5 Saham yang Cocok Untuk Pemula, Serta Kriterianya
Investor pemula disarankan jangan nekat beli saham fluktuasi tinggi. Pasalnya, kamu bisa shock dengan risiko penurunan terjadi. Lalu, apa 5 saham pilihan yang cocok untuk pemula?
Investasi saham memang menggiurkan karena memiliki potensi keuntungan yang maksimal. Bahkan, beberapa saham bisa naik ribuan persen seperti $PANI hingga $BREN. Namun, potensi keuntungan maksimal itu juga berbanding lurus dengan risikonya. Sehingga jika mengejar saham yang lagi naik tinggi malah berpotensi rugi jika ada penurunan jangka pendek. Lalu, apa saja saham yang cocok untuk pemula? begini kriteria dan pilihan sahamnya.
Beberapa hal yang harus dipahami oleh investor pemula adalah harga saham tidak akan selalu naik selamanya, pasti ada risiko mengalami penurunan. Biasanya, beberapa kesalahan investor pemula adalah mengejar saham yang harganya lagi naik, tapi setelah dibeli malah turun.
Masalahnya lagi, saham yang dibeli kerap memiliki fluktuasi pergerakan harga saham yang sangat tinggi dan fundamentalnya tidak begitu bagus, sehingga risiko nyangkut menjadi sangat tinggi.
Untuk itu, kami membuat beberapa kriteria saham yang cocok untuk pemula memahami risiko fluktuasi dan likuiditas di saham sehingga meredam potensi kerugian saat memulai investasi saham. Beberapa kriteria itu antara lain:
Sangat Likuid
Hal terpenting adalah membeli saham yang sangat likuid, sehingga ketika ingin dijual tidak perlu menunggu lama atau jual bertahap. Biasanya, saham yang likuid punya porsi saham publik atau free float yang cukup besar di atas 10 persen.
Termasuk Saham Blue chip
Saham Blue Chip diasosiasikan untuk saham first liner yang memiliki kapitalisasi pasar di atas Rp10 triliun. Namun, banyak yang mengasumsikan saham Blue Chip pasti bagus. Padahal, saham Blue Chip hanya pemilihan layer berdasarkan skala bisnis yang besar hingga ke market cap yang tinggi.
Sehingga, saat memilih saham Blue Chip, kita juga perlu memantau perkembangan fundamentalnya lagi apakah sedang bertumbuh atau malah mulai tertekan karena faktor eksternal maupun internal perusahaan.
Kelebihan berinvestasi di saham Blue Chip terutama yang memiliki bobot besar ke IHSG adalah likuiditasnya terjamin karena menjadi primadona bagi investor asing yang berinvestasi saham di Indonesia.
Tren Pertumbuhan Kinerja Keuangan Positif
Kriteria selanjutnya bisa digunakan untuk menyeleksi saham-saham Blue Chip yang punya kinerja keuangan yang menarik. Beberapa indikator untuk mengecek tren pertumbuhan kinerja keuangan positif antara lain:
- Cek pertumbuhan pendapatan dan laba bersih, seberapa konsisten, serta jika turun apakah disebabkan faktor eksternal seperti makro ekonomi atau ada faktor internal perusahaan hingga sektoral.
- Tren margin keuntungan (gross profit margin dan net profit margin) cenderung stabil, jika konsisten naik lebih bagus. Namun, jika tren margin keuntungan fluktuatif seperti, tahun ini naik tinggi, tahun depan turun signifikan, itu perlu dicek penyebabnya karena bisa jadi risiko untuk pertumbuhan bisnis di masa depan.
Dari kriteria tersebut, berikut ini 5 saham yang cocok untuk pemula:
Saham $BBCA
$BBCA sering dianggap sebagai kapal induk dari IHSG karena memiliki bobot terbesar kedua ke IHSG. $BBCA memiliki bobot sekitar 8,92 persen (per Oktober 2024) ke IHSG. Bahkan, jika $BBCA mengalami penurunan signifikan bisa menjadi pertanda ada potensi aksi jual bersih asing, yang juga membawa IHSG mengalami penurunan.
Jika dilihat dalam 5 tahun terakhir, rata-rata kenaikan harga saham $BBCA sekitar 9,86 persen per tahun. Kenaikan harga saham $BBCA itu selaras dengan tren rata-rata kenaikan laba bersihnya dalam 5 tahun terakhir yang sebesar 13,28 persen per tahun.
Saham $BBRI
$BBRI menjadi saham dengan bobot paling besar ke IHSG sebesar 9,44 persen. Meski, saat ini trennya lagi turun, tapi hal itu disebabkan oleh tekanan perlambatan kinerja laba bersih $BBRI. Namun, perlambatan kinerja itu disebabkan oleh kebijakan penghapusan insentif restrukturisasi kredit UMKM saat Covid-19 di Maret 2024.
Ditambah, saat suku bunga tinggi yang berada di pucuk pada 2024 membuat risiko kredit bermasalah, terutama segmen mikro menjadi cukup tinggi. Hal itu terlihat dari data OJK yang menunjukkan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross UMKM per September 2024 menjadi 4 persen dibandingkan dengan 3,88 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Kenaikan NPL itu membuat $BBRI harus menganggarkan pencadangan yang membuat laju pertumbuhan laba bersih lebih lambat.
Dengan tren harga saham yang lagi turun, tren kenaikan harga saham $BBRI dalam 5 tahun terakhir masih naik 3,23 persen per tahun. Kenaikan harga saham $BBRI itu masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata kenaikan laba bersihnya selama 5 tahun terakhir yang sebesar 12,22 persen per tahun.
Dengan tren suku bunga acuan Bank Indonesia yang mulai turun, hal ini bisa jadi positif untuk $BBRI karena mereka bisa lebih efisien dari segi cost of fund (biaya untuk membayar bunga simpanan) dan mendapatkan kredit baru yang lebih berkualitas, serta perbaikan kredit bermasalah.
Potensi perbaikan kinerja itu diharapkan bisa membuat $BBRI kembali menarik perhatian investor asing yang membuat harga sahamnya kembali menanjak.
Catatannya, jangan berharap saat membeli $BBRI di harga murah bisa langsung untung. Sebagai investor, kita harus siap dengan fluktuasi jangka pendek. Saham $BBRI masih menarik untuk pemula karena potensi pemulihan kinerja keuangannya cukup besar sebagai salah satu bank terbesar yang fokus di UMKM.
Saham $BMRI
Saham $BMRI juga menjadi pilihan untuk investor pemula karena menjadi salah satu bank besar yang juga pesaing saham $BBCA. $BMRI memiliki komposisi bisnis yang sama seperti $BBCA, yakni fokus di segmen kredit korporasi dan konsumer. $BMRI juga menjadi emiten dengan bobot terbesar ke IHSG ketiga sebesar 8,15 persen.
$BMRI mencatatkan rata-rata kenaikan harga saham dalam 5 tahun terakhir sekitar 12,95 persen per tahun. Tren kenaikan harga saham $BMRI dalam 5 tahun terakhir itu selaras dengan kenaikan laba bersih dalam periode yang sama sebesar 16,12 persen per tahun.
Saham $BBNI
$BBNI menjadi saham dengan bobot terbesar ke-10 di IHSG sebesar 2,52 persen. $BBNI menjadi emiten bank besar keempat di Indonesia. Secara karakter bisnis, $BBNI memiliki kesamaan dengan $BBCA dan $BMRI, yakni fokus di bisnis kredit korporasi dan konsumer.
Dalam 5 tahun terakhir, rata-rata kenaikan harga saham $BBNI sebesar 5,58 persen. Tren rata-rata kenaikan harga saham $BBNI itu selaras dengan tren pertumbuhan laba bersih di periode yang sama sekitar 6,88 persen per tahun.
Saham $BBNI memiliki skala bisnis paling kecil diantara tiga big bank lainnya sehingga sering disebut sebagai saham big bank yang paling murah jika dibandingkan dari segi price to book value (PBV).
Saham $ASII
$ASII sering dianggap tidak memberikan kenaikan harga saham yang menarik dalam 5-10 tahun terakhir. Namun, bukan berarti hal itu membuat saham $ASII menjadi tidak menarik. Meski terlihat sideways, jika kita beli di harga yang murah, ada potensi mendapatkan keuntungan dari segi capital gain hingga tingkat dividend yield yang menarik.
Alasan terbesar saham $ASII cenderung sideways adalah karena emiten konglomerasi ini punya beberapa segmen bisnis yang berbeda, dengan 4 segmen bisnis utama, yakni otomotif, pertambangan, keuangan, dan perkebunan sawit. Jika ada salah satu sektor itu meredup, akan berefek juga ke kinerja $ASII yang berujung ke pergerakan harga saham perseroan.
Jika dilihat rata-rata pergerakan harga saham $ASII dalam 5 tahun terakhir, tren harga sahamnya cenderung turun 5,63 persen per tahun. Namun, dari segi laba bersih naik sekitar 9,39 persen per tahun pada periode yang sama. Sehingga meski dari sisi harga cenderung turun, tapi dari segi dividen malah cenderung naik.
Apalagi, jika bisa manajemen pembelian harga saham $ASII di harga rendah yang secara historis dalam 5 tahun terakhir sekitar Rp4.500 sampai Rp5.000 per saham. Berarti bisa mendapatkan potensi kenaikan harga saham dan dividend yield yang menarik.
Catatan Akhir
Kelima saham ini menjadi pilihan untuk investor pemula ini bukan berarti akan memberikan keuntungan yang pasti. Namun, kelima saham ini memiliki fundamental yang solid dan pergerakan harganya bergerak sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Sehingga penurunan harga saham bisa terjadi jika kinerja melambat karena faktor eksternal, tapi jika kinerja pulih akan kembali naik.
Apalagi, kelima saham ini termasuk 10 besar yang punya bobot besar ke IHSG. Dengan fundamental yang solid, saham-saham ini menjadi incaran utama asing jika investor tersebut melihat prospek bagus dari perekonomian Indonesia.
Adapun, 4 dari 5 saham yang disebut ini adalah saham perbankan. Hal itu disebabkan saham bank ini memiliki fundamental yang solid dan jika diakumulasi, keempatnya adalah penguasa pasar intermediasi (aktivitas menjadi perantara simpan-pinjam) perbankan di Indonesia hingga 50 persen, sedangkan sisanya diperebutkan oleh puluhan bank lainnya.
Jadi, dengan skala bisnisnya tersebut, akan sulit bank besar ini mengalami kegoyahan dari segi fundamental maupun harga saham lebih dari 1 tahun. Kecuali ada masalah internal yang membuat bisnisnya menjadi berisiko.
Untuk pekan selanjutnya, kami akan mengulas tentang apa itu margin saham, dan bagaimana penerapannya dalam trading saham. 🤔 Kami akan mengupas tuntas semua jawabannya minggu depan! Jadi, tetap pantau terus ya! Stay tuned! 😊
Mau belajar saham? coba kamu isi dulu form di sini, agar kami tahu apa kebutuhanmu untuk bisa menjadi investor saham yang expert. KLIK DI SINI YA!
Disclaimer: Informasi dalam website ini bukan sebuah rekomendasi atau ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada Anda dan kami tidak bertanggung jawab atas segala risiko yang mungkin timbul. Selalu lakukan riset Anda sendiri atau konsultasikan dengan ahli sebelum membuat keputusan investasi.