5 Saham Kinerja Laba Meroket, Tapi Harganya Masih Diskon Gede

5 Saham ini kinerja laba bersihnya meroket, tapi harga sahamnya belum kemana-mana. Kira-kira gimana prospeknya? siapa yang paling menarik?

5 Saham Kinerja Laba Meroket, Tapi Harganya Masih Diskon Gede

Mikirduit – Salah satu strategi investasi saham adalah mencari saham yang lagi berada di harga murah. Kalau menggunakan istilah Lo Kheng Hong, berarti beli mercy seharga bajaj. Pertanyaannya apa indikatornya? kami mengulas 7 saham yang ‘mungkin’ lagi salah harga. 

Kami tidak hanya menggunakan indikator valuasi Price to Earning Ratio atau Price to Book Value saja, tapi juga menilai bagaimana pertumbuhan kinerja emiten tersebut dibandingkan dengan harga sahamnya. 

Secara ringkas, kami menemukan 5 saham yang punya pertumbuhan laba bersih di semester I/2024 yang menarik, tapi harga sahamnya sepanjang tahun ini masih turun. Kira-kira, apa saham yang layak dilirik ya?

meme

Saham AISA

PT FKS Food Sejahtera Tbk. (AISA), si produsen snack Taro, ini mencatatkan turnaround story pada kinerja semester I/2024. Perseroan mencatatkan laba bersih senilai Rp28 miliar dibandingkan dengan rugi Rp5 miliar pada periode sebelumnya.   

Jika dilihat pencapaian turnaround story AISA ini didorong oleh dua hal utama, yakni pertumbuhan pendapatan sebesar 14,25 persen menjadi Rp931 miliar, serta operasional bisnis yang lebih efisien. Hal itu terlihat dari gross profit margin yang naik menjadi 37,04 persen dibandingkan dengan 30,28 persen. Lalu, margin usaha juga naik menjadi 6,4 persen dibandingkan dengan 2,08 persen pada periode sebelumnya. 

Apalagi, kini AISA yang sudah di bawah kendali FISH setelah kejadian drama 2018-2019 menjadi lebih sehat. Tingkat debt to Equity rasio (DER) hanya 0,2 kali, serta kas operasional per semester I/2024 positif Rp59.59 miliar.

Catatannya, AISA memiliki kas yang tipis senilai Rp49 miliar dibandingkan dengan utang jangka pendek yang mencapai Rp138 miliar. 

Lalu, AISA juga memiliki defisit di pos ekuitas sekitar Rp2,9 triliun. Artinya, holder AISA tidak bisa berharap dividen meski perseroan sudah mencatatkan laba bersih nantinya. 

Jika melihat historisnya, kondisi laba bersih ini menjadi tahun kedua AISA mulai meraih laba bersih setelah beralih kepemilikan ke FISH dan melewati periode pandemi Covid-19. 

Kami sendiri menilai harga wajar AISA sudah berada di area yang cukup murah dengan asumsi harga wajar PBV band 3 tahun terakhir (asumsi setelah diakuisisi FISH) berada di Rp199 per saham.

Saham AISA, Pesaing ICBP yang Jadi Pesakitan
Saham AISA pernah dianggap calon pesaing kuat ICBP karena memiliki lini bisnis yang lumayan komplit terkait consumer goods. Begini kisah pasang surut nasib AISA

Saham HOKI

PT Buyung Putra Sembada Tbk. (HOKI), saham produsen beras Topi Koki, mencatatkan laba bersih senilai Rp16,69 miliar dibandingkan dengan rugi Rp4,14 miliar.

Pendorong laba bersih HOKI juga didorong kenaikan pendapatan sebesar 6,27 persen menjadi Rp744 miliar, serta operasional bisnis yang lebih efisien sehingga tingkat gross profit margin naik menjadi 8,2 persen dibandingkan dengan 7,29 persen. Lalu, margin laba usaha naik menjadi 1,8 persen dibandingkan dengan 0,12 persen pada periode sama tahun sebelumnya.

Tingkat utang HOKI juga masih cukup baik dengan tingkat debt to Equity rasio sebesar 0,34 kali. Catatannya, tingkat kas setara kasnya memang cukup rendah, hanya Rp28 miliar dengan tingkat utang jangka pendek senilai Rp228 miliar. 

Adapun, kerugian yang dialami oleh HOKI pada 2023 disebabkan oleh kenaikan biaya bahan baku. Untuk itu, perseroan juga melakukan diversifikasi bisnis dengan membuat produk baru, yakni DailyMeal dan juga bisnis investasi untuk investasi di saham-saham berkualitas di BEI sejak 2022. 

Harga saham HOKI juga terhitung masih cukup murah dengan asumsi harga wajar dari PBV Band 5 tahunnya sekitar Rp173 per saham. 

Saham SCMA

PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) mencatatkan kenaikan laba bersih semester I/2024 sebesar 372 persen menjadi Rp327 miliar dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Kenaikan laba bersih itu ditopang dengan pulihnya pendapatan yang kembali naik sebesar 9,77 persen menjadi Rp3,32 triliun. 

Operasional bisnis SCMA pun tetap efisien saat mencatatkan pertumbuhan pendapatan hampir 10 persen. Hal itu terlihat dari tingkat margin laba usaha yang naik menjadi 10,47 persen dibandingkan dengan 1,97 persen, serta net profit margin menjadi 9,84 persen dibandingkan dengan 2,29 persen pada periode sama tahun sebelumnya.

Bisnis SCMA sempat terganggu pada 2023 oleh beberapa hal, seperti transisi dari tv analog ke tv digital yang membuat pengiklan wait and see untuk menggelontorkan dana iklannya hingga penetrasi ke tv digital menjadi 100 persen. Lalu, iklan dari e-Commerce sempat menurun saat suku bunga tinggi, ketika perusahaan marketplace itu dituntut untuk lebih efisien. 

Untungnya, dari segi pengiklan yang wait and see sepanjang 2023 sudah mulai mengiklan lagi karena penetrasi tv digital yang sudah mendekati 100 persen. 

Dari segi risiko bisnis, SCMA hanya memiliki tingkat utang senilai Rp1,74 miliar. Apalagi, tingkat kas dan setara kas SCMA juga cukup tebal mencapai Rp722 miliar. 

Harga saham SCMA juga sudah menarik banget dengan asumsi wajar dari PBV band 5 tahunnya sekitar Rp357,28 per saham.

Saham LSIP

PT London Sumatra Plantation Tbk. (LSIP) mencatatkan pertumbuhan laba bersih semester I/2024 sebesar 259,34 persen menjadi Rp598 miliar. Namun, kenaikan laba bersih LSIP bukan didorong oleh pertumbuhan pendapatan yang solid. 

Dari segi pendapatan, LSIP mencatatkan penurunan sebesar 4,4 persen menjadi Rp1,8 triliun. Pasalnya, penjualan produk palm oil dan turunnya rata-rata mengalami penurunan sekitar 7 persen. Untungnya, penurunan volume jual itu diiringi oleh kenaikan harga rata-rata jual CPO LSIP sehingga penurunan pendapatan bisa menjadi lebih rendah.

Laba bersih LSIP naik karena didorong biaya operasional yang lebih efisien terlihat dari gross profit margin LSIP yang naik menjadi 33,47 persen dibandingkan dengan 17,46 persen pada periode sama tahun sebelumnya. 

Berbeda dengan emiten lainnya, kami menilai risiko saham LSIP ke depannya masih ada, terutama terkait rata-rata usia pohon yang cukup mature, yakni 17 tahun. Hal itu bisa mempengaruhi tingkat produktivitas ke depannya. 

Dengan asumsi risiko penurunan produksi masih bisa terjadi, kami menilai harga wajar LSIP dengan PBV band standard deviasi -1 5 tahunnya di Rp1.009 per saham.

Saham EMTK

Tren PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) juga mengikuti anak usaha-nya SCMA dengan mencatatkan turnaround story menjadi laba bersih pada semester I/2024 senilai Rp150 miliar dibandingkan dengan rugi Rp444 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. 

Namun, berbeda dengan anak usahanya, ada beberapa catatan untuk saham EMTK. Pasalnya, kinerja EMTK kembali mengalami kerugian senilai Rp109 miliar pada periode April-Juni 2024. 

Jika dicek lebih detail, permasalahan saham EMTK di April-Juni 2024 bukan dari core bisnisnya. Pasalnya, core bisnis EMTK masih cukup oke dengan kenaikan pendapatan 3 bulan kuartal II/2024 sebesar 35,84 persen menjadi Rp2,86 triliun, serta laba kotor naik 60,85 persen menjadi Rp980 miliar karena kenaikan beban pokok pendapatan yang lebih rendah dari pendapatan.

Tekanan laba bersih EMTK datang dari beberapa pos seperti: 

Pertama, kenaikan beban umum dan administrasi. Sepanjang kuartal II/2024, beban umum dan administrasi tembus RP931 miliar atau 45 persen lebih tinggi dibandingkan dengan Rp639 miliar pada kuartal I/2024, serta 27,29 persen lebih tinggi dari kuartal II/2023 yang senilai Rp731 miliar. 

Kedua, beban kerugian dari entitas asosiasi yang merugi Rp208 miliar. Kerugian itu meningkat dibandingkan dengan Rp44 miliar pada kuartal I/2024, serta laba senilai Rp134 miliar pada kuartal II/2023. 

Dengan posisi ini, kami menilai EMTK masih menarik secara core bisnis, tapi tantangannya adalah bagaimana entitas asosiasinya itu bisa mendulang hasil positif untuk memperbaiki kinerja perseroan. 

Melihat saham EMTK memiliki beberapa distraksi dalam 5 tahun terakhir (seperti booming saham teknologi di 2020-2021), serta kinerja masih berpotensi terdistraksi kerugian entitas asosias, kami menggunakan asumsi harga wajar dengan PBV standard deviasi -1 10 tahun terakhir menjadi Rp940 per saham. Jika dibandingkan dengan posisi harga sahamnya per 9 Agustus 2024, posisi saat ini masih cukup murah. 

Kesimpulan

Kelima saham yang disebutkan ini punya peluang dan risiko masing-masing dari segi bisnisnya. Seperti, AISA dan HOKI yang saat ini bisa bangkit bisa saja terganggu lagi kinerjanya jika ada kenaikan biaya bahan baku yang signifikan. Namun, bisa jadi peluang jika kinerja di 2025 bisa lanjut bertumbuh. 

Lalu, untuk SCMA sendiri lagi mencatatkan normalisasi pendapatan setelah mengalami penurunan karena kondisi khusus di industrinya. Apalagi, jika suku bunga Bank Indonesia mulai turun, dalam periode lagging setelah 6-12 bulan penurunan suku bunga, SCMA bisa mendapatkan manfaat dari kenaikan permintaan iklan. Pasalnya, perusahaan akan kembali ke mode ekspansi saat suku bunga rendah. 

Sementara itu, untuk LSIP masih harus menghadapi tantangan meremajakan tanamannya agar bisa mencatatkan produksi yang lebih agresif. Serta, EMTK harus menyelesaikan permasalahan tingkat kerugian di entitas asosiasinya yang sempat naik di kuartal II/2024. 

Dari kelima saham yang kinerjanya bertumbuh ini, mana yang menurutmu menarik?

Dapatkan 31 Analisis Saham Dividen Terbaik Secara Real-Time Hanya dengan Rp1.000 per Hari Bersama Mikirdividen

Join Mikirdividen sekarang untuk mendapatkan banyak benefit serta strategi investasi dan diskusi dengan para investor saham. Berikut benefit gabung mikirdividen:

  • Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Analisis Harga Wajar Real-time 31 Saham Dividen Terbaik
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
  • Event online bulanan

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini