5 Saham BUMN Lagi Beresin Masalah Utang, Siapa yang Siap Bangkit?
Tidak semua saham BUMN bagus, ada juga yang sakit parah karena kebanyakan utang. Berikut ulasan 5 saham BUMN yang lagi sakit karena banyak utang, ada yang sudah mau sembuh belum ya?
MIkirduit – Ada beberapa emiten BUMN yang lagi proses restrukturisasi keuangannya. Jelang pergantian pemerintah dan menteri BUMN, bagaimana perkembangan restrukturisasi utang dan keuangan emiten pelat merah tersebut?
Dari catatan kami, ada lima emiten BUMN yang lagi proses restrukturisasi utang, yakni ada KRAS, GIAA, WIKA, WSKT, dan INAF. Kira-kira bagaimana kabarnya dan apakah ada potensi turnaround story setelah restrukturisasi utangnya beres? berikut ulasannya.
Saham KRAS
KRAS sempat hampir bangkut pada 2018 setelah terlilit utang hingga Rp30 triliun dengan kondisi kinerja yang merugi sejak 2012. Kerugian yang dialami KRAS disebabkan oleh kenaikan impor besi dan baja China.
Dengan kondisi merugi, struktur bisnis KRAS juga tidak efisien setelah memiliki 11 anak usaha dan 60 cucu usaha.
Lalu, bagaimana kondisinya per 2024?
Jika dilihat kondisi utang berbunga KRAS memang sudah turun dari 2,2 miliar dolar AS pada 2019 menjadi 1,41 miliar dolar AS per semester I/2024. Meski, kondisi debt to Equity rasio KRAS masih cukup tinggi, yakni 3,22 kali.
Dari segi perkembangan bisnis, Saham KRAS sempat kembali mencatatkan laba bersih pada periode 2020-2022. Hal itu terjadi karena perseroan mampu memangkas biaya operasional dengan cara menggabungkan anak dan cucu usaha menjadi lebih ramping.
Lalu, dari segi kinerja pendapatan, KRAS sempat mencatatkan kenaikan pendapatan dan tren laba bersih di 2021. Namun perlahan kembali turun di 2022 hingga per 2024.
Jika dilihat kinerja KRAS per semester I/2024, perseroan kembali melanjutkan tren rugi bersih sejak 2023. KRAS mencatatkan kerugian senilai 64,15 juta dolar AS. Tingkat kerugian itu lebih besar dibandingkan dengan 36,88 juta dolar AS pada periode sama tahun sebelumnya.
Kerugian KRAS disebabkan oleh penurunan pendapatan sebesar 54,84 persen menjadi 444,67 juta dolar AS. Lesunya pendapatan KRAS disebabkan oleh turunnya permintaan ekspor hingga 99,84 persen menjadi tersisa 89.000 dolar AS, serta penurunan penjualan baja domestik sebesar 55,83 persen menjadi 353,85 juta dolar AS.
Meski begitu, KRAS masih mampu menjaga operasionalnya tetap efisien. Hal itu terlihat dari tingkat gross profit margin yang naik menjadi 10,85 persen dibandingkan dengan 7,93 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Lalu, bagaimana dengan prospek KRAS selanjutnya?
Beberapa catatan untuk fundamental KRAS:
- Perseroan telah melakukan efisiensi dengan cukup baik hingga membuat gross profit margin tetap naik meski pendapatan turun.
- Permasalahan utama KRAS adalah di produk jualan utamanya, yakni baja. Tren-nya terus menurun.
Namun, ada beberapa sentimen menarik yang mungkin bisa mendorong pertumbuhan kinerja KRAS, yakni tren penurunan harga bijih besi untuk bahan baku baja yang turun mendekati level 100 dolar AS per ton. Kondisi ini bisa membuat dari segi biaya, KRAS akan lebih efisien.
Toh, biaya terbesar dari KRAS adalah bahan baku. Jika dilihat per semester I/2024, biaya bahan baku KRAS berkontribusi sebesar 31,94 persen terhadap total beban pokok pendapatan perseroan.
Jika biaya bahan baku bisa ditekan lebih efisien, tingkat margin keuntungan KRAS bisa meningkat.
Pekerjaan rumah selanjutnya adalah bagaimana bisa meningkatkan penjualan. Hal ini bisa dilakukan KRAS mengingat produsen baja China disebut lagi mengalami krisis.
Dari data Bloomberg, produksi baja mentah di China disebut anjlok 10 persen pada Agustus 2024. Penurunan ini disebabkan oleh merosotnya permintaan. Bahkan, para produsen di China yang memaksakan untuk produksi baja harus menjual rugi.
Dengan terjadinya penurunan industri baja China, KRAS bisa mengisi kekosongan tersebut. Walaupun, kondisi di China juga bisa menggambarkan pasar baja keseluruhan di dunia. Namun, dengan tutupnya beberapa pabrik baja di China, setidaknya KRAS bisa mengambil peluang ekspor baja lebih besar.
Saham GIAA
Saham GIAA mulai goyah ketika digugat penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) sejak 2021. Permasalahan utang GIAA disebabkan adanya pandemi Covid-19 yang membuat mobilitas masyarakat menurun drastis. Efek pandemi Covid-19 ini pun tidak hanya berdampak negatif ke GIAA, tapi juga beberapa saham penerbangan lainnya.
Apalagi, secara ekuitas, GIAA sudah mencatatkan posisi ekuitas negatif sejak 2020. Per 2020, ekuitas GIAA negatif 1,94 miliar dolar AS.
Dalam kondisi tekanan akibat pandemi Covid-19 pada 2020, GIAA beberapa kali digugat PKPU seperti:
- Juli 2021: GIAA digugat pailit oleh Aercap Ireland Limited di Supreme Court New South Wales. Namun gugatan itu berujung dicabut pada 28 Juli 2021.
- Oktober 2021: GIAA digugat PKPU oleh PT My Indo Airlines. Hasilnya, hakim pengadilan niaga Jakarta Pusat menolak gugatan tersebut.
Tim Pengurus PKPU mencatat GIAA saat itu memang punya masalah utang cukup besar mencapai Rp142 triliun. Lalu, bagaimana kondisinya saat ini?
Jika dilihat per kuartal I/2024 (Laporan kuartal II/2024 masih diaudit) tingkat utang berbunga tinggal Rp22,07 triliun. Namun, itu di luar beban biaya sewa pesawat perseroan. Lalu, ekuitas perseroan masih negatif sekitar 1,37 miliar dolar AS.
Di sisi lain, dari segi pendapatan operasional bisnisnya, GIAA mencatatkan pertumbuhan sebesar 18 persen menjadi 711,98 juta dolar AS. Menariknya, dari segi laba usaha, GIAA sudah profit senilai 9,05 juta dolar AS dibandingkan dengan rugi 2,19 juta dolar AS pada periode sama tahun sebelumnya.
Hanya saja, secara umum GIAA masih merugi 87,03 juta dolar AS.
Untuk strategi restrukturisasi GIAA ini dilakukan dengan memindahkan utang jangka pendek menjadi lebih panjang, artinya memperpanjang tenor pinjamannya tersebut.
Lalu, GIAA juga membuat operasional menjadi lebih efisien dengan melakukan kemitraan seperti dengan Singapore Airlines. Harapannya, kemitraan itu bisa mendorong pertumbuhan bisnis GIAA menjadi lebih agresif sehingga bisa pulih dari jeratan utang tersebut.
Saham WSKT dan WIKA
Selain KRAS dan GIAA, ada dua saham BUMN karya yang lagi proses restrukturisasi utangnya. Kedua saham BUMN karya tersebut adalah WSKT dan WIKA.
Hampir mirip dengan GIAA, saham BUMN karya dengan utang tinggi banyak yang tumbang akibat pandemi Covid-19. Bedanya, masalah dua BUMN karya ini memang tinggal menunggu waktu. Soalnya, secara model bisnis keduanya bisa dibilang kurang menguntungkan karena mengerjakan proyek dengan tingkat margin keuntungan yang sangat tipis.
Akhirnya, mereka banyak bertahan hidup dengan cara divestasi aset-aset jalan tol dan proyek infrastruktur lainnya. Sampai akhirnya, pandemi Covid-19 terjadi membuat perputaran uang proyek mandek sehingga BUMN karya dengan utang besar mulai mengalami kesulitan pembayaran.
Lalu bagaimana kabarnya kini?
Saham WSKT
Dari catatan Anggito Abimanyu dari artikel opininya di Kompas.com, WSKT mulai mengalami kesulitan membayar utang ke bank BUMN sejak 2021. Kala itu, total utang WSKT ke bank BUMN yang berpotensi bermasalah senilai Rp29,3 triliun.
Sampai akhirnya, WSKT mendapatkan lampu hijau dari bank untuk melakukan restrukturisasi 75 persen dari total utang yang senilai Rp21,9 triliun. Dari situ, WSKT sudah mulai menandatangani Master Resctructuring greement (MRA).
Ketujuh bank yang menyetujui restrukturisasi utang WSKT antara lain, BBNI sebagai lead konsorsium bersama BMRI, BBRI, BTPN, BRIS, BJBR, dan Bank DKI.
Namun, masalah WSKT tidak selesai hanya setelah mendapatkan kesepakatan restrukturisasi tersebut. Selanjutnya, pada Agustus, WSKT mulai mengalami gagal bayar bunga ke-12 dan pelunasan obligasi berkelanjutan OV Tahap I tahun 2022 yang jatuh tempo pada 6 Agustus 2024. Jumlah pokok utang disebut Rp135,5 miliar dengan kupon 10,75 persen per tahun.
Ditambah, Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk WSKT senilai Rp3 triliun dibatalkan oleh pemerintah.
Saham WSKT pun hingga kini masih disuspensi sejak Mei 2023.
Sampai saat ini, WSKT terus sibuk melakukan rapat umum pemegang obligasi dan mengurus gugatan PKPU perseroan.
Kondisi WSKT saat ini pun sudah mulai mencatatkan penurunan total utang berbunga sebesar 1,7 persen menjadi Rp63,68 triliun hingga semester I/2024.
Sementara itu, dari sisi kinerja per semester I/2024, secara umum WSKT masih merugi Rp2,15 triliun. Pendorong utama antara lain pendapatan yang juga turun 15,19 persen menjadi Rp4,47 triliun.
Namun, ada satu poin positif, yakni laba kotor naik 28,73 persen menjadi Rp595 miliar. Namun, kenaikan laba kotor itu didorong dari operasional segmen bisnis konstruksi yang ditekan lebih efisien.
Secara keseluruhan, bisnis WSKT belum mampu menutupi seluruh beban operasionalnya. Apalagi, pendapatan berulang perseroan hanya 30,16 persen dari total pendapatan, sedangkan sisanya pendapatan konstruksi yang margin keuntungannya sangat tipis.
Saham WIKA
Setali tiga uang, PT WIjaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) mulai restrukturisasi utang sejak 23 Januari 2024. Saat itu, WIKA berhasil menyepakati Master Restructuring Agreement (MRA) dengan 11 lembaga keuangan senilai Rp20,58 triliun. Beruntungnya, kondisi WIKA belum separah WSKT, meski tidak bisa dikatakan baik juga sih.
Sampai semester I/2024, WIKA mencatatkan penurunan total utang berbunga sebesar 1,37 persen menjadi Rp36,25 triliun. Utang WIKA juga cukup besar mencapai 2,98 kali dari ekuitas.
Secara kinerja, WIKA mencatatkan hasil yang cukup bagus di 2024. Sampai semester I/2024, WIKA mampu mencatatkan laba bersih senilai Rp401 miliar. Meski, dari segi pendapatan turun 18,58 persen menjadi Rp7,53 triliun.
Meski pendapatan turun, WIKA mampu mencatatkan gross profit margin lebih tinggi, yakni sebesar 8,57 persen dibandingkan dengan 8,42 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Penurunan beban pokok pendapatan yang signifikan ada di segmen bisnis infrastruktur gedung. Penurunan terjadi di semua segmen dari biaya material, subkontraktor, biaya upah dan lainnya.
Lalu, apakah kinerja WIKA dan WSKT yang tampak lebih efisien menjadi sinyal pemulihan? kami masih skeptis dengan prospek kedua saham BUMN karya tersebut jika model bisnisnya masih menggarap proyek dengan tingkat keuntungan sangat rendah. Pasalnya, pendapatan berulang yang dimiliki kedua perusahaan itu belum mampu membiayai hidup perseroan sehingga jika pola ini tidak diubah, hal serupa bisa terjadi di masa depan.
Apalagi, wacana merger BUMN karya bisa jadi batal jika tidak ada tanda tangan kesepakatan dan sebagainya di akhir bulan ini. Pasalnya, akan ada pergantian pimpinan yang mengurus BUMN yang bisa jadi caranya akan berbeda.
Saham INAF
Saham INAF pernah menjadi primadona saat pandemi Covid-19. Bayangkan, saham ini pernah bertengger di RP7.000-an per saham, sebelum akhirnya tenggelam di Rp126 per saham.
Selaras dengan harga sahamnya, selepas pandemi Covid-19 2020, kinerja INAF terus merosot. INAF pun kena gugatan PKPU dan beberapa kabar yang kurang bagus.
Seperti, INAF digugat PKPU oleh PT SOlarindo Energi Internasional dan Trimitra Wisesa Abadi pada 2023. Akibat gugatan itu, INAF membayar Rp36,9 miliar.
Gugatan INAF selanjutnya terjadi pada 29 Februari oleh PT Foresight Global. Hasilnya Pengadilan menerima PKPU tersebut. Selama periode PKPU, INAF disebut akan melakukan restrukturisasi terhadap utang-utangnya tersebut.
Di luar kabar PKPU, INAF pun diterpa kabar tidak segar, yakni menunggak gaji karyawan. Beberapa karyawan disebut hanya digaji 50 persen hingga tidak digaji sama sekali sejak awal 2024.
Teranyar, eks Dirut INAF periode 2019-2023 diduga terlibat korupsi pengadaan alat kesehatan fiktif.
Jadi, apa yang sebenarnya terjadi dengan INAF?
Saham INAF mulai mencatatkan ekuitas negatif sejak 2023 senilai Rp804 miliar. Posisi ekuitas negatif setelah INAF mengalami kerugian sejak 2021 hingga 2023. Tingkat kerugian INAF pun meningkat dari Rp38 miliar pada 2021 menjadi RP721 miliar pada 2023.
Secara bisnis, kinerja keuangan INAF juga turun cukup signifikan. Per semester I/2024, posisi rugi INAF senilai Rp101 miliar. Kerugian itu disebabkan oleh penurunan pendapatan sebesar 69,85 persen menjadi Rp109,71 miliar.
Penurunan pendapatan yang signifikan itu juga ada kontribusi dari pendapatan FMCG menjadi nol dibandingkan dengan sebelumnya senilai Rp84 miliar.
Dari sisi gross profit juga terus turun menjadi hanya 1,22 persen setelah laba bersih INAF turun sebesar 90 persen.
Kesimpulan
Jika dilihat dari kelima saham BUMN ini, kondisi yang cukup parah terjadi di WSKT, WIKA, dan INAF. Hal itu disebabkan ada masalah secara internal dan baru dalam tahap awal dibenahi. Sementara itu, GIAA dan KRAS juga ada pengaruh dari manajemen internal, tapi sudah perlahan diubah serta restrukturisasi terjadi sudah cukup lama.
Jika ada pendukung dari faktor eksternal, GIAA dan KRAS bisa menarik, tapi tetap risikonya adalah fundamental bisnis kedua emiten itu masih cukup rentan. Sehingga untuk menjadikan kedua saham ini investasi jangka menengah panjang sangat berisiko.
Dari kelima saham ini, ada yang masih kamu hold?
Mulai Langkah Investasi Saham-mu Bersama Mikirdividen
Kamu bisa mengetahui gambaran benefit jadi member mikirdividen dengan klik di sini.
Secara umum, kamu akan mendapatkan beberapa benefit dengan menjadi member mikirdividen seperti:
- Analisis 31 Saham Dividen yang Cocok untuk Investasi Jangka Panjang (Di-update fundamentalnya per 3 bulan dan harga wajar secara real-time)
- 24 Digest, Publikasi bulanan yang bisa memandumu investasi saham dengan fenomena yang bakal terjadi di bulan selanjutnya
- Grup Diskusi di Whatsapp
- Event Online Bulanan
Kamu bisa jadi member Mikirdividen dengan Harga Diskon 33% menjadi Rp400.000 per tahun. Untuk join jadi member bisa klik di sini. | Promo Paket Ini Berlaku Hingga 31 Desember 2024
Selain itu ada promo lainnya seperti:
- Paket Lengkap Mikirdividen 1 Tahun + Paket e-Book Saham Pertama: DISKON 44% menjadi Rp500.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket ini hanya berlaku hingga 30 September 2024
- Paket e-Book Saham Pertama dengan Benefit (e-Book Saham Pertama, Rekaman Event Saham Pertama, Kalkulator Harga Wajar): DISKON 33% menjadi Rp200.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket Ini Berlaku hingga 31 Desember 2024
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini
Referensi:
- Kompas.com, 20 Februari 2023, Restrukturisasi Utang Waskita Karya