Mikirduit – Utang itu seperti pedang bermata dua dalam dunia bisnis. Sisi baiknya bisa membantu ekspansi bisnis sehingga bisa mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi. Sisi buruknya, kalau gagal bayar bisa membuat bisnis melambat bahkan lumpuh. Lalu, apakah ada emiten atau saham yang tidak punya utang, dalam artian utang berbunga dari bank maupun obligasi? berikut ini 7 saham yang tidak punya utang bank maupun obligasi.
Ada beberapa karakter saham yang tidak punya utang bank seperti:
Bisnisnya sudah mencapai tahap mature atau matang sehingga bisa melakukan ekspansi cukup dari kas internal
Bisnisnya memiliki margin keuntungan yang besar sehingga dari hasil keuntungan saja sudah cukup untuk membiayai operasional hingga ekspansi.
Net profit marginnya juga memiliki kecenderungan cukup tinggi karena tidak pusing dengan biaya keuangan untuk bayar utang
SIDO memiliki tingkat utang berbunga dari bank atau obligasi nol sama sekali. Meski tanpa utang, SIDO masih punya kekuatan untuk ekspansi karena sampai semester I/2023 masih memiliki free cashflow hingga Rp224 miliar. Jadi, dengan kas bebas itu, SIDO bisa memikirkan inovasi untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya secara berkelanjutan tanpa pusing mikirin biaya utang.
💡
Free cashflow adalah sisa kas yang dimiliki perusahaan setelah melakukan aktivitas investasi. Jadi, free cashflow bisa digunakan untuk banyak hal seperti, bagi dividen, melakukan buyback, modal investasi untuk tahun selanjutnya, dan sebagainya.
Tantangan bagi saham SIDO hanya satu, yakni daya beli masyarakat. Ketika daya beli masyarakat sudah terlalu tinggi, berarti akan ada tanda-tanda penurunan kinerja di tahun berikutnya. Kenapa? karena basis pertumbuhan di tahun sebelumnya sudah terlalu tinggi. Sehingga ketika ada penurunan daya beli masyarakat, mau tidak mau nominal penjualan dan laba bersih juga menyesuaikan menjadi lebih rendah.
SIDO memiliki tiga lini bisnis, yakni jamu dan suplemen, makanan dan minuman, serta farmasi.
Untuk produk jamu herbal dan suplemen itu terdiri dari produk, KukuBima Ener-G, Vitamin C 1000, Vitamin D3, Vitamin E100iu, Vitamin E300iu, Bilberry Carrot, Fatraper, Jamu batuk, Sambiloto, Jamu Bersalin, Jamu Encok, Jamu Galian Delima Putih, Tolak Angin, Kapsul JSH dan banyak lagi.
Dari produk makanan ada beberapa produk seperti Susu Jahe, Kopi Jahe, Madusido, Kunyit Asem, Esteemje, Jamoe Lifestyle, Jamu Heritage, Permen Tolak Angin Bebas Gula, dan lainnya.
Untuk produk farmasi, kami tidak bisa menilai mana yang termasuk kategori produk farmasi. Kemungkinan obat-obatan seperti, Echinacea, Biotens, Celery, dan lainnya, yang sebenarnya itu juga jamu yang diramu dari bahan alami.
2. PT Cikarang Listrindo Tbk. (POWR)
POWR sering disebut sebagai perusahaan listrik swasta-nya di Indonesia. Berbeda dengan perusahaan independent power plant yang menjual listriknya ke PLN, POWR menjual listriknya ke kawasan industri yang ada di area Bekasi, Cikarang, dan Karawang. Meskipun, POWR juga menjual listrik kepada PLN, tapi porsi pendapatan dari pelanggan industri cukup besar.
Sejauh ini, POWR punya tiga aset utama, yakni pembangkit listrik tenaga gas Jababeka Power Plant, pembangkit listrik tenaga gas MM-2100, dan pembangkit listrik tenaga batu bara Babelan.
Dengan produk bisnisnya yang pasti ada konsumennya ini, POWR pun menjadi salah satu saham dividen pilihan yang menarik.
Nah, POWR juga menjadi salah satu saham yang tidak punya utang berbunga seperti bank dan obligasi sama sekali. Jadi, tidak ada beban keuangan yang berpotensi tiba-tiba menghambat laju pertumbuhan bisnis perseroan.
Dengan tanpa beban utang itu, POWR punya free cashflow yang tebal, yakni Rp847 miliar. Modal itu, bisa membantu sedikit-sedikit POWR untuk ekspansi dan sebagainya tanpa perlu ambil pinjaman bank.
💡
RALAT: Ternyata POWR masih punya utang berbunga berupa obligasi yang menjadi utang wesel. Jadi, sebelumnya utang obligasi itu milik dari anak usaha POWR di Singapura, yakni Listrindo Capital. Namun, Listrindo Capital dijual secara penuh pada 2019 oleh POWR. Lalu, kewajiban utangnya berupa obligasi senilai 500 juta dolar AS yang diterbitkan pada 2016 dan jatuh tempo pada 2026 menjadi milik POWR dan terhitung di utang wesel tersebut. Total, rasio debt to equity ratio untuk utang berbunga POWR di angka 0,72 kali, ya masih di bawah 1 kali sih.
3. PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS)
DMAS menjadi salah satu saham properti yang mengambil segmen kawasan industri. Perseroan merupakan bagian dari Grup Sinarmas dan merupakan sister company dari PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE). Saat ini, operasional perseroan terpusat di Cikarang, yang dikenal sebagai area Deltamas.
DMAS juga menjadi salah satu emiten yang tidak memiliki utang berbunga sama sekali. Dengan tidak adanya utang, hal itu membuat net profit margin perseroan tebal hingga membuat mereka memiliki free cashflow yang juga cukup tebal senilai Rp616 miliar. Sehingga, jika perseroan ingin ekspansi menambah landbank bisa menggunakan dana internalnya tersebut.
Sampai semester I/2023, DMAS sedang mengembangkan lahan seluas 6,62 juta meter persegi yang berada di Cikarang. Adapun, total lahan yang belum dikembangkan perseroan sekitar 3,11 juta meter persegi yang berada di daerah Cikarang.
MERK menjadi salah satu emiten farmasi besar dengan spesialisasi obat kanker. Selain itu, MERK juga menjadi emiten yang tidak memiliki utang berbunga seperti bank dan obligasi. Dengan operasional yang cenderung efisien karena jauh dari bayang-bayang beban bunga, MERK punya free cashflow senilai Rp93 miliar.
Di sisi lain, perusahaan yang disokong perusahaan asal Jerman dengan nama yang sama ini cenderung mendapatkan pendanaan dari perusahaan induknya tersebut. Meski begitu, MERK tidak selalu bergantung terhadap perusahaan induknya, bahkan liabilitas pihak berelasi pada semester I/2023 juga sudah tidak ada sama sekali.
Dari segi model bisnis, MERK bisa dibilang salah satu emiten yang memiliki moat untuk skala di Indonesia. Pasalnya, MERK menekankan perseroan memiliki bisnis teknologi kesehatan, bukan sekadar farmasi biasa. Produk obat kanker dan diabetesnya pun bisa dibilang hanya memiliki kompetitor yang sangat sedikit.
Lalu, produk kesehatan non-resepnya juga berubah dari penjualan langsung jadi memasok dengan konsep business to business kepada P&G.
Sehingga dari segi margin keuntungan dan pertumbuhan bisnis akan cenderung lebih konsisten dibandingkan dengan emiten farmasi yang mayoritas bisnisnya langsung jualan ke sektor ritel.
5. PT BISI Internasional Tbk. (BISI)
BISI menjadi satu-satunya emiten di BEI yang memiliki lini bisnis pertanian di luar perkebunan sawit. Beberapa produk BISI antara lain, benih jagung hibrida, benih hortikultura, benih padi, dan pestisida, serta pupuk.
BISI juga menjadi salah satu emiten yang tidak memiliki utang berbunga. Meski begitu, posisi free cashflow-nya lagi menyusut pada semester I/2023 dengan tersisa Rp38 miliar. Padahal, pada periode sama tahun lalu bisa menyimpan free cashflow Rp242 miliar. Namun, kondisi itu masih aman mengingat BISI tidak ada punya utang berbunga yang harus dibayar dalam jangka pendek.
6. PT Paramita Bangun Sarana Tbk. (PBSA)
PBSA memiliki bisnis konstruksi yang berbeda dari BUMN karya maupun perusahaan konstruksi swasta yang fokus membangun gedung maupun infrastruktur. PBSA lebih fokus membangun pabrik-pabrik, terutama di sektor kelapa sawit. Meski, perseroan juga terbuka untuk bangun selain pabrik kelapa sawit seperti gedung.
Bahkan, PBSA sudah ekspansi ke Malaysia pada 2018 untuk menangkap potensi permintaan jasa konstruksi di negeri jiran, terutama terkait sektor kelapa sawit.
Free cashflow PBSA juga cukup tebal senilai Rp183 miliar yang bisa handle beberapa proyek perseroan.
7. PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES)
ACES yang merupakan perusahaan ritel dari Amerika Serikat di mana di Indonesia lisensinya dipegang oleh Kawan Lama Group juga tidak memiliki utang berbunga sama sekali.
Emiten yang tidak ada utang berbunga ini juga punya free cashflow yang tembus Rp662 miliar. Hal itu cukup untuk memenuhi operasional persediaan hingga menganalisis potensi cabang baru.
Posisi free cashflow ACES ini menjadi yang terbesar sejak akhir 2020.
Lalu, Saham Tanpa Utang Bank Mana yang Paling Menarik?
Jika dilihat dari price to book value rata-rata 5 tahunnya, dari ketujuh saham tanpa utang berbunga itu, yang murah antara lain, ACES, DMAS, POWR, dan SIDO. Meski, jika melihat price to book value SIDO memang sangat tinggi tembus 5,56 kali.
Untuk mencari yang PBV-nya lebih kecil ACES, DMAS, dan POWR cukup menarik. Meski, bukan berarti kalau beli di level sekaranng bakal langsung naik. Namun, membutuhkan sentimen pendorongnya seperti, pivot atau pergantian arah kebijakan suku bunga dari menahan jadi menurunkan, hingga gairah ekonomi global dan juga domestik.
Sebenarnya, punya saham yang tidak punya utang memberikan rasa aman dari risiko digugat PKPU. Apalagi, rata-rata emiten yang tidak punya utang ini rutin bagi dividen. Sehingga akan sangat cocok untuk investasi saham dividen jangka panjang. Meski, dari segi tingkat dividen yield tidak akan sebesar dividen batu bara di tahun ini ya.