8 Saham Window Dressing 2023, Yakni Bisa Naik?
Dalam dua tahun terakhir window dressing rasa-rasanya sangat hambar. Apakah kali ini pasar saham akan lebih bergairah? kira-kira saham apa yang potensial?
Mikirduit – Window dressing seperti terasa hambar dalam dua tahun terakhir. Pada 2021, IHSG masih positif tipis 0,73 persen meski terasa sideways. Namun, 2022 menjadi rekor untuk pertama kalinya sejak 2000, IHSG mencatatkan koreksi di Desember. Pertanyaannya, bagaimana dengan 2023? apa saja saham potensialnya?
Window dressing adalah aktivitas untuk mempercantik portofolio yang biasanya dilakukan oleh fund manager. Jadi, manajer investasi mengotak-atik portofolionya agar kinerja keuntungan di setiap periode kuartalan dan akhir tahun bisa terlihat bagus. Hal itu diindikasi mempengaruhi pergerakan harga saham, terutama di akhir tahun alias setiap Desember.
Selain itu, beberapa perusahaan juga mencoba melakukan strategi mempercantik laporan keuangan jelang akhir tahun. Namun, kami menilai efek window dressing lebih mengena oleh faktor pertama. Soalnya, berhubungan secara langsung dengan transaksi saham.
Fenomena window dressing tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Pertanyaannya, bagaimana dengan prospek Window dressing kali ini?
Analisis ini akan mengutip riset dari Mirae Asset Sekuritas pada 29 September 2023 berjudul Strategy for the Potential Window Dressing in 4Q23, serta akan memasukkan beberapa opini kami juga.
Analis Mirae Asset yang menyusun laporan tersebut, yakni Robertus Hardy dan Rut Yesika Simak menilai ada peluang window dressing terjadi pada akhir 2023. Alasannya, Federal Reserve (The Fed) akan emncapai puncak dari kenaikan suku bunga pada akhir tahun ini sehingga menjadi pendorong pasar saham Indonesia bisa lebih bergairah di akhir tahun. Analis Mirae itu memasang target IHSG bisa tembus ke 7.400 pada akhir tahun ini. Meski, kami menilai target itu terlalu optimistis, ekspektasi kami IHSG paling tinggi bisa didorong hingga ke 7.100 pada akhir 2023 nanti.
Lalu, apa saja saham yang berpotensi menguat di window dressing nanti?
Sektor Perbankan
Riset Mirae menjagokan dua saham bank besar milik negara, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Alasan kuatnya, kedua bank itu masih cukup tangguh menghadapi risiko suku bunga tinggi saat ini.
Apalagi, dari laporan kinerja keuangan hingga Agustus 2023, BMRI mencatatkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 13,6 persen menjadi Rp47,6 triliun dan laba bersih sebesar 27,5 persen menjadi Rp31,5 triliun.
Di sisi lain, BBRI mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan pendapatan bunga bersih 0,9 persen menjadi Rp71,56 triliun, meski laba bersihnya masih naik 3,7 persen menjadi Rp34,82 triliun.
BMRI dan BBRI menjadi pilihan juga karena memiliki tingkat price to book value (PBV) jauh lebih rendah dibandingkan dengan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang sudah tembus 5,01 kali.
BMRI memiliki tingkat PBV sebesar 2,45 kali, sedangkan BBRI memiliki PBV 2,69 kali. Meski begitu, PBV keduanya juga terbilang cukup tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata 5 tahunnya.
BACA JUGA: Menakar Peluang dari Saham Bank BUMN
Salah satu yang menarik lagi, Mirae menilai BMRI dan BBRI berpotensi menawarkan tingkat dividen yield yang menarik di 2024. Ekspektasinya, BMRI bisa mencatatkan dividen yield 5,6 persen jika membagikan 60 persen laba bersihnya menjadi dividen. Adapun, estimasi tingkat yield BMRI dari Mirae juga di atas ekspektasi kami yang memperkirakan sekitar 4 persen.
Untuk BBRI, Mirae menilai ada potensi dividen yield hingga 6,7 persen jika perseroan membagikan 85 persen laba bersihnya menjadi dividen. Ekspektasi itu juga cukup tinggi dibandingkan estimasi kami yang cenderung konservatif di mana BBRI hanya bagikan 65 persen laba bersihnya menjadi dividen sehingga tingkat yieldnya sekitar 4 persen.
Jika melihat riset dari beberapa sekuritas yang berbeda. Mayoritas bullish di saham BBRI dengan potensi kenaikan hingga 13 persen menjadi Rp6.000.
Lalu, posisi kedua BMRI dengan potensi kenaikan hingga 12 persen menjadi Rp6.800 per saham. Terakhir, baru BBNI yang diperkirakan punya potensi kenaikan sebesar 11 persen menjadi Rp11.500 per saham.
semua potensi kenaikan dihitung dengan menggunakan harga pada 3 Oktober 2023
Sektor Ritel
Mirae menilai saham sektor ritel yang potensial di window dressing kali ini adalah PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES). Alasannya, penjualan ACES hingga Agustus 2023 berpotensi tumbuh lebih baik sebesar 11 persen menjadi Rp4,84 triliun. Potensi penjualan ACES bisa terus bertumbuh karena perseroan menjalankan beberapa kampanye lainnya seperti, Weekend Deals, Flash Sales, Special Online Offers, dan Cashback.
Ditambah, secara siklus, ACES mencatatkan penjualan tertinggi pada kuartal IV selama lima tahun terakhir. Bahkan, penjualan akhir tahun bisa berkontribusi sebesar 26-29 persen dari total pendapatan setahun penuh.
ACES pun memang sering memberikan diskon akhir tahun yang diharapkan bisa berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan pendapatan perseroan untuk 2023.
BACA JUGA: Pilih Mana, Saham Bagus Bisnis Sulit vs Saham Jelek Bisnis Lagi Bertumbuh
Salah satu sentimen positif lainnya adalah rencana pemerintah membatasi model bisnis social commerce yang dijalankna TikTok. Hal itu berpotensi bisa memberikan sentimen positif untuk saham ritel seperti ACES.
Mirae pasang target price ACES sekitar Rp950 per saham. Artinya, ada ruang sekitar 22,58 persen menjadi Rp950 per saham untuk ke depannya.
Meski, jika dilihat secara price to earning ratio (PER), ACES bisa dibilang saham ritel paling mahal dengan PER 12 bulan terakhir sekitar 18,35 kali. Namun, secara historisnya lebih murah dibandingkan dengan rata-rata 5 tahunnya yang berada di 27,53 kali.
Sektor Energi
Mirae merekomendasikan dua saham energi potensial untuk menyambut window dressing 2023, yakni PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) dan PT Harum Energy Tbk. (HRUM).
Pertama, AKRA, Mirae menilai AKRA memiliki potensi kenaikan kinerja cukup signifikan setelah lini bisnis kawasan industrinya mencatatkan kontribusi sekitar 15 persen pada semester I/2023 dibandingkan dengan sebelumnya yang hanya 2,7 persen.
Untuk sepanjang 2023, Mirai mengestimasikan lini bisnis kawasan industri AKRA itu bisa berkontribusi sebesar 26,9 persen kepada pendapatan perseroan. Jika diakumulasikan dengan pendapatan dari distribusi BBM karena kenaikan harga minyak yang mendekati 100 dolar AS per ton, Mirae optimistis pasang target price saham AKRA di Rp1.780 per saham alias naik 22 persen dibandingkan dengan harga 3 Oktober 2023.
BACA JUGA: Deretan Saham yang Diuntungkan Jika Harga Minyak Dunia ke 100 dolar AS per ton
Mirae masih pasang rekomendasi BELI untuk AKRA meski valuasinya cukup tinggi dengan alasan perusahaan distribusi BBM ini punya return on equity yang besar, yakni 25 persen dibandingkan sektoralnya sebesar 15 persen.
Kedua, HRUM, yang merupakan emiten batu bara yang juga punya bisnis nikel ini dinilai menarik karena beberapa alasan seperti:
Perseroan mampu menjaga produksi batu bara tetap tinggi dengan mendorongnya naik hingga 52 persen menjadi 3,5 juta ton.
Di sisi lain, salah satu smelter nikel yang terafiliasi HRUM akan mulai operasi komersial pada kuartal IV/2023. Smelter itu akan memproduksi nikel jenis pig iron dan matte.
Meski, dari sisi harga jual rata-rata batu bara HRUM pada kuartal II/2023 turun sebesar 31,8 persen dibandingkan dengan kuartal I/2023, yakni senilai 109,8 dolar AS per ton. Namun, dengan produksi yang tinggi serta biaya operasional yang lebih efisien, laba bersih HRUM tetap positif tipis 3,2 persen menjadi 151 juta dolar AS.
Mirae memasang target price saham HRUM bisa ke Rp2.150 per saham atau punya ruang kenaikan sebesar 21 persen dari 3 Oktober 2023.
Sektor Telekomunikasi
EXCL menjadi rekomendasi Mirae untuk Window Dressing akhir 2023. Beberapa alasannya antara lain:
Pertama, EXCL mampu mengebangkan bisnis konvergensi antara broadband dengan layanan mobilenya setelah mengakuisisi PT Linknet Tbk. (LINK). EXCL mencatatkan pertumbuhan XL Home, layanan broadbandnya, sebesar 51 persen menjadi 154.000 pelanggan. Jika dibandingkan dengan persentase pertumbuhan Indihome yang cuma 7,2 persen, EXCL jelas lebih agresif.
BACA JUGA: Mitos FREN merger dengan EXCL Akan Jadi Kenyataan?
Ditambah, rumor merger dengan FREN masih dijadikan cerita dalam EXCL dan berhubungan erat dengan pengembangan bisnis konvergensi tersebut. Jika merger dengan FREN, perseroan bisa makin memperbesar bisnis konvergensinya yang bisa terhubung dengan ekosistem Sinarmas Grup, seperti PT Hipernet Indodata.
Berhubung Mirae tidak memasang target price untuk EXCL, kami mengambil sumber referensi dari riset Ciptadana pada 27 September 2023 yang rekomendasi BELI EXCL karena dukungan cerita bisnis konvergensinya tersebut. Ciptadana memasang target price EXCL di Rp2.950 per saham. Artinya, ada peluang kenaikan saham EXCL sebesar 21 persen jika dibandingkan dengan harga pada 3 Oktober 2023.
Sektor Industri
Ada beberapa hal yang menjadi catatan untuk prospek UNTR ke depannya:
Pertama, bisnis alat beratnya tengah melandai. Hal itu diakibatkan tren harga komoditas yang lebih rendah membuat penambang lebih efisien dalam menggunakan alat tambangnya. Apalagi, 63 persen klien bisnis alat berat UNTR ada di pertambangan.
Kedua, bisnis kontraktor pertambangan batu bara UNTR justru menarik. Pasalnya, beberapa produsen batu bara meningkatkan produksi untuk bisa mencapai skala keekonomian setelah terjadi penurunan harga batu bara yang signifikan.
Ketiga, bisnis batu bara UNTR juga cukup setelah produksi masih bisa tumbuh 9,3 persen menjadi 7,98 juta ton sampai Agustus 2023 dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya. Bisnis kontraktor dan penambangan batu bara masih menjadi kontributor terbesar untuk kinerja UNTR ke depannya.
Ketiga, geliat UNTR di bisnis energi baru terbarukan juga cukup agresif. Setelah mengakuisisi PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO), perusahaan pembangkit listrik tenaga air, serta tambang nikel. UNTR juga sudah mengakuisisi perusahaan panas bumi bagian dari Supreme Energy. Dengan begitu, UNTR sendiri berpotensi menikmati pundi-pundi peluang keuntungan dari penjualan kredit karbon di bursa karbon Indonesia ke depannya.
Keempat, dividen UNTR masih akan tetap menarik. Kami mengkalkulasikan jika UNTR membagikan dividen 65 persen dari laba bersih termasuk interim yang sudah diberikan. Berarti, ada peluang UNTR bagikan dividen tahunan senilai Rp3.228 per saham. Jika dihitung dengan harga saham per 3 Oktober 2023, tingkat yieldnya bisa tembus 11,92 persen.
BACA JUGA: Review 6 Saham Panas Bumi yang Ada di Indonesia
Dengan tren harga batu bara yang turun, beberapa riset masih pasang target price optimistis di saham ini sektiar Rp30.000-an per saham. Seperti, riset Indopremier pada 26 September 2023 memasang target price Rp34.300 per saham, sedangkan riset Samuel Sekuritas pada 25 September 2023 sekitar Rp31.000 per saham. Artinya, kalau dari target price itu bisa ada ruang kenaikan 14 persen, meski kami secara pribadi pesimistis dalam jangka pendek saham anak usaha ASII ini bisa meroket ke sana.
Sektor Industri Dasar
Saham INTP yang memiliki bisnis sektor semen juga mulai menarik karena menunjukkan pertumbuhan pennjualan yang positif. Apalagi, konsumsi semen nasional naik 4,1 persen menjadi 5,96 juta ton sepanjang tahun berjalan ini.
Dengan tren kenaikan permintaan semen itu seolah selaras dengan tren harga batu bara yang jauh lebih baik dibandingkan dengan 2022.
Namun, salah satu tantangan dari industri semen adalah rencana kebijakan pelarangan truk over dimension dan over loading (ODOL) melewati tol yang bisa menganggu distribusi semen.
Selain itu, untuk pasar ekspor, semen juga sudah mulai masuk daftar produk yang diperhatikan tingkat emisi karbonnya oleh pihak Eropa mulai 1 Oktober 2023 silam.
Meski begitu, dalam riset MNC Sekuritas pada 22 Agustus 2023, mereka mematok target price INTP cukup tinggi, yakni Rp12.700 per saham. Jika dihitung dari harga per 3 Oktober 2023, ada ruang kenaikan sebesar 25 persen.
Kesimpulan
Jika melihat kedelapan saham yang masuk dalam list saham window dressing Mirae ini, kedelapannya menjadi saham yang mencatatkan kenaikan harga sepanjang 2023. Terbesar ada ACES yang naik 56,25 persen sepanjang tahun ini dan mengawali kebangkitannya setelah sempat terpuruk ke Rp400 per saham.
Meski begitu, kami melihat ada ruang pertumbuhan yang masih cukup besar di saham INTP. Alasannya, permintaan semen berpotensi makin tinggi jelang akhir tahun.
Lalu, AKRA yang secara valuasi sudah mahal juga tampaknya masih punya ruang kenaikan seiring dengan lonjakan harga minyak dunia hingga akhir 2023.
Apalagi, AKRA secara price to earning ratio dalam 12 bulan terakhir masih terjangkau dengan 11,62 kali jika dibandingkan dengan rata-rata 5 tahunnya sebesar 14,6 kali.
Saham EXCL juga meski sudah naik tinggi, secara PBV maupun PE masih di bawah rata-rata 5 tahunnya.
Nah, setelah ini, kami akan menyiapkan idea saham-saham potensial dari Mikirduit. Nantikan ya.
Mau dapat guideline saham dividen 2024?
Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Referensi
- Mirae Asset Sekuritas, 29 September 2023, Strategy for The Potential Window Dressing in 4Q23
- CLSA, 2 Oktober 2023, BBRI IF23 Insight Going Strong
- Trimegah Daily, 27 September 2023, Trimegah Highlight BRIS, BMRI, BBRI
- Mandiri Sekuritas, 20 September 2023, BBNI 8M23 Results: Loan Growth Gaining Pace
- Samuel Sekuritas, 25 September 2023, JCI Might Move Sideways Today
- MNC Sekuritas, 22 Agustus 2023, INTP Improved Margin in 1H23
- Indopremier, 25 September 2023, UNTR AUG2023 Operational: Steady Pama Production But Coal/HE remain soft
- Ciptadana Sekuritas, 27 September 2023, XL Axiata Smooth Sailing Going Into 3Q23F