5 Saham Dividen yang Menarik, tapi Sideways Mulu, Buy or Bye?
Ada 5 saham yang secara dividen menarik, tapi harga sahamnya cenderung sideways. Apakah saham seperti ini menarik jadi pilihan? simak ulasannya di sini
Mikirduit – Ada saham-saham yang secara khusus cukup dikejar dividenn-nya saja tanpa berharap mendapatkan capital gain yang signifikan. Namun, apakah saham-saham tersebut menjadi tidak menarik? jawabannya tidak juga karena dividen yang ditawarkan bisa memberikan dividend yield sekitar 10 persen. Apa saja saham tersebut?
Saham IPCC
Saham IPCC ini memiliki karakter bisnis recurring income, yakni terkait jasa pelayanan pelabuhan untuk produk otomotif. Anak usaha Pelindo ini melayani kebutuhan ekspor atau impor kendaraan di beberapa pelabuhan yang dikelolanya.
IPCC mengelola beberapa pelabuhan yang melayani pengiriman kendaraan seperti:
1. Pelabuhan terminal Tanjung Priok, Jakarta
2. Pelabuhan terminal Belawan, Sumatra Utara
3. Cabang Pontianak
4. Cabang Balikpapan
5. Cabang Banjarmasin
6. Pelabuhan Terminal Makassar
Sejak IPO pada pertengahan 2018, saham IPCC menjadi salah satu emiten yang rutin bagi dividen dengan tingkat yield yang cukup menarik. Jika di-rata-rata, tingkat dividend yield yang ditawarkan IPCC sekitar 10 persen per tahun.
Meski, IPCC sempat puasa dividen pada tahun buku 2020 karena perseroan mengalami kerugian Rp13 per saham akibat pandemi Covid-19. Namun, kini kinerja IPCC sudah kembali ke pertumbuhan bisnis yang positif kembali.
Meski, dividen IPCC cukup menarik dengan rata-rata tingkat yield sebesar 10 persen per tahun. Namun, harga saham IPCC bisa dibilang bergerak cenderung sideways.
Harga saham IPCC sempat berada di atas Rp1.000 per saham setelah IPO, tapi setelah itu mengalami penurunan selaras dengan tren kinerja yang mengalami kerugian pada 2020.
Setelah itu harga saham IPCC bergerak sekitar Rp500 - Rp800 per saham. Dengan rentang tersebut, kami menilai saham IPCC akan menarik jika kembali ke kisaran Rp600-an per saham. Artinya, potensi dividend yield yang diterima untuk jangka panjang bisa lebih menarik.
Untuk ruang pertumbuhan dari bisnis IPCC akan tergantung dari jumlah pengiriman kendaraan yang dilayani atau perseroan melakukan ekspansi dengan penambahan jumlah pelabuhan. Di luar itu, bisnis IPCC akan cenderung stabil.
Saham POWR
Saham POWR memiliki bisnis pembangkit listrik sehingga secara kinerja keuangan, perseroan cenderung stabil. POWR memiliki kapasitas pembangkit listrik sebesar 1.165 megawatt yang mengaliri ke 2600 pelanggan industri di wilayah Jabodetabek, serta 21,2 Megawatt peak-nya dalam bentuk energi baru terbarukan.
POWR memiliki tiga pembangkit listrik, yakni Jababeka Power Plant, MM-2100 Power Plant, dan Babelan Power Plant. Mayoritas pembangkit listrik POWR menggunakan gas bumi, sedangkan yang terbesar kedua dengan batu bara.
Sejak IPO pada Juni 2016, POWR selalu membagikan dividen 2 kali dalam setahun. Rata-rata tingkat dividend yield dalam setahun sejak IPO hingga per 2023 kemarin sekitar 8 persen per tahun.
POWR menjadi salah satu emiten dengan bisnis yang sudah matang. Sejauh ini pertumbuhan bisnisnya hanya mengandalkan permintaan listrik existing, sedangkan perseroan belum melirik potensi perluasan area yang dialiri listriknya.
Untuk itu, kami menilai untuk potensi kenaikan harga saham tidak akan terlalu agresif. Setelah bertahan di atas Rp1.000-an per saham setelah IPO, saham POWR terus bergerak sideways di area Rp600 hingga Rp800 per saham hingga saat ini. Namun, jika hanya ingin mengambil dividennya, saham POWR jelas cukup menarik. Apalagi, jika kamu bisa dapat harga rata-rata sekitar Rp600-an per saham bisa membuat potensi dividend yield yang didapatkan menjadi sangat menarik.
Saham MPMX
MPMX menjadi salah satu saham dividen yang harga sahamnya cenderung sideways. Bisnis MPMX berbeda dengan POWR dan IPCC yang cenderung memberikan jasa yang sifatnya pendapatan berulang.
MPMX memiliki bisnis otomotif yang mencakup distributor motor Honda, bisnis penyewaan kendaraan, dan asuransi. Sebelumnya, MPMX juga memiliki bisnis pelumas kendaraan, yakni Federal Oil, tapi dijual ke Exxon Mobil pada 2018.
MPMX mulai dikenal sebagai saham dividen sejak membagikan dividen dengan yield menarik sejak tahun buku 2018. Kala itu, MPMX membagikan dividen final di November 2017 senilai Rp105 per saham dengan tingkat yield saat cum-date sekitar 9,94 persen.
Lalu, setelah menjual Federal Oil pada 2018,MPMX membagikan dividen jumbo senilai Rp480 per saham dengan tingkat yield tembus 33,06 persen. Tingkat dividend jumbo itu dibagikan dari hasil lonjakan laba bersih MPMX setelah menjual bisnis pelumasnya.
Setelah itu, MPMX rutin bagikan dividen dengan yield jumbo di atas 10 persen. Namun, yang menjadi perhatian kami adalah, tingkat dividen jumbo MPMX itu selaras dengan tingkat payout ratio yang juga jumbo. Tercatat, MPMX selalu bagikan dividen di atas 100 persen laba bersih pada periode 2017, 2020, dan 2022. Sisanya, dividen payout ratio di atas 90 persen. Padahal, guideline dividen perseroan tidak lebih dari 40 persen.
Meski, dividen MPMX cukup jumbo, tapi harga saham perseroan juga sideways di kisaran Rp800 - Rp1.300 per saham dalam 5 tahun terakhir.
Saham ASII
Saham ASII juga menjadi saham yang secara pergerakan harga saham cenderung sideways di Rp5.000 - Rp8.000 per saham dalam lebih dari 5 tahun terakhir. Namun, tingkat dividen ASII menunjukkan daya tarik sejak 2022 hingga saat ini.
ASII adalah perusahaan konglomerasi yang membawahi banyak bisnis seperti otomotif, pertambangan, perkebunan, properti, jasa keuangan, teknologi, dan lainnya.
Hal itu pula yang mempengaruhi kinerja keuangan dan harga saham ASII. Dengan bisnis yang terlalu diversifikasi, harga saham ASII cukup fluktuatif mengikuti bisnis-bisnisnya yang lagi mengalami pasang surut. Begitu juga dengan tingkat dividen.
Sebelum 2022 saat booming batu bara, saham ASII memiliki tingkat dividen yang cenderung kura menarik. Rata-rata tingkat dividend yield ASII dari harga cum-dividen berkisar 2-4 persen.
Namun, sejak booming batu bara dan laba bersih UNTR, anak usaha ASII dengan kontribusi ke laba perseroan cukup besar, meningkat. ASII berani membagikan dividen dengan payout ratio tembus 90 persen pada tahun buku 2022. Sehingga tingkat yield-nya naik 9,72 persen.
Lalu, tingkat dividend yield ASII di 2023 juga tetap tinggi sekitar 9,98 persen, meski payout ratio turun ke 62 persen. Hal itu selaras dengan rata-rata penurunan harga saham ASII dari Rp7.000 per saham menjadi Rp5.000 hingga Rp6.000 per saham.
Posisi terbaik untuk hold ASII adalah di bawah Rp5.500 per saham agar bisa mendapatkan tingkat dividend yield yang menarik.
Saham INDF
Saham INDF menjadi salah satu saham dividen yang harganya sideways, tapi tingkat dividend yield-nya paling rendah. Jika dilihat sejak 2017 sampai saat ini, rata-rata tingkat dividend yield INDF sekitar 3-4 persen per tahun.
INDF adalah induk usaha dari bisnis consumer goods Grup Salim. INDF membawahi SIMP yang memiliki bisnis perkebunan CPO, ICBP yang produksi makanan ringan dan minuman kemasan, serta Bogasari yang produksi tepung yang juga digunakan untuk kebutuhan produksi mie instan andalannya, yakni Indomie.
Secara umum, nasib INDF hampir mirip dengan ASII, yakni bisnis anak usahanya cukup beragam. Bahkan, bagi INDF bisa saling berlawanan. Misalnya, saat harga CPO naik akan menguntungkan SIMP, tapi merugikan ICBP. Sebaliknya, saat harga CPO turun akan kurang bagus untuk SIMP, tapi menjadi lebih bagus untuk margin keuntungan ICBP.
Di sisi lain, perkembangan dividen INDF tidak tumbuh setinggi laba bersih perseroan karena tingkat payout ratio-nya terus diturunkan. Dari sempat 50 persen, per tahun buku 2023 kemarin hanya 28 persen.
Harga saham INDF pun bergerak sideways di area Rp6.000 hingga Rp8.000 per saham. Untuk itu, kami menilai jika ingin masuk ke INDF bisa bersabar menunggu di Rp6.000-an per saham untuk bisa mendapatkan tingkat dividend yield yang lebih optimal dan potensi capital gain dalam 1-2 tahun dengan harapan bisa balik ke Rp7.000 hingga Rp8.000 per saham.
Kesimpulan
Ada dua strategi investasi saham dengan karakter sideways seperti ini, yakni:
Pertama, investasi untuk jangka panjang dengan beli di harga rendah. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan tingkat dividen yield yang menarik setiap tahunnya.
Kedua, membeli untuk jangka menengah di harga rendah. Sambil menunggu bisa mendapatkan capital gain di harga tertingginya, kamu bisa menikmati dividennya. Sehingga tingkat keuntungan akan berganda dari dividen dan juga capital gain. Biasanya, karakter saham seperti ini bisa bangkit ke harga tertinggi-nya lagi dalam 1-2 tahun sesuai dengan siklus ekonominya.
Kira-kira, bagaimana dengan proyeksi dividen dari saham-saham tersebut? kamu bisa tahu ulasan lebih detail dengan join ke Mikirdividen.
JOIN MIKIRDIVIDEN SEKARANG JUGA
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .
Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Beberapa benefit baru yang sedang disiapkan:
- IPO Digest Premium
- Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
- Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini