Adu AADI vs PTBA dan ITMG, Siapa Saham Batu Bara Terbaik?

AADI bakal mulai masuk penawaran umum IPO dan ADRO siap PUPS AADI di awal bulan depan. Jadi, seberapa menarik sebenarnya AADI ini?

Adu AADI vs PTBA dan ITMG, Siapa Saham Batu Bara Terbaik?

Mikirduit – IPO PT Adaro Andalan Indonesia Tbk, (AADI) sudah mau memasuki penawaran umum. Ada pertanyaan menarik, tujuan penggunaan dana IPO AADI ini sekitar 60 persen untuk pembayaran utang, kalau begitu seberapa menarik saham sektor batu bara ini? 

Secara rinci, 45 persen dana hasil IPO yang senilai Rp1,58 triliun akan digunakan untuk pembayaran utang ke ADRO. Dengan begitu, utang yang tersisa setelah pembayaran nantinya sekitar 663 juta dolar AS. 

Lalu, 15 persen yang setara Rp633 miliar akan digunakan untuk pembayaran ke anak usahanya Adaro Indonesia. Nantinya, setelah pembayaran ini, sisa  utang AADI tersisa 331 juta dolar AS. 

Sisanya, dana IPO senilai 100 juta dolar AS akan dipinjamkan ke anak usaha PT Maritim Barito Perkasa. 

Jadi, sebenarnya dana IPO yang didapatkan itu diputar untuk kebutuhan cash ari anak usaha hingga pemegang saham di lingkup Grup ADRO. 

Jadi, apakah ini sebuah masalah?

Perbandingan AADI dengan Saham Batu Bara Lainnya

Jika kamu termasuk yang percaya kalau industri tambang batu bara masih punya masa depan setidaknya dalam 5 -10 tahun ke depan, AADI jelas menjadi pilihan yang menarik. Kami akan membuat perbandingan antara kinerja AADI dengan dua saham batu bara lainnya, yakni PTBA dan ITMG, 

Jika dibandingkan dengan tiga saham batu bara besar seperti PTBA dan ITMG, AADI menjadi yang terbesar dari segi pendapatan maupun laba bersih-nya. 

Jika dibandingkan dengan kinerja full year 2024, kinerja pendapatan AADI yang dikonversi dengan kurs acuan laporan keuangan senilai Rp91,19 triliun. PTBA berada di posisi kedua senilai Rp38,48 triliun, sedangkan ITMG di posisi ketiga senilai Rp36,6 triliun. 

Dari segi laba bersih, AADI juga yang terbesar, yakni senilai Rp17,63 triliun. ITMG di posisi kedua senilai Rp7,71 triliun, sedangkan PTBA di posisi ketiga senilai Rp6,1 triliun. 

Posisi untuk asumsi kinerja full year 2024 dengan twelve trailing month dari laporan keuangan terakhir pun posisinya belum berubah. 

AADI masih menjadi emiten batu bara dengan pendapatan dan laba bersih terbesar. Pendapatan AADI diproyeksikan turun 7,19 persen menjadi Rp84,63 triliun, sedangkan laba bersih AADI diproyeksikan tumbuh 18,01 persen menjadi Rp20,8 triliun. 

Adapun, kenaikan laba bersih AADI ada kaitannya dengan penjualan ADMR ke ADRO senilai 322,93 juta dolar AS. Jika mengecualikan laba yang dihasilkan dari penjualan ADMR tersebut, laba bersih AADI diproyeksikan turun 12 persen menjadi Rp15,5 triliun. 

Posisi itu masih lebih tinggi dibandingkan dengan PTBA yang diproyeksikan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,58 persen menjadi Rp41,4 triliun. Lalu, laba bersih PTBA yang diperkirakan turun sebesar 8,99 persen menjadi Rp5,55 triliun.

ITMG berada di posisi ketiga dari segi pendapatan dan kedua dari segi laba bersih. Kinerja ITMG sepanjang 2024 diproyeksikan turun 8,4 persen menjadi Rp33,52 triliun. Lalu, laba bersih ITMG turun 27,53 persen menjadi Rp5,58 triliun. 

Selain dari segi laba, dari segi gross dan net profit margin, AADI juga lebih baik dibandingkan dengan PTBA, meski masih di bawah ITMG. Mengacu ke kinerja full year 2023, AADI mencatatkan gross profit margin sebesar 29,23 persen, serta net profit margin sebesar 19,34 persen. 

Posisi AADI itu menjadi yang terbaik kedua setelah ITMG yang mencatatkan gross profit margin sebesar 31,27 persen, serta net profit margin 21,07 persen. Tapi, masih di atas PTBA yang mencatatkan gross profit margin sebesar 23,79 persen, dan net profit margin sebesar 15,86 persen. 

Untuk proyeksi kinerja 2024 dengan Twelve Trailing Month, tingkat gross profit margin AADI terbesar kedua sebesar 26,15 persen, sedangkan ITMG menjadi yang emiten batu bara dengan margin paling tebal sebesar 27,73 persen. Lalu, PTBA di posisi ketiga sebesar 21,35 persen.

5 Saham yang Lagi Salah Harga, Mana yang Paling Menarik?
Mencari saham salah harga dianggap menjadi salah satu cara mendapatkan keuntungan yang menarik di saham. Namun, apa nih saham yang lagi salah harga? simak selengkapnya di sini

Dari segi net profit margin, AADI (yang sudah dikecualikan dari pendapatan hasil penjualan ADMR) mencatatkan net profit margin terbesar, yakni 18,32 persen. ITMG mencatatkan margin sebesar 16,67 persen, dan PTBA di posisi ketiga sebesar 13,42 persen.

Dari segi dividen, AADI juga memiliki potensi dividen yield yang menarik jika pegang sejak harga IPO. 

Dengan guideline maksimal payout rasio di 45 persen dari laba bersih, kami memasang asumsi konservatif seperti ADRO biasanya, yakni 40 persen dari laba bersih. Dengan menggunakan asumsi laba bersih yang mengecualikan pendapatan penjualan ADMR, AADI berpotensi membagikan dividen senilai Rp796 per saham. Jika memegang di harga IPO tertinggi sebesar Rp5.900 per saham, berarti tingkat dividend yield sekitar 13,5 persen. 

Angka yield itu menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan PTBA yang kami asumsikan memberikan payout rasio sekitar 75 persen dari laba bersih. Dengan begitu, tingkat dividen sekitar Rp361 per saham, serta tingkat dividend yield dari harga penutupan 26 November 2024 menjadi 13,1 persen. 

Begitu juga dengan ITMG dengan menggunakan asumsi payout rasio 65 persen, serta akumulasi interim (yang sudah dibagikan) dengan proyeksi dividen final menjadi Rp3.206 per saham. Dengan menggunakan asumsi harga penutupan 26 November 2024, tingkat dividend yield-nya sekitar 11,6 persen.

Kesimpulan

Dengan statusnya sebagai saham batu bara dengan laba bersih terbesar, posisi valuasi AADI justru paling murah. 

Dengan menggunakan perhitungan jumlah lembar saham pasca IPO dan harga saham tertinggi saat penawaran IPO di RP5.900 per saham, tingkat PE AADI cuma 2,96 kali dan PBV sebesar 1,17 kali. 

Posisi PE AADI menjadi yang paling murah dibandingkan dengan ITMG sebesar 5,56 kali, sedangkan PTBA sebesar 5,72 kali. Untuk PBV, AADI menjadi yang terendah kedua sebesar 1,17 kali di bawah ITMG yang sebesar 1,11 kali. Tapi, masih lebih murah dari PTBA yang sebesar 1,57 kali. 

Jika menggunakan rata-rata PE dan PBV ketiga saham batu bara besar ini, rata-rata PE sektoralnya ada di 4,74 kali, sedangkan PBV sebesar 1,28 kali. Dengan menggunakan asumsi itu, harga wajar AADI berdasarkan PE sektoral ada di Rp9.452 per saham, sedangkan dengan PBV sektoral ada di Rp6.449 per saham. 

Catatannya, ada alasan kuat kenapa AADI memasang valuasi yang murah dalam IPO-nya ini, yakni didukung dengan kondisi industri batu bara yang sedang melambat karena normalisasi harga pasca booming. Namun, dengan harga bertahan di atas 100 dolar AS per ton saat ini, posisi itu sudah menguntungkan bagi seluruh pelaku usaha batu bara. 

Hanya saja, jika dikomparasi dengan kinerja pada 2022 dan 2023 akan cenderung menurun karena harga rata-rata di dua tahun sebelumnya masih cukup tinggi. Tapi, ketika harga berada di titik ekuilibrium baru dan didukung kenaikan permintaan batu bara dari China (jika ekonominya pulih di 2025) seharusnya kinerja emiten batu bara ini bisa bertumbuh lagi. 

Nah, dari melihat data-data ini, jika disuruh pilih saham batu bara, mana yang paling menarik menurutmu?

Yuk Join Grup Mikirdividen untuk Dapat Pilihan Saham Investasi Jangka Panjang Serta Diskusi dan Update Saham Eksklusif Bersama Ratusan Investor Saham Lainnya

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini . Ada promo spesial diskon langsung Rp200.000 untuk langganan setahun! CUMA SAMPAI 31 Desember 2024 dan Kuota terbatas!

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini