, memilih saham dari indeks saham yang tersedia misalnya, LQ45, IDX30, HIDIV IDX20, dan beberapa indeks saham lainnya. Nantinya, kamu tinggal screening valuasi dari saham yang ada di indeks tersebut sehingga bisa menentukan mana saham yang posisinya sudah murah.
Kedua, memilih saham berdasarkan siklus. Misalnya, saat ini suku bunga Bank Indonesia (BI) mulai diturunkan. Ekspektasinya bisa menguntungkan sektor bank, properti, hingga ritel non-primer. Nanti, kita pilih salah satu sektor dan bisa membandingkan valuasi saham di sektor tersebut. Nantinya, kamu akan ketemu beberapa saham yang siap dianalisis lebih jauh.
Dalam screening tahap awal, kamu cukup membandingkan dari segi valuasi serta karakter khusus yang sesuai dengan strategi investasi.
Misalnya, untuk strategi Value Investing, kamu bisa menggunakan dua indikator seperti price to earning ratio (PE), price to book value (PBV), serta pertumbuhan kinerja pendapatan dan laba bersih terakhir masih positif. Nantinya, kamu bisa pilih saham yang kinerja pendapatan dan laba bersih positif, serta menjadi yang termurah di sektornya.
Untuk cara tahu sebuah saham cukup murah di sektornya bisa dibandingkan dengan PE atau PBV yang paling rendah dibandingkan dengan saham lainnya. Hal itu menandakan saham sudah cukup murah.
Namun ingat! saham yang dibeli bukan cuma murah, tapi juga lagi bertumbuh sesuai dengan strategi value investing.
Lalu, jika strateginya Dividend Investing bisa menggunakan indikator yang sama, yakni PE dan PBV, serta ditambahkan berapa dividen terakhir yang dibagikan, tingkat dividend yield (gambaran persentase keuntungan dividen setelah dikurangi harga saham pembelian atau saham saat ini untuk melihat prospek keuntungan), serta historis pembagian dividen untuk menunjukkan konsistensinya. Biasanya, angka dividend yield dianggap menarik jika lebih dari 7 persen (rata-rata tingkat kupon dan yield obligasi negara FR).
Untuk strategi Growth Investing, kamu bisa pilih indikator seperti Price to Earning Growth Ratio (PEG). Data PEG bisa kamu hitung dengan cara membagi rasio PE dengan pertumbuhan laba bersih per saham emiten terkait. Jika hasil PEG sama dengan 1 atau kurang dari 1, berarti harga saham masih naik di bawah kenaikan kinerja keuangannya. Artinya, saham tersebut masih murah, sebaliknya kalau di atas 1 kali berarti harga saham sudah cukup mahal.
Sementara itu, untuk strategi Contrarian Investing, kamu bisa menggunakan valuasi PE atau PBV dengan kombinasi mencari saham yang kinerja keuangannya sedang mengalami penurunan karena faktor eksternal yang disebutkan tadi.
Poin 3: Mengecek Detail Fundamental Saham yang Ingin Dibeli
Setelah mendapatkan pilihan saham yang menarik untuk dibeli, kamu harus mengecek secara detail kondisi fundamental saham tersebut.
Berikut ini poin yang perlu dicek dalam laporan keuangan seperti:
- Bagaimana kondisi debt to equity ratio (DER) sebuah saham. Tujuannya untuk mengukur seberapa besar risiko bisnis saham tersebut sampai gagal bayar utangnya. Jika DER di bawah 1 kali, berarti risiko gagal bayar cenderung rendah, tapi jika di atas 1 kali, berarti risiko semakin besar. Rumus menghitung DER adalah menjumlah seluruh utang berbunga (pinjaman bank, obligasi, sukuk, wesel, senior notes, dan lainnya) lalu dibagi dengan total ekuitas kepada entitas induk.
- Perhatikan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih, hingga perkembangan gross profit margin dan net profit margin. Hal ini digunakan untuk melihat seberapa efisien emiten dalam mencatatkan pertumbuhan kinerja. Rumus gross profit margin: membagi total laba kotor dengan pendapatan, lalu dikali 100 persen, sedangkan net profit margin: membagi total laba bersih dengan pendapatan, lalu dikali 100 persen.
- Mengecek posisi kas operasional apakah selaras dengan laba bersih? misalnya jika laba bersih bertumbuh 10 persen, minimal arus kas operasional juga ikut positif. Jika arus kas operasional malah negatif, perlu dicari penyebabnya kenapa hasil laba bersih emiten tersebut tidak menjadi uang tunai yang positif di kas operasional.
- Memantau perkembangan sumber pendapatan dari bisnis utama. Apakah ada perubahan porsi signifikan atau ada kejadian luar biasa seperti ada satu pembeli yang memborong dalam jumlah besar dan akan sulit terulang di masa depan. Data sumber pendapatan bisa dicek dalam catatan atas laporan keuangan (CALK) dari bagian pendapatan.
- Khusus dividend investing, kamu bisa memantau perkembangan jumlah kas dan setara kas dibandingkan dengan laba bersih. Kira-kira, apakah bisa emiten tersebut membagikan tingkat dividen minimal sama seperti tahun sebelumnya atau tidak.
Poin 4: Mencari Titik Beli
Setelah saham-saham yang dipilih sudah mengerucut lebih sedikit lagi, kamu bisa mulai mencari titik beli terbaik untuk saham tersebut.
Ada beberapa cara untuk mengetahui titik beli saham terbaik:
Pertama, dengan mengasumsikan harga saat ini sudah murah dengan indikator statis seperti PE di bawah 10 kali dan PBV di bawah 1 kali, atau rata-rata PE dan PBV di bawah sektoral.
Jika harga saham sudah berada di bawah ketentuan statis atau sektoral, kita bisa asumsikan sudah murah. Sehingga bisa mulai beli secara bertahap (beberapa kali). Misalnya, kamu tertarik membeli saham $BBTN karena memiliki PBV kurang dari 1 kali dan lebih murah dibandingkan dengan saham bank lainnya.
Kamu alokasikan modal di saham tersebut senilai Rp10 juta. Dari situ, kamu bisa mulai masuk di harga terkini sebesar 20 persen dari modal, yakni Rp2 juta. Sisanya, bisa masuk saat harga saham BBTN mengalami penurunan. Sehingga, secara rata-rata, harga peganganmu akan berada di level yang bagus.
Lalu, bagaimana kalau harga saham $BBTN malah lanjut melejit? ya kamu bisa take profit dulu untuk menambah modal dan mencari saham yang lagi murah lainnya.
Kedua, menggunakan formula Price to Earning (PE) Justified atau PE yang diwajarkan. PE Justified ini menggunakan formula Gordon Growth Model. Namun, formula ini hanya cocok untuk saham yang memiliki historis pembagian dividen.
Formula PE Justified ini menggunakan beberapa indikator seperti perkiraan dividen per saham, perkiraan laba bersih per saham dalam setahun ke depan, rata-rata pertumbuhan dividen yang wajar, cost of Equity (Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham) dalam hal ini kami menggunakan rumus Dividend Capitalization Model yang rumusnya dividen per saham, harga saham terkini, dan tingkat pertumbuhan dividen yang wajar.
Misalnya, kita menghitung valuasi saham $PGAS dengan PE Justified dengan indikator ini:
- Laba bersih per saham (EPS) 2024 (Twelve Trailing Month / TTM): Rp170,7 per saham
- Proyeksi dividen per saham (asumsi dividend payout ratio 80 persen): Rp170,7 per saham
- Rata-rata pertumbuhan dividen yang wajar: 5 persen
- Cost of Equity: 17 persen
- Harga saham per 26 September 2024: Rp1.470 per saham
- PE justified: 7,23 kali
- Harga wajar dengan PE TTM 2024: Rp1.543 per saham
Berarti kita bisa simpulkan, harga wajar $PGAS ada di Rp1.543 dengan menggunakan proyeksi kinerja secara twelve trailing months. Jika melihat harga per 26 September 2024 sekitar Rp1.470 per saham, berarti harga $PGAS saat ini masih terhitung murah.
Lalu, dari mana data-data untuk indikator perhitungan PE justified itu didapatkan? kamu bisa mencari data-data tersebut secara gratis di beberapa website dan aplikasi seperti, Investing.com, Yahoo Finance, hingga Aplikasi RTI.
Poin 5: SABAR Meski Mengalami Floating Loss Jangka Pendek Selama Tidak Ada Perubahan Fundamental
Poin terakhir adalah investor saham harus diuji kesabarannya. Membeli saham di harga murah bukan berarti membuat investor tidak akan mengalami floating loss. Risiko tersebut masih tetap ada, tapi sudah lebih terukur karena masuk di harga yang lebih murah.
Untuk itu, investor saham harus sabar ketika mengalami floating loss selama tidak ada perubahan signifikan dengan fundamental emiten terkait. Dalam saham, fluktuasi harga saham naik-turun dalam jangka pendek masih diwajarkan.
Kecuali, jika tiba-tiba dalam kinerja kuartalan, ada emiten yang mengalami penurunan pendapatan atau laba bersih secara signifikan karena ada miss management internal emiten dan sebagainya. Itu bisa jadi perhatian dan pertimbangan untuk keluar dulu dari saham tersebut.
Catatan Akhir
Kelima poin ini bukan berarti membuatmu kebal terhadap risiko floating loss di pasar saham. Namun, kelima poin ini bisa membantumu manajemen risiko setidaknya masuk ke saham yang secara fundamental bagus, serta beli di harga yang cukup wajar atau tidak terlalu tinggi. Dengan begitu, harapannya kamu bisa mendapatkan keuntungan capital gain maupun tingkat dividend yield yang optimal.
Nah, setelah tahu strategi beli saham untuk mendapatkan keuntungan optimal, pertanyaan selanjutnya, berapa sih modal investasi saham yang ideal? serta berapa alokasi modal per saham dalam satu portofolio? 🤔 Kami akan mengupas tuntas semua jawabannya minggu depan! Jadi, tetap pantau terus ya! Stay tuned! 😊
Mau belajar saham? coba kamu isi dulu form di sini, agar kami tahu apa kebutuhanmu untuk bisa menjadi investor saham yang expert. KLIK DI SINI YA!
Disclaimer: Informasi dalam website ini bukan sebuah rekomendasi atau ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada Anda dan kami tidak bertanggung jawab atas segala risiko yang mungkin timbul. Selalu lakukan riset Anda sendiri atau konsultasikan dengan ahli sebelum membuat keputusan investasi.