5 Strategi Cuan dari Saham Turnaround Story
Salah satu strategi cuan dalam investasi saham adalah mencari saham yang fundamental bagus, tapi kondisinya lagi tertekan dan siap bangkit. Sering disebut saham turn around story. Begini 5 strateginya
Mikirduit – Ada salah satu strategi investasi yang mengincar kenaikan harga saham signifikan dari emiten yang kinerjanya mengalami turnaround dari rugi menjadi laba, atau dari penurunan laba bersih signifikan menjadi laba. Namun, bagaimana strategi melihat peluang saham turnaround story tersebut?
Sebelum itu, kenapa investasi mengejar kenaikan harga di saham yang kinerjanya turnaround tetap dibilang investasi bukan trading? alasannya strategi ini tidak mengenal batasan waktu, melainkan menanti hingga kinerjanya pulih yang jadi sentimen kenaikan harga saham Berbeda dengan trading yang dibatasi oleh waktu untuk menjaga modal tidak rugi dan bisa mencatatkan win rate yang tinggi.
Untuk investasi di saham turnaround ini bisa memakan waktu hingga 1-3 tahun. Soalnya, masuk di saham turnaround ini harus dari jauh-jauh hari saat kinerjanya terpuruk. Sehingga bisa mendapatkan harga terbaik. Jika trading, akan disesuaikan dengan jenisnya, sebagai scalper (trading kurang dari sehari), day trading (trading selama satu hari), swing trading (jangka pendek maksimal 1 bulan), dan juga ada jangka menengah yang hold bisa 3-6 bulan.
5 Strategi Mencari Cuan di Saham Turnaround Story
Ada beberapa hal yang harus dipahami untuk mencari cuan di saham yang berpotensi mengalami turn around story.
1.Saham Fundamental Bagus yang Lagi Rugi
Saham yang kinerjanya lagi merugi ini punya fundamental yang cukup bagus. Dalam arti, tingkat utang tidak ada, dan faktor penekan kinerja adalah kondisi ekonomi makro yang membuat penjualan menurun dan beban tinggi. Kondisi ini biasanya terjadi saat suku bunga tinggi.
Salah satu contoh saham seperti ini adalah EMTK. Holding dari SCMA, SAME, hingga BUKA ini masih mencatatkan kerugian Rp140 miliar. Penyebab kerugian salah satunya ada penurunan pendapatan sebesar 6,2 persen yang terjadi di SCMA akibat industri media massa yang mengalami penurunan pengiklan. Salah satu penyebab penurunan jumlah pengiklan ada beberapa faktor, dari penurunan permintaan iklan dari e-Commerce karena efisiensi, penurunan iklan dari segmen FCMG karena penetrasi ke tv digital masih rendah, serta efisiensi perusahaan akibat posisi suku bunga tinggi.
Selain itu, EMTK mencatatkan rugi karena mencatatkan kenaikan semua beban operasional saat pendapatan mengalami penurunan. Sehingga perseroan mencatatkan kerugian Rp200,78 miliar dibandingkan dengan laba Rp695,63 miliar.
Lalu, kerugian EMTK juga ditekan oleh posisi entitas asosiasi yang merugi senilai Rp457 miliar, salah satu kontirbutornya adalah BUKA. Kinerja terlihat menurun karena BUKA sebelumnya mendapatkan laba hasil investasi di BBHI, ditambah EMTK juga mencatatkan laba atas investasi neto hingga Rp5 triliun, yang kini merugi Rp52 miliar.
Menariknya, meski EMTK berstatus sedang rugi, arus kas operasional malah positif hingga Rp1 triliun. Ini menjadi titik menarik jika kinerja BUKA dan SCMA pulih, artinya saham ini berpotensi mencatatkan turnaround.
2.Saham Rugi yang Berpotensi Diakuisisi
Saham yang berpotensi turn around karena ada rencana aksi akuisisi. Jadi, ada emiten yang rugi terus, tapi perusahaan ini nggak bakal dibiarkan bangkrut karena memiliki value aset yang menarik. Namun, sifat strategi beli saham turn around yang ini agak berisiko tinggi karena kita membeli saham fundamental jelek, tapi sektor bisnisnya oke.
Misalnya, saham FREN, ini perusahaan telekomunikasi yang punya basis jaringan yang kuat. Aset jaringan yang kuat itu membuat FREN akan menarik untuk diakuisisi daripada dibiarkan bangkrut seperti BTEL. Namun, FREN punya masalah utang yang banyak dan belum pernah untung sejak mencatatkan diri di BEI, saat masih Smart Telecom hingga merger dengan Mobile-8. Kini, isu merger FREN dan EXCL terus muncul karena Kementerian Komunikasi menekankan perusahaan operator seluler cukup tiga saja. Risikonya, ternyata FREN tidak jadi diakuisisi dan kinerjanya terus merugi. Artinya, ya bakal lebih lama di level gocap.
3.Saham yang Kinerja Keuangannya Dipengaruhi Siklus Harga Bahan Baku dan Kurs Rupiah
Saham yang kinerja keuangannya memiliki siklus tersendiri. Ini biasanya saham yang produksinya tergantung dengan bahan baku komoditas dengan harga fluktuatif. Ketergantungan dengan harga bahan baku ini bisa berefek juga terpengaruh dengan fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Saham ini bukan saham komoditas mentah, tapi saham yang memproduksi produk hilir dari komoditas.
Salah satu contohnya saham GJT yang bisa dianggap turn around story karena berhasil kembali meraih laba bersih pada 2023 senilai Rp1,18 triliun dibandingkan dengan rugi Rp181 miliar pad 2022. Namun, sifat dari laba bersih GJTL ini tidak berlanjut. Bisa saja GJTL mengalami kerugian lagi di masa depan.
Soalnya, jika dilihat yang membuat GJTL menjadi laba itu bukan karena pendapatan, melainkan penurunan harga bahan baku hingga 19 persen menjadi Rp8,13 triliun. Di sisi lain, pendapatan perseroan turun 11,6 persen menjadi Rp16,97 triliun.
Hasilnya, laba kotor GJTL naik 58 persen menjadi RP3,73 triliun. Gross profit marginnya pun melonjak jadi 21,99 persen dibandingkan dengan 13,69 persen pada tahun sebelumnya. Sampai hasilnya, GJTL mencatatkan laba bersih Rp1,18 triliun. Namun, posisi laba ini bisa berbanding terbalik menjadi rugi lagi jika ternyata harga bahan baku kembali naik.
Sehingga tipe saham turnaround story ini hanya mengalami kenaikan harga saat periode siklus labanya lagi bagus. Jika tidak, mungkin saham ini nggak terlalu likuid.
4.Saham yang Kembali Mencatatkan Pertumbuhan Bisnis Setelah Mengalami Penurunan Selama Beberapa Periode
Saham yang mengalami turnaround story karena bangkit dari normalisasi booming luar biasa atau lepas dari tekanan bisnis. Jadi, jika penurunan kinerja sudah dianggap rendah dan siap kembali bertumbuh, berarti ini akan menjadi cerita turn around story.
Salah satunya adalah cerita SIDO yang mengalami penurunan kinerja keuangan sejak periode pasca pandemi Covid-19 di 2022-2023. Namun, manajemen SIDO mulai optimistis perseroan bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan maupun laba bersih di 2024. Apalagi, realisasi laba bersih 2023 senilai Rp951 miliar sudah sedikit lebih tinggi dari periode pra-covid-19 di 2020. Jika realisasi kinerja SIDO mulai kembali naik di 2024, bukan tidak mungkin harga sahamnya juga mengalami kenaikan setelah tertekan hampir 2 tahun terakhir.
5.Saham Cyclical yang Siap Bangkit dari Siklus Terbawahnya
Saham yang mengalami turnaround story karena siklus bisnisnya akan naik dari posisi terendahnya saat ini. Biasanya ini saham cyclical seperti komoditas di mana waktu beli terbaik adalah ketika saham itu tertekan karena bisnisnya berada di siklus terendahnya.
Misalnya,dalam kasus ini bisa masuk ke saham hybrid nikel dan batu bara seperti HRUM. Valuasi HRUM sudah murah dengan strategi bisnis masih ekspansi. Artinya, jika permintaan nikel kembali meningkat dan harganya naik, kinerja HRUM juga bisa bangkit. Apalagi, kenaikan harga nikel pasti juga berhubungan dengan batu bara jika didorong permintaan baja di China. Sehingga potensi kenaikan labanya cukup tinggi. Meski, risikonya harus nunggu sampai permintaan nikel naik yang bisa saja terjadi di 2025 atau 2026 ketika ekonomi China sudah pulih.
Kesimpulan
Seperti investasi saham dividen, investasi saham turn around ini juga membutuhkan waktu yang tidak diketahui hingga kapan. Untuk itu, investor harus memilih saham yang benar-benar memiliki fundamental yang bagus. Ingat, fundamental bagus tidak selalu laba naik, tapi bisa jadi laba lagi turun, tapi utang berbunga terkendali, bisnisnya masih ada yang tumbuh, dan penurunan laba bersih terjadi karena efek ekonomi makro bukan karena masalah internal manajemen.
Risiko terbesar dari investasi saham turn around ini adalah kadang kita beli sahamnya kecepatan. Kami mengalami saat memproyeksikan ESSA bakal mulai turn around pada 2024 karena ada maintenance pabrik di 2023. Sayangnya, waktu beli ESSA itu kecepatan di harga Rp631 per saham. Akhirnya, sempat floating loss saat ESSA kembali di harga Rp500. Kini, sudah kembali floating profit tipis 3,77 persen dengan target harganya bisa ke Rp1.000 per saham.
Jadi, ketika menggunakan strategi investasi ini, kita perlu yakin dengan analisis, tapi tetap update dengan berita untuk mengetahui update prospeknya. Takutnya, ada perkiraan yang melenceng karena berita terbaru. Jadi, kuncinya harus sabar dan yakin, tapi tidak denial dengan faktor risiko baru yang datang di masa depan.
Musim Bagi Dividen Nih, Mau Tau Saham Dividen yang Oke dan Bisa Diskusi serta Tau Strategi Investasi yang Tepat?
Yuk join Mikirdividen, masih ada promo Berkah Ramadan hingga Rp200.000. Berikut ini benefit yang akan kamu dapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini