5 Saham Bank yang Masih Murah Jelang Penurunan Suku Bunga The Fed

BI memang masih nahan suku bunga di Rapat Juli. tapi mereka menilai ruang penurunan suku bunga terbuka di kuartal IV/2024. Dengan potensi penurunan suku bunga itu, kira-kira saham bank apa ya yang masih murah?

5 Saham Bank yang Masih Murah Jelang Penurunan Suku Bunga The Fed

Mikirduit – Bank Indonesia sudah memberikan ancang-ancang ruang penurunan suku bunga pada kuartal IV/2024 dengan asumsi Federal Reserve sudah menurunkan suku bunga di sekitar September-November 2024. Menyambut hal tersebut, kira-kira saham bank apa yang masih murah untuk bisa jadi pilihan?

Aroma penurunan suku bunga makin dekat, dari hasil rapat dewan gubernur Bank Indonesia memperkirakan The Fed bisa menurunkan suku bunga lebih cepat. Hal itu membuat BI bisa buka ruang penurunan suku bunga pada kuartal keempat tahun ini. 

Pejabat The Fed pun juga menekankan kalau penurunan suku bunga sudah dekat. Dikutip dari Reuters, Anggota Komite Dewan Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengungkapkan waktu penurunan suku bunga sudah dekat, tapi pihaknya mengaku butuh data konsisten minimal selama minimal 2 bulan untuk mendukung keputusan penurunan suku bunga. 

Sebelumnya, Gubernur The Fed Jerome Powell mengungkapkan pihaknya tidak akan menunggu inflasi hingga 2 persen untuk menurunkan suku bunga. Alasannya, ada periode lagging setelah penurunan suku bunga dan efeknya ke ekonomi riil. Untuk itu, jika menunggu inflasi hingga 2 persen akan membutuhkan waktu yang lama dan berisiko terhadap perekonomian AS. 

Sebagai catatan, inflasi AS sendiri sudah mulai mencatatkan penurunan sejak April 2024 hingga data terakhir di Juni 2024 dari 3,4 persen menjadi 3 persen. 

Begitu juga dengan laju pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang telah melambat sejak akhir 2023 sampai kuartal I/2024 dari 3,4 persen menjadi 1,4 persen. 

Jika mencoba menerjemahkan dari gelagat The Fed dan data ekonomi, sebenarnya ada peluang penurunan suku bunga terjadi di pertemuan The Fed pada akhir Juli 2024. Meski, dari konsensus Fedwatch menilai peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan akhir bulan ini hanya 4,7 persen. Konsensus menilai penurunan suku bunga masih terjadi dalam pertemuan The Fed pada 18 September 2024. 

Tren penurunan suku bunga The Fed maupun BI akan memunculkan ekspektasi pemulihan kinerja emiten perbankan. Pasalnya, dengan penurunan suku bunga, bank bisa menurunkan cost of fund atau biaya dana membayar bunga simpanan karena bisa menurunkan bunga deposito seiring dengan pertambahan likuiditas. Dengan kondisi ini, berikut ini 5 saham bank dengan market cap terbesar yang masih murah.

Saham BBRI

Saham BBRI masih dibayang-bayangi fear risiko penurunan kinerja keuangan seiring dengan kenaikan rasio kredit bermasalah mikronya. Banyak kabar, salah satu faktor kenaikan kredit bermasalah segmen mikro perseroan bukan cuma karena ekonomi yang melambat akibat suku bunga tinggi, tapi ada efek judi online. Kami belum menemukan fakta pastinya, tapi sejauh ini kami menilai BBRI masih bisa antisipasi permasalahan kredit bermasalah tersebut jika suku bunga sudah diturunkan. 

Harga wajar BBRI dengan asumsi sepanjang tahun ini ada penurunan kinerja berada sekitar Rp4.900 per saham. Namun, jika kinerja kembali pulih, harga BBRI layak diberikan harga wajar di Rp5.500 per saham. Meski jika dihitung dengan discounted cashflow, valuasi BBRI ada di sekitar Rp3.725 per saham. 

💡
Harga wajar ini bisa dijadikan guideline tingkat risiko yang siap kamu terima jika beli di harga terkini. Tiga level harga ini bisa dijadikan potensi upside hingga risiko terdalam jika ada hal tidak terduga.

Dari update hingga 12 Juli 2024, kinerja laba bersih BBRI diperkirakan masih naik tipis sebesar 3 persen menjadi Rp61,29 triliun. Dengan asumsi BBRI menurunkan tingkat dividend payout ratio menjadi 70 persen, berarti tingkat dividen per saham menjadi sekitar Rp283 per saham. Dengan asumsi beli di harga per 18 Juli 2024, berarti tingkat dividend yield menjadi sebesar 5,87 persen. 

Saham BDMN

Saham BDMN menjadi salah satu emiten bank yang kami proyeksikan punya prospek menarik seiring anak usaha serta induknya yang ekspansi di sektor multifinance. Secara Grup, perseroan telah mengakuisisi saham MFIN dan masuk konsorsium yang mengakuisisi Home Credit Indonesia. Secara bisnis bank, perseroan juga akuisisi bisnis consumer credit dari Standard Chartered. Sayangnya, aksi korporasi ini dilakukan saat suku bunga tinggi sehingga efeknya tidak langsung terlihat.

Kami menilai harga saham BDMN masih murah hingga 18 Juli 2024 dengan asumsi harga wajar dengan valuasi PBV sekitar Rp3.140 per saham. 

Adapun, BDMN sebagai bank menengah merasakan efek kenaikan cost of fund yang membuat kinerja mereka di 2024 diperkirakan mencatatkan penurunan. Proyeksi laba bersih BDMN sepanjang 2024 diperkirakan mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 3,54 persen menjadi Rp3,38 triliun. Meski begitu, laba bersih BDMN diperkirakan mulai pulih pada 2025 dan diproyeksikan bisa mencapai Rp4 triliun pada 2026.

Dari segi dividen, BDMN menjadi emiten yang konsisten membagikan dividen sebesar 35 persen dari laba bersih. Dengan asumsi laba bersih  BDMN di 2024 menjadi Rp3,38 triliun dan dividend payout rasio tetap 35 persen, berarti dividen per sahamnya sekitar Rp121 per saham. Lalu, tingkat dividend yield dengan menggunakan asumsi pembelian saat ini menjadi sebesar 4,64 persen. 

Saham BBTN

Saham BBTN juga menjadi salah satu yang terkena efek dari tingkat suku bunga tinggi dalam dua tahun terakhir. Dari segi bisnis, BBTN menjadi emiten bank yang punya konsentrasi bisnis ke sektor properti. 

Secara bisnis, BBTN lagi proses aksi korporasi terkait rencana akuisisi Bank Victoria Syariah untuk dimerger dengan Unit Usaha Syariah BTN. Sehingga nantinya unit usaha syariah itu bisa menjadi bank umum syariah.

Harga saham BBTN masih kami nilai cukup murah dengan harga wajar dengan PBV sekitar Rp1.660 per saham, sedangkan dengan discounted cashflow, harga wajar BBTN diasumsikan ada di Rp1.702 per saham. 

Menariknya, kinerja laba bersih BBTN diproyeksikan masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 6,14 persen menjadi Rp3,71 triliun. 

Dengan prospek pertumbuhan laba bersih tersebut dan asumsi BBTN tetap bagikan dividen sebesar 20 persen dari laba bersih. Berarti tingkat dividen per sahamnya menjadi Rp52,95 per saham. Jika dihitung dengan harga saham per 18 Juli 2024, berarti tingkat dividen yield sekitar 3,77 persen. Sebagai catatan, proyeksi dividen BBTN 2024 itu akan mendekati level tertinggi pada 2019 yang senilai Rp53 per saham.

3 Saham yang Lagi Diskon dengan Prospek Bisnis Bertumbuh
IHSG memang sudah ke 7.000, tapi ada nih 3 saham yang masih murah dengan prospek pertumbuhan bisnis yang agresif dalam 2 tahun ke depan. Siapa saja mereka? simak ulasannya di sini

Saham BJBR

Saham bank daerah seperti BJBR, termasuk BJTM (yang tidak termasuk dalam list di sini karena market cap-nya di bawah BTPS) menjadi yang paling terdampak saat suku bunga naik. Kondisi itu membuat tingkat cost of fund menjadi tinggi bersamaan dengan risiko kredit. Sehingga dari segi cost of fund naik dan biaya pencadangan juga tinggi membuat laba bersih emiten bank daerah ini turun. 

Salah satu yang bisa mendorong pertumbuhan kinerja adalah mulai berjalannya skema kelompok usaha bank (KUB) bank daerah. Dengan skema ini, BJBR menjadi salah satu pemegang saham minoritas di beberapa bank daerah. Dengan status bank daerah itu juga berkontribusi ke pendapatan daerah, sehingga bakal rutin dividen. Dengan skema ini, BJBR berpotensi mendapatkan tambahan dividen dari kepemilikan minoritas di beberapa saham bank daerah. Meski, nilainya kami nilai tidak terlalu signifikan. 

Harga wajar BJBR jika kinerjanya kembali bertumbuh setelah penurunan suku bunga dilakukan adalah sekitar Rp1.518 per saham. Namun, kenaikan saham BJBR itu baru bisa terjadi pada 2025 karena kinerja perseroan di 2024 memang lagi tertekan. Dari perhitungan discounted cashflow, harga wajar BJBR dinilai berada di area Rp1.166 per saham. 

Menariknya, dari proyeksi kinerja laba bersih BJBR di 2024 diperkirakan mencatatkan pertumbuhan 16,4 persen menjadi Rp2,07 triliun. Dengan asumsi dividend payout rasio BJBR akan kembali normal di kisaran 45 persen, berarti tingkat dividen per sahamnya menjadi Rp88,57 per saham. Lalu, jika menggunakan harga saham per 18 Juli 2024, berarti tingkat dividend yield-nya sekitar 8,73 persen. 

Saham BTPS

Saham BTPS memiliki segmen market bisnis yang sama dengan BBRI, meski skala bisnisnya jauh lebih kecil. Namun, hal itu pula yang menjadi tekanan kinerja keuangan BTPS selama kondisi suku bunga tinggi, serta asumsi judi online berdampak terhadap kualitas kredit segmen mikro, meski belum ada bukti angka-angka persentase secara detail. 

Harga saham BTPS masih murah jika melihat perhitungan harga wajar dengan PBV wajarnya menjadi sekitar Rp2.150 per saham. Angka harga wajar dengan discounted cashflow juga berada di area Rp2.316 per saham. 

Menariknya, saham BTPS diproyeksikan bisa mencatatkan pertumbuhan laba bersih signifikan sebesar 42,86 persen menjadi Rp1,5 triliun pada 2024. Kondisi ini jelas anomali mengingat kinerja laba bersih BTPS sepanjang kuartal I/2024 turun hampir setengahnya. 

Namun, bukan tidak mungkin juga mengingat kinerja BTPS di kuartal keempat tahun lalu memang merosot sangat tajam. Jika kinerja pada periode tersebut kembali ke rata-rata normal ada potensi laba bersih BTPS juga meningkat. 

Sebagai catatan, kinerja laba bersih BTPS sepanjang kuartal IV/2023 itu hanya RP77 miliar dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya yang bisa mencapai Rp300 miliar hingga Rp400 miliar. 

Untuk proyeksi dividen, kami menggunakan asumsi rata-rata dividend payout rasio normal BTPS sekitar 40 persen. Dengan asumsi laba bersih Rp1,5 triliun, berarti dividen per saham sekitar Rp77,88 per saham. Jika dihitung dengan harga pasar per 18 Juli 2024, tingkat dividend yield bisa mencapai 6,44 persen.

Kesimpulan

Dari list ini, mungkin banyak yang bertanya bagaimana dengan BNGA dan NISP yang menjadi primadona pasca covid-19 (karena sebelumnya kedua saham ini kurang likuid)? jawabannya posisi kedua saham itu memiliki tingkat harga saham yang sudah cukup tinggi. Meski, kinerja bertumbuh, kami menilai ada risiko normalisasi harga saham terlebih dulu ke depannya. 

Dengan membeli di bawah harga wajar, kami menilai bisa meningkatkan cuan yang optimal dari sisi capital gain dan juga dividend yield. Dari 5 saham bank ini, mana yang jadi pilihanmu?

Mau Belajar Investasi Saham Langsung Praktek dan Bisa Pilih Saham Terbaik di Waktu yang Tepat?

Yuk segera join Mikirdividen sekarang dan kamu akan dapat bonus ikutan Market Outlook Semester II/2024 yang akan diadakan secara online pada 20 Juli 2024.

Apalagi, kami lagi ada promo tambahan diskon Rp50.000 jika menggunakan kode promo: "SAHAMBULLISH" untuk semua produk Mikirduit.

Sebagai member Mikirdividen, kamu akan mendapatkan benefit lengkap seperti ini:

  • Ulasan 31 Saham Dividen Jangka Panjang yang Diupdate Setiap Rilis Laporan Keuangan
  • Publikasi Bulanan untuk gambaran arah market sebulan ke depan, terbit setiap akhir bulan
  • Grup diskusi mikirdividen
  • Event Online Bulanan termasuk Market Outlook Semester II/2024

Klik di sini untuk join Mikirdividen Bundling dan nikmati potongan harga tambahan jika menggunakan kode promo SAHAMBULLISH.

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini