5 Saham Raksasa Kecil Paling Murah di Indonesia
Jika bingung mau cari saham apa selain big caps, berikut ini ada 5 saham raksasa kecil (tiny titans) di Indonesia yang lagi murah. Kamu tertarik?
Mikirduit – Cara investasi saham paling mudah adalah dengan membeli saham yang punya bobot besar ke IHSG alias bluechip dan para big caps. Namun, ada sebuah metode screening saham yang mencari saham raksasa kecil alias tiny titans di mana saham-saham ini dianggap memiliki prospek bagus meski skalanya masih kecil.
Cara mencari raksasa kecil ini bisa menggunakan metode dari James O'Shaughnessy, seorang investor saham di Amerika Serikat yang menggunakan strategi investasi ke saham dengan kapitalisasi pasar kecil.
O'Shaughnessy sempat menuliskannya di buku pada 2006 berjudul Predicting the Markets of Tomorrow. Dalam bukunya itu, O'Shaughnessy bergerak melawan arah di mana biasanya banyak investor bahkan termasuk dirinya membatasi aksi investasi ke saham mikro. Namun, dia mulai mengembangkan strategi ini dengan beberapa alasan berikut ini:
- Saham berkapitalisasi pasar kecil memiliki sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali analisis dari sekuritas sehingga sering diabaikan
- Saham berkapitalisasi pasar kecil memiliki korelasi atau bobot yang rendah terhadap indeks utama [dalam konteks AS di S&P 500] sehingga dapat dimasukkan dalam strategi investasi yang terdiversifikasi. [Maksudnya, jika indeks utama turun, saham dengan bobot rendah ini berpotensi bergerak berlawanan arah]
Dalam metode saham raksasa kecilnya, O'Shaughnessy menggunakan beberapa indikator.
Pertama, market cap harus sekitar 25 juta dolar AS hingga 250 juta dolar AS. Jika dirupiahkan sekitar Rp400 miliar hingga Rp4 triliun. Namun, untuk menyesuaikan pasar di Indonesia, kita menggunakan indikator kapitalisasi pasar sekitar Rp200 miliar hingga Rp2 triliun.
Kedua, mencari saham raksasa kecil yang punya price to sales (P/S) rasio di bawah 1 kali. O'Shaughnessy beranggapan metriks P/S lebih sulit dimanipulasi ketimbang price to earning ratio. Untuk itu, dia menggunakan metriks tersebut.
Saham yang memiliki harga saham lebih rendah dibandingkan penjualan yang dihasilkan berarti bisa dianggap masih murah.
Ketiga, O'Shaughnessy menyarankan agar investor memiliki minimal 25 saham kapitalisasi mikro ini untuk diversifikasi risiko. Jika diperbandingkan dengan skala pasar saham Indonesia, kita bisa ubah menjadi bisa memiliki sekitar 15 saham kapitalisasi mikro tersebut.
Lalu, apa saja 5 saham raksasa kecil yang paling murah di Indonesia?
1. Saham BAYU
Saham BAYU masuk salah satu list saham raksasa kecil karena memiliki price to sales ratio untuk 12 bulan terakhir sekitar 0,23 kali. Saham sektor penyedia jasa pariwisata ini juga hanya memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp535 miliar. Sepanjang 2023, harga saham BAYU sudah naik sekitar 44,29 persen.
Dari sisi kinerja, saham ini cukup menarik karena termasuk yang tidak punya utang berbunga. Adapun, beban bunga dalam catatan laba-rugi berasal dari kebutuhan bank garansi bukan berupa utang.
Dari sisi kinerja keuangan, per kuartal III/2023 juga baru bangkit setelah naik sebesar 41,98 persen menjadi Rp1,66 triliun. Laba bersih BAYU meroket lebih tinggi sebesar 169 persen menjadi Rp57,52 miliar. Persentase kenaikan laba bersih lebih tinggi karena perseoran juga mencatatkan kenaikan 40 persen menjadi Rp14 miliar. Pendapatan lainnya perseroan berasal dari pendapatan bunga deposito senilai Rp11 miliar.
Jika dilihat struktur sumber pendapatan, mayoritas pendapatan BAYU berasal dari penjualan tiket yang nominalnya mencapai Rp1,19 triliun. Lalu, sumber pendapatan dari tur, hotel, dan dokumen, serta lainnya hanya berkontribusi sekitar Rp500 miliar.
Adapun, jumlah pendapatan tiket BAYU didapatkan dari segmen korporasi yang membutuhkan pemesanan tiket, sedangkan untuk segmen ritel mereka mengarahkan ke paket tur dan sebagainya. Hal itu dilakukan untuk menghadapi disrupsi dari keberadaan online travel agent seperti Traveloka dan kawan-kawan.
Di sisi lain, model bisnis BAYU ini memang karakter yang besar dari segi omzet tapi tipis dari segi margin. Soalnya, perseroan hanya mengambil margin tipis dari paket tur maupun penjualan tiket.
Hal itu terlihat dari sisi gross profit margin hanya 7 persen, sedangkan net profit margin sekitar 3,44 persen.
Meski begitu, saham BAYU tetap menarik karena mereka mulai rutin bagi dividen lagi sejak 2020. Saham yang sudah IPO sejak 1990-an ini sempat rajin dividen sejak 1992 hingga 1997, tapi setelah krisis moneter waktu itu, perseroan absen bagi dividen hingga 2020 kemarin.
Kami menilai jika tertarik masuk BAYU mungkin bisa melakukan strategi cicil bertahap untuk mengurangi risiko fluktuasi harga saham. Namun, jika ingin all in bisa menunggu hasil laporan keuangan kuartal I/2024. Alasannya, saham BAYU sudah naik cukup tinggi setelah PPKM pandemi Covid-19 usai. Dari situ, mereka mendapatkan cukup banyak permintaan sehingga kinerja 2023 moncer, tapi kami perkirakan BAYU berpotensi mencatatkan perlambatan kinerja dari segi persentase kenaikannya di 2024 karena basis kinerja yang cukup tinggi. Untuk itu, ada potensi harga saham bisa lebih murah di 2024.
2. Saham ERTX
Saham PT Eratex Djaja Tbk. (ERTX) menjadi saham dengan price to sales terendah kedua, yakni sebesar 0,25 kali. Saham sektor tekstil ini memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp470 miliar. Sepanjang 2023, harga sahamnya sudah turun 27,02 persen.
Dari sisi kinerja keuangan, ERTX mencatatkan kenaikan pendapatan sekitar 13,99 persen menjadi 87,25 juta dolar AS. Namun, dari segi laba bersih justru mencatatkan penurunan sebesar 2,22 juta dolar AS. Penurunan itu terjadi akibat kenaikan beberapa beban seperti tenaga kerja hingga beban umum dan administrasi. Lalu, ada juga kenaikan beban bunga yang totalnya mencapai 1,9 juta dolar AS.
Sebenarnya, secara arus kas operasional cukup oke dengan jumlah positif senilai 4,82 juta dolar AS. Namun, dari sisi utang sedikit mengkhawatirkan karena tingkat utang jangka pendek saja sudah melebih dari total ekuitas.
ERTX punya utang jangka pendek sektiar 27 juta dolar AS, dengan posisi ekuitas sekitar 24,72 juta dolar AS. Secara total, utang berbunga ERTX senilai 29,36 juta dolar AS dengan tingkat debt to equity ratio sekitar 1,18 kali.
ERTX sendiri mulai rutin bagi dividen lagi sejak 2022 setelah sempat puasa dividen sejak 2003.
Kami menyarankan jika ingin masuk ERTX lebih berhati-hati karena ada risiko kredit yang cukup tinggi, meski dari segi kinerja keuangan masih oke. Jika ingin masuk lebih baik bertahap dan dengan alokasi modal lebih kecil dibandingkan saham biasanya.
3. Saham DEWA
Saham PT Dharma Henhwa Tbk. (DEWA) menjadi saham dengan price to sales ratio terendah ketiga sebesar 0,26 kali. Saham sektor kontraktor pertambangan ini memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp1,79 triliun. Sepanjang 2023, saham DEWA melejit cukup tinggi sebesar 56 persen menjadi Rp83 per saham.
Kenaikan saham DEWA berkaitan dengan rencana perseroan melakukan private placement untuk melunasi utang, serta ada kabar kalau Grup Salim akan masuk ke perusahaan miliki Grup Bakrie tersebut.
Dalam jangka dekat, DEWA akan meminta persetujuan untuk melakukan private placement dalam rangka obligasi konversi. Jadi, DEWA akan menerbitkan saham baru dengan harga pelaksanaan Rp50 per saham untuk mengonversi utang dari dua entitas, yakni Madhani Talatah Nusantara dan Andhesti Tangkas Pratama menjadi saham. Nantinya, kedua perusahaan itu akan memegang masing-masing 27,64 prsen dan 17,89 persen sahamnya.
DEWA pun menekankan tidak ada perubahan pengendali dari aksi right issue yang menargetkan dana sekitar Rp800 miliar tersebut. Namun, dengan aksi private placement untuk obligasi konversi ini, tingkat risiko utang DEWA bisa menjadi lebih baik lagi.
Lalu, bagaimana skema Salim masuk ke DEWA? dari pihak manajemen DEWA membantah Salim ikut masuk lewat private placement obligasi konversi ini. Namun, kami menilai ada potensi Salim masuk jika kedua pemegang saham baru itu langsung melepas sahamnya agar menjadi uang tunai. Pembeli siaganya di sini adalah Salim. [ini asumsi kami]
Namun, jika dilihat timelinenya, salah satu orang kepercayaan Salim, yakni Teguh Boentoro sudah masuk ke DEWA sebagai Presiden Direktur. Artinya, saat ini Salim pun sudah masuk ke DEWA.
Namun, jika melihat kepemilikan saham DEWA saat ini, saham grup Bakrie itu masih dikendalikan oleh Zurich Asset International Ltd. sebesar 11,5 persen, sedangkan pemegang saham terbesar kedua adalah Goldwave Capital Limited sebesar 17,45 persen. Sisanya, saham DEWA dipegang oleh publik dengan kepemilikan di bawah 5 persen.
Dalam kondisi proses aksi korporasi ini, DEWA masih proses audit laporan keuangan kuartal III/2023 perseroan. Lalu, apakah DEWA menarik untuk masuk?
Sebenarnya, setelah aksi private placement, fundamental DEWA menarik. Namun,saham DEWA bakal menghadapi tantangan dari penurunan permintaan sektor tambang batu bara, meski jika melihat struktur pendapatan perseroan mulai ada pendapatan dari sektor industri. Walupun, dari segi nominal masih sangat kecil. Mayoritas sumber pendapatan DEWA adalah menjadi kontraktor pertambangan BUMI atau pihak terafliasinya.
Jika ingin masuk ke DEWA bisa masuk all in dengan alokasi modal kecil dulu. Jika ada perkembangan yang lebih menarik bisa tambah muatan.
4. Saham BUDI
Saham PT Budi Sweetener & Starch Tbk. (BUDI) menjadi saham raksasa kecil keempat dengan price to sales sekitar 0,28 kali. Saham tepung beras Rosebrand ini memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp1,14 triliun. Sepanjang 2023, harga saham BUDI sudah naik sekitar 6,84 persen.
Secara kinerja hingga kuartal III/2023, BUDI mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 29,76 persen menjadi Rp3,18 triliun. Kenaikan itu didorong permintaan dari tepung tapioka yang naik 45,29 persen menjadi Rp2,37 triliun. Sementara itu, penjualan sweeteners turun 11,2 persen menjadi Rp834 miliar. Selain itu, pendapatan BUDI dari asam sulfat naik sebesar 28,37 persen menjadi Rp114 miliar, sedangkan penjualan karung plastik turun tipis 1,75 persen menjadi Rp121 miliar.
Dari segi laba bersih, BUDI mencatatkan kenaikan sebesar 12,52 persen menjadi Rp71,68 miliar. Secara umum, kinerja BUDI lagi tertekan oleh kenaikan biaya produksi hingga beban lainnya. Hal itu terlihat dari penurunan gross profit margin menjadi 10,83 persen dibandingkan dengan 12,07 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Dari segi net profit margin juga turun menjadi 2,25 persen dibandingkan dengan 2,6 persen pada periode sama tahun lalu.
Sebenarnya, BUDI ini menjadi salah satu saham yang cukup menarik, meski dari segi margin cukup tipis. Sayangnya, ada satu yang jadi highlight kami antara lain, tingkat utang perseroan yang cukup tinggi. Total utang berbunga BUDI per kuartal III/2023 naik 2,08 persen menjadi Rp1,3 triliun. Tingkat debt to equity rationya pun 0,95 kali atau hampir 1 kali.
Masalahnya, BUDI punya utang jangka pendek hampir Rp1 triliun dengan kondisi arus kas operasional senilai Rp150 miliar. Lalu, masalah utang ini juga menghinggapi sister company-nya PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA). Di luar itu, dari skala bisnis dan kinerja keuangan sih, saham ini cukup menarik. Jika ingin masuk, mungkin bisa secara bertahap atau tidak all in untuk menghindari risiko.
5. Saham SRSN
Saham PT Indo Acidtama Tbk. (SRSN) menjadi saham raksasa kecil kelima dengan tingkat price to sales sekitar 0,4 kali. Saham produsen ethanol ini memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp415 miliar. Sepanjang 2023, saham SRSN sudah naik 26,92 persen. Tren kenaikan saham SRSN ini didukung oleh rencana Pertamina membuat produk BBM dari bioethanol.
Manajemen SRSN pun mengungkapkan, dengan rencana Pertamina itu ada potensi perseroan memperluas pangsa pasarnya. Apalagi, jika program BBM dari bioethanol terus berkembang. Namun, pihaknya masih dalam proses negosiasi harga bioethanol agar bisa sesuai dengan harga industri.
Selain itu, SRSN juga membidik peluang di pasar ekspor yang makin besar. Karakter permintaan ethanol berkorelasi positif dengan harga minyak dunia. Jika harga minyak dunia naik, berarti potensi permintaan bioethanol juga berpotensi naik.
Dari segi kinerja keuangan, perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 9,75 persen menjadi Rp751 miliar. Kenaikan itu didukung oleh penjualan ethanol sebesar 17,65 persen menjadi Rp656 miliar. Lalu, segmen lainnya seperti Acid turun 29 persen menjadi Rp72 miliar, sedangkan lainnya termasuk produk pertanian turun 8,65 persen menjadi Rp22 miliar.
Perseroan mengungkapkan, untuk penjualan pupuk organik perseroan memang sedikit kurang bergairah dibandingkan dengan periode tahun-tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan perseroan sangat tergantung dengan program pupuk organik dari pemerintah, sedangkan dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah mengurangi program tersebut sehingga produknya kurang bisa bersaing dengan kompetitor.
Sementara itu, laba bersih perseroan naik sebesar 985 persen menjadi Rp46 miliar. Kenaikan ini didorong oleh penurunan beban pokok pendapatan sebesar 0,87 persen menjadi Rp568 miliar. Lalu, beban keuangan juga turun 10,4 persen menjadi Rp9,4 miliar.
Manajemen SRSN per Oktober 2023 mengakui, lonjakan kinerja keuangannya didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata serta volume ekspor yang naik tajam. Dari situ, perseroan mendapatkan keuntungan selisih kurs.
Dari segi utang, sebenarnya SRSN juga tidak ada masalah yang signifikan. Perseroan mencatatkan debt (utang berbunga) to equity ratio sekitar 0,3 kali. Perseroan punya utang jangka pendek senilai Rp200 miliar, dengan kondisi arus kas operasional negatif. Namun, itu bisa diatasi karena dari segi saldo laba masih ada sekitar Rp243 miliar.
Sejak 2019, SRSN sudah mulai rutin bagi dividen lagi, meski sempat absen di 2022. Terakhir, di 2023, dividen SRSN sekitar Rp1 per saham. Sebelumnya, pada medio 1993-1995 SRSN sempat rutin bagi dividen dengan nominal dari Rp25 per saham hingga Rp100 per saham.
Sebenarnya, saham SRSN ini menarik, tapi kita harus siap dengan volatilitas jangka pendek serta risiko tidak likuid jika kembali ke Rp50 per saham.
Kesimpulan
Dari kelima saham ini, secara khusus, kami menilai saham BAYU dan SRSN yang memiliki prospek menarik. Hal itu juga dilihat dari segi risiko kredit yang rendah. Kami menilai kunci dari saham kapitalisasi kecil juga aman dari risiko kredit. Soalnya, kalau kreditnya numpuk, sedangkan kinerjanya biasa-biasa aja, tingkat risiko gagal bayar menjadi tinggi.
Namun, ada yang harus diperhatikan jika ingin berinvestasi di saham raksasa kecil begini. Hal itu antara lain:
- Ada risiko pergerakan harga saham bergerak lama hingga mulai meroket lagi. Pasalnya, saham raksasa kecil ini punya bobot sangat kecil ke IHSG, sehingga jarang sekali pemain besar masuk ke sini.
- Investasi ke saham raksasa kecil ini berarti kita siap menunggu godot untuk momentum saham ini naik
- Ada risiko likuiditas dari saham raksasa kecil ini. Jika lagi tidak ada momen mungkin saja saham ini susah dijual karena tidak ada yang tertarik beli
Jika kamu siap dengan risiko-risiko di atas, bisa coba. Kami sangat menyarankan jika tertarik membeli saham raksasa kecil ini, mulailah dengan modal kecil. Untuk mengukur risikonya juga. Setuju?
Kalau kamu tertarik yang mana? jika ingin dibuat tulisan part 2 untuk saham raksasa kecil lainnya tulis mau di kolom komentar ya.
Mau dapat guideline saham dividen 2024? - Diskon Langsung Rp100.000
Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Informasi posisi harga saham dividen sudah murah atau mahal
- Perencanaan investasi dari alokasi modal dan toleransi risiko untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
Yuk langsung join Mikirdividen DISKON LANGSUNG Rp100.000 klik di sini ya
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini