5 Saham yang Mulai Dilirik Asing, Begini Prospeknya
Setelah net sell asing jumbo terjadi di IHSG hampir sebulan terakhir, beberapa saham dengan bobot besar ke IHSG seperti BBRI dan TLKM mulai mencatatkan net buy lagi. Berikut 5 saham yang mulai dilirik asing.
Mikirduit – Investor asing masih mencatatkan net sell asing sekitar Rp115 miliar di pasar reguler per 22 November 2024. Beberapa saham big caps mulai dilirik dengan mencatatkan net buy asing. Apakah sinyal pekan depan asing mulai net buy karena valuasi saham sudah cukup murah?
Secara teknikal, IHSG sudah bergerak di area sideways di sekitar 7.120 - 7.180 dalam sepekan terakhir. Meski, asing masih terus mencatatkan net sell asing dalam 13 hari perdagangan beruntun. Namun, tren net sell asing juga sudah semakin menciut.
Salah satu kunci kenaikan IHSG, terutama saham dengan bobot besar di sana adalah kembalinya asing mencatatkan net buy.
Sementara itu, asing mulai mencatatkan net buy di beberapa saham dengan bobot besar IHSG dan dalam tekanan jual selama sebulan terakhir. Dua saham yang mencolok itu seperti BBRI dan TLKM.
Seperti, BBRI sudah mencatatkan net buy asing pertamanya senilai Rp128 miliar pada 22 November 2024, setelah 13 hari beruntun jadi sasaran jual investor asing.
Lalu, TLKM mencatatkan net buy asing selama dua hari perdagangan beruntun pada 21-22 November 2024.
Di sisi lain, risiko tekanan market masih cukup besar mengingat rupiah yang terus melemah hingga mendekati level Rp16.000 per saham. Dalam kondisi ini, saham-saham yang punya bisnis ekspor termasuk komoditas diuntungkan karena harga jualnya menjadi lebih kompetitif.
Namun, dari sisi ekonomi, pelemahan kurs ini bisa meningkatkan kenaikan barang-barang dengan bahan baku impor. Hal itu bisa makin mempersulit daya beli masyarakat. Apalagi, beberapa kebijakan, salah satunya PPN 12 persen akan mulai diterapkan per 1 Januari 2025.
Jadi, apakah potensi net buy asing di pekan depan hanya 'prank' sesaat, atau ada potensi naik karena menyambut window dressing?
Secara umum, kami menilai ada potensi net buy asing masuk berdasarkan prospek kinerja dan valuasi yang sudah murah. Sehingga bisa merangsang harga saham beberapa emiten naik jelang tutup tahun. Berikut 5 saham yang mulai diborong asing paling banyak pada 22 November 2024.
Saham UNTR
Saham UNTR mencatatkan net buy asing senilai Rp35,8 miliar sepanjang 22 November 2024. Secara valuasi harga, saham UNTR tidak terlalu murah dengan asumsi wajar dengan PBV band 5 tahunnya sekitar Rp25.032 per saham.
Meski, jika mengacu ke angka PE dan PBV justified, saham UNTR saat ini masih cukup murah. Valuasi wajar dengan PE justified ada di Rp28.350 per saham, sedangkan dengan PBV justified senilai Rp31.650 per saham.
Kami sendiri mengacu harga saham UNTR tidak murah untuk asumsi investasi jangka panjang. Dengan karakter bisnis cyclical, posisi harga saham di area Rp27.000-an per saham saat ini bisa dibilang bukan menjadi best price lagi.
Di sisi lain, UNTR lagi punya sentimen positif seperti, kinerja laba bersih kuartal III/2024 yang secara mengejutkan tumbuh positif. Hal itu didorong pertumbuhan kinerja segmen kontraktor pertambangan dan tambang mineral (nikel dan emas), serta sinyal pemulihan bisnis alat berat perseroan.
Kami ekspektasi jika kinerja laba bersih UNTR di kuartal IV/2024 mencatatkan pertumbuhan 0 persen alias sama seperti kuartal keempat tahun sebelumnya, laba bersihnya bisa tumbuh 1,32 persen menjadi Rp20,88 triliun.
Dari situ, tingkat dividen final UNTR dengan asumsi payout rasio sebesar 45 persen dan mengecualikan dividen interim, berarti nilainya sekitar Rp1.853 per saham. Jika dihitung dengan harga penutupan per 22 November 2024, tingkat dividend yield sekitar 6,86 persen.
Saham INDF
Saham INDF mencatatkan net buy asing senilai Rp41,4 miliar pada 22 November 2024. Se-murah apa harga saham INDF?
Jika menghitung dengan PBV band 5 tahunnya, harga wajar INDF ada di Rp9.114 per saham. Apakah artinya harga saham saat ini sudah murah?
Menurut kami, justru tetap tidak terlalu murah mengingat terakhir kali INDF menyentuh harga di Rp9.000-an itu pada 2016.
Sementara itu, jika mengacu ke angka PE dan PBV justified dengan menggunakan proyeksi kinerja INDF di 2024, harga wajar dengan PE Justified ada di Rp7.699 per saham, sedangkan PBV justified ada di Rp7.508 per saham.
Kami cukup pesimistis INDF bisa ke Rp9.000-an per saham karena ada tantangan dari pertumbuhan bisnis CPO di 2025. Setelah mendapatkan dorongan pertumbuhan laba karena penurunan biaya pupuk, tapi hal itu tampaknya sulit terulang di 2025. Pasalnya, dari segi pendapatan masih tumbuh cenderung stagnan. Belum lagi, rencana replanting, terutama di LSIP, bisa menghambat laju pertumbuhan produksi CPO perseroan.
Sampai tutup tahun ini, kami ekspektasi laba bersih INDF bisa tumbuh 20,6 persen menjadi Rp9,82 triliun. Tingkat dividen dengan asumsi payout rasio 20 persen senilai Rp279 per saham. Jika dihitung dengan harga penutupan per 22 November 2024, potensi dividend yield-nya sekitar 3,73 persen.
Saham BRIS
Saham BRIS juga menjadi yang diborong terbanyak ketiga oleh asing setelah mencatatkan net buy asing sekitar Rp60,1 miliar. Catatannya juga sama seperti INDF dan UNTR, saham BRIS saat ini tidak begitu cocok untuk investasi jangka panjang, melainkan untuk memburu cuan dari fluktuasi jangka pendek saja.
Dengan perhitungan secara logika, PBV BRIS per 22 November 2024 itu mencapai 3,13 kali. Angka itu adalah PBV tertinggi untuk bank menengah. Bahkan, posisi PBV itu sudah melampaui BBRI, BMRI, dan BBNI yang merupakan pemegang saham bank syariah tersebut.
Valuasi BRIS hanya kalah dari BBCA yang menjadi saham bank paling mahal di Indonesia dengan tingkat PBV tembus 4,31 kali. Dengan menggunakan angka ini, jelas lebih menarik masuk ke salah satu pemegang saham BRIS ketimbang ke saham bank syariah terbesar tersebut, terutama BMRI yang menjadi pengendali terbesarnya.
Di sisi lain, saham BRIS memiliki beberapa sentimen yang belum ada kabar lagi, yakni rencana kedatangan investor strategis hingga wacana divestasi bertahap dari BBNI dan BBRI. Bahkan, wacana divestasinya mengarah dengan cara penjualan sahamnya ke publik. Hal ini berarti bisa meningkatkan free float yang bisa jadi tekanan untuk saham bank syariah terbesar di Indonesia tersebut.
Namun, untuk jangka pendek, kami rasa BRIS tetap menarik jika fluktuasinya masih menghasilkan daya beli yang cukup tinggi.
Saham ITMG
Saham ITMG memimpin sebagai saham batu bara yang paling diborong asing saat mencatatkan kenaikan pada 22 November 2024. Saham ITMG mencatatkan net buy asing senilai Rp63,5 miliar.
Di sisi lain, harga ITMG juga tidak cukup murah. Kami memasang asumsi PBV band konservatif mengingat tren kinerja keuangannya masih turun, harga wajar ITMG ada di Rp21.180 per saham. Namun, jika mengacu ke PE justified ada di Rp29.348 per saham, sedangkan dengan PBV justified ada di Rp24.728 per saham.
Meski begitu, seperti emiten batu bara kebanyakan, kinerja ITMG untuk tiga bulan kuartal III/2024 cukup menyakinkan. Perseroan mencatatkan laba bersih senilai Rp2 triliun. Posisi itu lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal II/2024 senilai Rp1,13 triliun, serta secara year on year (YoY) senilai Rp1,68 triliun.
Meski, jika dilihat lagi, kenaikan laba bersih itu lebih didorong oleh efisiensi operasional karena dari segi pendapatan masih mencatatkan penurunan.
Kami ekspektasi, kinerja laba bersih ITMG di sepanjang 2024 turun sebesar 27,84 persen menjadi Rp5,57 triliun. Dengan begitu tingkat dividen final ITMG mengecualikan interim sekitar RP1.978 per saham. Jika dihitung dengan harga per 22 November 2024, tingkat dividend yield-nya sekitar 7,08%.
Saham BBRI
Saham BBRI yang telah turun signifikan tiba-tiba mencatatkan net buy asing perdananya dan langsung menjadi top net buy asing pada 22 November 2024 senilai Rp128,9 miliar.
Kenaikan harga saham BBRI selaras dengan rilis kinerja 10 bulan perseroan. Sebenarnya tidak ada yang spesial dari kinerja perseroan.
Pendapatan bunga bersih masih tumbuh positif sebesar 1,58 persen menjadi Rp92 triliun. Hal itu didorong juga dengan pertumbuhan kredit yang masih cukup masif di tengah risiko kredit bermasalah akibat ekonomi yang melemah. Pertumbuhan kredit BBRI hingga Oktober 2024 naik 6,37 persen.
Apalagi, BBRI masih menambahkan tingkat pencadangan sebesar 36 persen menjadi Rp31,59 triliun. Menariknya, meski pendapatan bunga bersih hanya naik 1 persen dan ada kenaikan pencadangan 36 persen, tapi laba bersih BBRI naik 5,31 persen menjadi Rp45,72 triliun. Artinya, dari segi operasional bisnis, BBRI sudah semakin efisien.
Dari perhitungan kami, harga saham BBRI juga masih cenderung murah dengan asumsi PBV band 5 tahunnya di angka Rp5.375 per saham. Meski, jika mengacu ke angka PE dan PBV justified dengan proyeksi kinerja 2024, harga wajar BBRI ada di Rp4.620 per saham dan Rp4.400 per saham.
Kami proyeksikan, laba bersih BBRI masih bisa tumbuh 2,35 persen menjadi Rp61,51 triliun sepanjang 2024. Dari laba bersih itu, kami proyeksi BBRI memangkas payout rasio menjadi 70 persen dan dividennya senilai Rp284 per saham (termasuk interim). Sehingga tingkat dividend yield-nya sekitar 6,45 persen dengan menggunakan asumsi harga saham 22 November 2024.
Kesimpulan
Dari keempat saham yang diborong asing (kecuali BBRI), kami menilai posisinya saat ini bukan best price untuk investasi jangka panjang, sehingga lebih cocok untuk jangka menengah pendek saja. Pasalnya, belum ada data ekonomi pendukung yang bisa membuat asing benar-benar solid masuk ke Indonesia lebih lama.
Kecuali, jika dari data pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2024, Indonesia bisa menjaga rata-rata pertumbuhan di 5 persen, atau ada kabar baik dari pemulihan ekonomi China. Meski, semua itu bisa terhalang dengan kebijakan Donald Trump.
Harapan saat ini adalah Bank Indonesia bisa melanjutkan penurunan suku bunga dengan tetap menjaga kehati-hatian agar rupiah tetap stabil. Hal itu diharapkan bisa mempercepat roda perputaran ekonomi dan harapannya memperbaiki kinerja keuangan emiten menjadi lebih bagus.
Dari lima saham yang dilirik asing ini, mana yang sudah masuk porto atau jadi inceranmu nih?
Yuk Join Grup Mikirdividen untuk Dapat Pilihan Saham Investasi Jangka Panjang Serta Diskusi dan Update Saham Eksklusif Bersama Ratusan Investor Saham Lainnya
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini . Ada promo spesial diskon langsung Rp200.000 untuk langganan setahun! CUMA SAMPAI 31 Desember 2024 dan Kuota terbatas!
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini