Adu 3 Saham Batu bara, Siapa yang Terbaik?

Akhirnya, ITMG rilis laporan keuangan kuartal II/2024. Kami akan membandingkan tiga saham batu bara yang sudah update laporan keuangan terbaru. Kira-kira, siapa yang layak dibeli?

Adu 3 Saham Batu bara, Siapa yang Terbaik?

Mikirduit – Saham batu bara masih jadi primadona di Indonesia. Tingkat kebutuhan batu bara yang masih tinggi hingga margin keuntungan yang menarik, dan historis pembagian dividen yang besar membuat saham batu bara masih menarik. Pertanyaannya, dari kinerja kuartal II/2024, siapa emiten batu bara yang posisinya paling menarik? 

Secara khusus, kami akan membandingkan tiga saham batu bara, yakni PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), dan  PT United Tractor Tbk. (UNTR). Kenapa tiga ini? soalnya kayak PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), PT ABM Investama Tbk. (ABMM), hingga PT Baramulti Suksessarana Tbk. (BSSR) belum rilis laporan keuangan semester I/2024.

Harga batu bara Newcastle sudah naik hampir 10 persen sejak 27 Juni 2024 hingga 14 Agustus 2024. Kenaikan harga batu bara itu didorong oleh risiko La Nina. Fenomena cuaca itu disebut berisiko membuat pelabuhan Australia ditutup hingga bisa menaikkan harga batu bara dua kali lipat dalam waktu singkat. 

Untuk itu, kami akan coba membandingkan tiga saham batu bara tersebut dengan hasil kinerja kuartal II/2024.

Saham ITMG

ITMG mencatatkan penurunan laba bersih semester I/2024 sebesar 57,95 persen menjadi 129,07 juta dolar AS dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. 

Pencapaian ITMG ini di bawah ekspektasi Mikirdividen karena hingga semester I/2024 baru mencapai 35,95 persen dari target proyeksi laba bersih senilai 359,53 juta dolar AS.

Penurunan laba bersih ITMG disebabkan oleh beberapa faktor: 

Pertama, pendapatan ITMG turun 19,22 persen menjadi 1,04 miliar dolar AS dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. 

Penurunan pendapatan ITMG terbesar datang dari dua site batu bara dengan kontributor cukup besar, yakni PT Trubaindo Coal Mining (TCM) yang mencatatkan penurunan pendapatan 17,27 persen menjadi 285,84 juta dolar AS, serta Bharinto yang turun 16,77 persen menjadi 483,14 juta dolar AS. 

Secara geografis, tren penjualan ekspor ITMG mayoritas mengalami penurunan. Hanya dari Jepang yang naik 1,3 persen menjadi 234,92 juta dolar AS, serta India naik 2,1 persen menjadi 51,98 juta dolar AS. Serta permintaan domestik yang naik sebesar 1,42 persen menjadi 208,46 juta dolar AS.

Kedua, saat pendapatan turun 19,22 persen, beban pokok pendapatan ITMG hanya turun 7,93 persen menjadi 774,29 juta dolar AS. Hasilnya, laba kotor turun 39,94 persen menjadi 275,23 juta dolar AS dan gross profit margin menyusut jadi 26,22 persen dibandingkan dengan 35,27 persen pada periode sama tahun sebelumnya. 

Penurunan beban pokok pendapatan ITMG cenderung rendah karena adanya kenaikan 3 pos utama di beban pokok perseroan. Terbesar ada di kenaikan biaya penambangan sebesar 14,89 persen menjadi 328,96 juta dolar AS, biaya transportasi naik 9,88 persen menjadi 32,73 juta dolar AS, serta biaya sewa peralatan naik 33,21 persen menjadi 19,38 juta dolar AS. 

Ketiga, adanya kenaikan beban penjualan hingga 30,4 persen menjadi 83,08 juta dolar AS pada semester I/2024. Kenaikan beban penjualan itu dipicu oleh kenaikan beban penanganan dan pemuatan batu bara saat berlabuh sebesar 267 persen menjadi 30,41 juta dolar AS, serta biaya angkut naik 224 persen menjadi 22,03 juta dolar AS. 

Detail harga rata-rata penjualan dan sebagainya baru disampaikan emiten dalam analys meeting pada 15 Agustus 2024. Kami menilai game changer kinerja ITMG, setidaknya bisa memangkas penurunan laba bersih menjadi rendah adalah kenaikan harga batu bara. Untuk permintaan sendiri melihat tren hasil ekspor masih mencatatkan penurunan, belum ada tanda pulih bertahap.

Adapun, dari hasil kinerja semester I/2024, kami menilai proyeksi dividen interim di September nanti bisa sekitar Rp1.216 per saham. Jika dihitung dengan harga per 15 Agustus 2024, berarti tingkat dividend yield dari angka interim itu sekitar 4,66 persen.

Deretan Emiten dengan Belanja Modal Jumbo, Lagi Mode Ekspansi?
Anggaran belanja modal bisa jadi gambaran apakah emiten lagi ekspansi atau ya diem-diem aja. Berikut ini deretan emiten yang punya anggaran belanja modal jumbo, apakah selalu pertanda ekspansi?

Saham PTBA

PTBA juga mencatatkan penurunan laba bersih hingga 26,77 persen menjadi Rp2,03 triliun pada semester I/2024. Padahal, dari segi pendapatan mencatatkan kenaikan sebesar 4,16 persen menjadi Rp19,64 triliun. 

Kenaikan pendapatan PTBA didorong oleh penetrasi ekspor ke beberapa negara Asia Tenggara seperti Vietnam mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 114 persen menjadi Rp1,46 triliun. Lalu, Thailand mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 446 persen menjadi Rp1,06 triliun. Lalu, Malaysia mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 162 persen menjadi Rp585 miliar. 

Tujuan ekspor yang mencatatkan kenaikan lainnya datang dari India naik 18,62 persen menjadi Rp3,66 triliun, sedangkan Korea Selatan naik 9,21 persen menjadi Rp1,61 triliun.

Untuk penjualan domestik juga naik 11,14 persen menjadi Rp9,27 triliun.

Lalu, apa yang bikin laba bersih PTBA turun? 

Pertama, beban pokok pendapatan PTBA naik lebih tinggi daripada pendapatan. Beban pokok pendapatan PTBA naik sebesar 10,02 persen menjadi Rp16,23 triliun. Hal itu membuat laba kotor PTBA turun 16,96 persen menjadi Rp3,4 triliun, serta gross profit marginnya turun menjadi 17,33 persen dibandingkan dengan 21,73 persen pada periode sama tahun sebelumnya. 

Kenaikan beban pokok pendapatan PTBA dipicu oleh tiga pos utama, yakni jasa penambangan naik 13,79 persen menjadi Rp5,03 triliun, Jasa angkutan kereta api naik 7,88 persen menjadi Rp4,36 triliun, serta biaya bahan bakar naik 32,15 persen menjadi Rp818 miliar. 

Kedua, beban keuangan naik 2,92 persen menjadi Rp114,38 miliar yang menggerus sedikit laba bersihnya.

Dengan kondisi ini, dari segi pendapatan PTBA memang bisa mendorong kenaikan lebih tinggi lewat penetrasi ke pasar Asia Tenggara. Namun, biaya jasa penambangan dan pengangkutan yang menjadi pekerjaan rumah perseroan untuk menjaga posisi bottom line lebih baik. 

Kenaikan harga rata-rata yang mungkin terasa di kuartal ketiga dan keempat tahun ini harusnya membantu menekan risiko penurunan laba bersih perseroan. 

Saham UNTR

Karakter UNTR berbeda dengan ITMG dan PTBA yang murni penambang batu bara. Bisnis UNTR lebih terintegrasi dan beragam. Secara khusus, bisnis utama UNTR ada di penjualan alat berat, jasa penambangan, dan pertambangan mineral (batu bara dan emas, serta nikel). 

Hasilnya, jika dilihat penurunan laba bersih UNTR lebih melandai dibandingkan dengan saham batu bara seperti ITMG dan PTBA. 

UNTR mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 15,01 persen menjadi Rp9,53 triliun pada semester I/2024. Meski turun, tapi kinerja laba bersih UNTR semester I/2024 itu di atas ekspektasi setelah mencapai 54,96 persen dari proyeksi Mikirdividen senilai Rp17,34 triliun hingga akhir tahun ini.

Lalu, apa saja penekan kinerja laba bersih UNTR di semester I/2024?

Pertama, UNTR mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 6,06 persen menjadi Rp64,51 triliun. 

Penurunan pendapatan UNTR disebabkan oleh tiga sektor bisnisnya, yakni penjualan alat berat turun 24,5 persen menjadi Rp25,07 triliun, pertambangan batu bara turun 23,6 persen menjadi Rp17,51 triliun, serta sektor energi turun 1,63 persen menjadi Rp153,74 miliar. 

Kedua, penurunan beban pokok pendapatan UNTR hanya 4,68 persen menjadi Rp47,64 triliun. Hal itu membuat laba kotor UNTR turun menjadi 9,75 persen emnjadi Rp16,86 triliun. 

Penurunan beban pokok pendapatan UNTR menjadi terbatas karena ada kenaikan beban pokok di tiga pos utama seperti, beban karyawan naik 11,91 persen menjadi Rp6,35 triliun, beban subkontraktor naik 2,56 persen menjadi Rp5,32 triliun, serta perbaikan dan pemeliharaan naik 2,02 persen menjadi Rp4,99 triliun.

Ketiga, adanya kenaikan beban operasional dan keuangan yang cukup signifikan. Seperti, beban umum dan administrasi naik 13,57 persen menjadi Rp2,63 triliun, serta beban keuangan naik 146 persen menjadi Rp1,38 triliun. Kenaikan beban keuangan didorong oleh lonjakan beban bunga pinjaman bank sebesar 1530 persen menjadi Rp701 miliar. 

Jika dilihat, salah satu yang menyelamatkan kinerja UNTR adalah tren bisnis jasa penambang yang masih bertumbuh. Pasalnya, para penambang tidak bisa langsung menurunkan produksi seketika saat harga dianggap kurang menarik. Apalagi, sebenarnya harga batu bara di atas 100 dolar AS itu tetap menguntungkan, sehingga mereka akan menjaga tingkat produksi. 

Apalagi, jika bisnis baru UNTR seperti tambang nikelnya juga bisa memberikan kontribusi yang lumayan. Untuk itu, jika tren kenaikan harga komoditas dari batu bara hingga logam, UNTR menjadi yang mendapatkan keuntungan lebih besar. Soalnya, bisnisnya saling mendukung satu sama lain, dari alat berat, jasa penambang, hingga penambangan komoditas.

Untuk prospek dividen interim UNTR di kuartal III/2024, kami proyeksikan sekitar Rp638 per saham. Jika beli di harga saat ini, berarti potensi dividend yield sekitar 2,56 persen.

Adu 3 Saham Telekomunikasi, Siapa yang Punya Prospek Terbaik?
Dari ketiga saham telekomunikasi, ISAT dan EXCL mencatatkan pertumbuhan laba bersih positif dua digit, sedangkan TLKM malah turun. Dari ketiga itu, mana saham yang menarik?

Kesimpulan

Pertanyaanya, dari ketiga emiten tersebut, siapa yang paling menarik? jika dibandingkan dengan metode PE justified, PBV Justified, dan PBV band, posisi ketiga saham ini sudah tidak terlalu murah banget. Berbeda dengan beberapa bulan lalu ketika PTBA sempat di Rp2.300-Rp2.400, UNTR sempat di Rp20.000 - Rp21.000, serta ITMG sempat di Rp23.000 - Rp24.000 per saham. 

Secara posisi, kami tidak menyarankan ambil posisi harga saat ini untuk investasi jangka panjang karena harga masih cukup tinggi. Rata-rata tingkat margin of safety dari ketiga saham itu di bawah 10 persen. Artinya sudah berada di area wajar bahkan beberapa sedikit mahal.

Jika kamu mau ambil salah satu dari  ketiga saham tersebut saat ini, plannya lebih  untuk jangka menengah 6 bulan sampai 1 tahun. Secara pribadi, kami lebih tertarik dengan UNTR dengan diversifikasi bisnisnya yang bisa kompak naik jika ada pemulihan ekonomi China dan periode penurunan suku bunga The Fed sudah berdampak ke sektor riil. 

Lalu, jika perbandingan saham batu bara yang belum diversifikasi seperti PTBA dan ITMG mana yang lebih menarik? 

Dalam perhitungan kami, risiko saham PTBA adalah marginnya terbatas saat harga batu bara naik tinggi karena kenaikan permintaan. Soalnya, PTBA menjadi garda terdepan yang jaga pasokan di dalam negeri. Meski, jika dilihat di kuartal II/2024, PTBA mampu menjaga permintaan ekspor dengan masuk ke pasar Asia Tenggara. Sehingga secara penurunan kinerja tidak sedalam ITMG. 

Dengan begini, PTBA memiliki nilai lebih, tapi ITMG bisa jadi memiliki sentimen aksi korporasi karena perseroan telah mengumumkan sejak akhir tahun untuk mulai mencari entitas yang diakuisisi di luar bisnis batu baranya. 

Kalau menurutmu lebih menarik yang mana nih?

Event Perdana Mikirduit: Saham Pertama, step by step investasi saham hingga bisa taking profit

Mikirduit bakal mengadakan event online secara umum pada 31 Agustus 2024 pukul 10:00 Wib sampai dengan selesai. Event ini terbatas hanya untuk 150 peserta.

Kami sudah membuka penjualan tiket pre-sale periode 1 hingga 17 Agustus 2024 dengan harga Rp150.000 (dari harga normal Rp300.000).

Benefit join event:

  • Harga tiket event termasuk e-Book panduan investasi saham ala Mikirduit bertajuk Saham Pertama
  • Review 10 saham untuk investing jangka panjang yang ada dalam e-Book
  • Grup belajar dan diskusi (bukan grup rekomendasi saham) after event selama sebulan

Beli tiket harga pre-sale Periode 1 di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini