Adu Saham Ritel Sejuta Umat, LPPF vs RALS, Siapa yang Terbaik?
Sejak ada online shop, saham ritel digadang-gadang masuk periode sunset. Namun, online shop juga kelabakan saat posisi suku bunga tinggi. Apakah dua saham ritel sejuta umat ini masih ada harapan?
Mikirduit – Ada dua emiten ritel yang kinerja bisnisnya lagi tidak begitu bagus, tapi kedua saham ini rutin bagi dividen. Kira-kira, mana yang terbaik dari kedua saham ini? kami akan ulas di sini.
Kedua saham ritel ini adalah LPPF dan RALS. Secara target market bisnis, LPPF dan RALS punya irisan karena sama-sama mengejar market menengah ke bawah. Sayangnya, segmen marketnya itu adalah yang terdampak paling parah saat adanya kebijakan suku bunga tinggi hingga perlambatan ekonomi.
Selain itu, risiko terbesar dari segmen pasar yang dikejar LPPF dan RALS ini adalah sangat sensitif dengan perubahan harga. Sehingga saat periode suku bunga kembali rendah, sektor ini punya risiko besar mengalami tekanan jika sektor e-commerce kembali royal memberikan diskon.
Sementara itu, kinerja kedua emiten ini di kuartal I/2024 juga meningkat signifikan. Namun, kami menilai kenaikan itu didorong oleh siklus bulan puasa dan lebaran yang berubah. Sehingga untuk memastikan apakah pertumbuhan bisnisnya berlanjut untuk sepanjang 2024, kita perlu memantau perkembangan realisasi kinerja keuangan di kuartal II/2024.
Pertanyaannya, apakah kedua saham ini masih menarik untuk investasi, dari keduanya siapa yang paling menarik?
Saham LPPF
Sampai kuartal I/2024, kinerja LPPF ini cukup mengesankan. Pendapatan tumbuh 36,69 persen menjadi Rp1,97 triliun, sedangkan laba bersih naik 221 persen menjadi Rp325 miliar. kenaikan ini didorong pertumbuhan laba bersih yang solid serta pengelolaan biaya operasional yang efisien.
Secara umum, meski kinerja LPPF sempat terdisrupsi oleh keberadaan marketplace, tapi perseroan mampu konsisten menjaga tingkat gross profit margin sekitar 60-an persen setiap tahunnya. Hanya saja, dari segi net profit margin yang cukup fluktuatif.
Kami menilai indikator net profit margin LPPF bisa dijadikan gambaran prospek harga sahamnya. Jika LPPF kembali mencatatkan net profit margin di area 20-an persen, ada potensi harga saham Grup Lippo itu bisa balik ke Rp2.000-an per saham. Namun, ini hanya indikator untuk trading dalam jangka menengah pendek. Kondisi itu hampir bisa dipastikan jika mengacu kepada kinerja harga saham perseroan pada periode 2016 dan 2022 yang masing-masing mencatatkan kenaikan harga 30 persen hingga 80 persen seiring posisi net profit margin ke angka 20-an persen.
Hanya saja, dari catatan saya, risiko terbesar dari saham LPPF adalah bisa masuk ke papan notasi khusus dengan status ekuitas negatif. Soalnya, perseroan memiliki saldo ekuitas negatif hasil merger Matahari Department Store dengan Meadow pada 2013 yang nilainya sekitar Rp3,62 triliun. Jika pembangian dividen membuat catatan saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya turun di bawah angka tersebut, berarti ekuitas keseluruhan LPPF berpotensi kembali negatif.
Apalagi. dari segi kas, posisi LPPF pun tidak terlalu kuat. Rata-rata posisi kas dan setara kas LPPF itu ada di Rp400 miliar - Rp500 miliar. Adapun, per kuartal I/2024 itu ada sekitar Rp852 miliar,itu pun belum dikurangi pembagian dividen di awal 2024 yang kemungkinan tercatat di kuartal II/2024. Sehingga posisi kas akan kembali kekisaran Rp400-an miliar.
Sepanjang 2024, LPPF sudah merencanakan beberapa pengembangan untuk pertumbuhan bisnisnya seperti, konsep gerai baru yang perdana dibuka di Aeon Deltamas, Bekasi. Nantinya akan ada sekitar 3-4 gerai baru dengan konsep tersebut. Lalu, perseroan berencana melakukan renovasi terhadap 6 gerai di semester II/2024.
Perseroan juga berencana menambah 10 gerai baru di 2024 dengan total 8 gerai sudah terkonfrimasi untuk periode pembangunan hingga rilisnya.
Di tengah rencana itu, LPPF malah dikabarkan menutup beberapa gerai di Jabodetabek, beberapa seperti di Mall Balekota Tangerang dan WTC Serpong.
Secara umum, kami menilai penutupan gerai di dua tempat itu juga cukup logis, mengingat kedua mall tersebut juga memiliki tingkat traffik pengunjung yang rendah. Apalagi, mall Balekota sejak dirilis sampai saat ini bisa dibilang mall jumbo yang sepi pengunjung. Rata-rata pengunjung ke sana hanya untuk Event hobi seperti mobil tua dan sebagainya, nonton bioskop, dan ajak main anak. (ini riset karena mall-nya dekat rumah)
Sehingga strategi penutupan gerai itu lebih kepada langkah strategis untuk menjaga tingkat net profit margin terjaga.
Dari proyeksi kami, ada potensi kinerja pendapatan LPPF di 2024 akan stagnan cenderung koreksi sebesar 1,77 persen menjadi Rp6,42 triliun. Dengan asumsi net profit margin LPPF sepanjang 2024 sebesar 13 persen, tingkat laba bersih perseroan bisa naik 23,7 persen menjadi RP834 miliar.
Dengan asumsi dividend payout rasio LPPF sekitar 65 persen, berarti tingkat dividen per saham sekitar Rp240. Jika dihitung dengan tingkat yield dengan harga penutupan 2 Juli 2024, berarti tingkat yieldnya sekitar 16,5 persen.
Namun, perkiraan itu mengesampingkan risiko penurunan pendapatan setelah LPPF dikabarkan menutup beberapa gerainya. Kami belum mendapatkan data lebih detail apakah gerai yang ditutup itu untuk relokasi atau pengurangan gerai. Jika tujuannya pengurangan gerai bisa berdampak terhadap kinerja pendapatan dan laba bersih perseroan.
Kami cukup kesulitan menghitung harga wajar LPPF dengan valuasi relatif karena posisi PE dan PBV pernah negatif. Namun, dari hitungan discounted cashflow Simply Wallstreet, harga saham LPPF per 2 Juli 2024 masih cukup mahal dengan asumsi harga wajar di Rp1.244 per saham.
Saham RALS
Kondisi kinerja keuangan RALS hampir mirip dengan LPPF, yakni ada penurunan omzet hingga 50 persen sejak periode Covid-19 dibandingkan dengan sebelum Covid-19. Posisi ini masih berjalan hingga saat ini.
RALS yang target utamanya kalangan menengah ke bawah ini pun agak sulit mencari ruang pertumbuhan bisnis. Pasalnya, saat pandemi Covid-19, segmen tersebut yang terpukul, dan saat suku bunga tinggi segmen itu juga yang tertekan.
Meski, jika dilihat kinerja kuartal I/2024, hasilnya cukup bagus. Mulai dari pendapatan tumbuh 42,03 persen menjadi Rp829 miliar hingga laba bersih naik 254 persen menjadi Rp106 miliar.
Laba bersih itu bisa meroket karena adanya pengelolaan biaya penjualan, beban umum dan administrasi, beban lainnya, serta biaya keuangan yang ter-manage tetap efisien saat pendapatan naik tinggi.
Jika dilihat dari alokasi belanja modal 2024, RALS belum memberikan kejutan pada 2024. Pasalnya, alokasi belanja modalnya diturunkan menjadi Rp150 miliar dibandingkan dengan Rp200 miliar pada alokasi tahun sebelumnya. Meski, penurunan itu cukup logis mengingat realisasi belanja modal pada 2023 hanya Rp169,2 miliar.
Adapun, beberapa strategi RALS untuk bisa tetap bertahan hidup adalah dengan melakukan restrukturisasi penggunaan ruang di gerai-gerai mereka, melakukan re-merchandising produk, peremajaan gerai, optimalisasi penjualan Online, optimalisasi penggunaan media sosial, dan efisiensi biaya secara ketat.
Kondisi RALS juga hampir sama dengan LPPF, perseroan masih melanjutkan tren penutupan gerai. Pada 2023, ada sekitar 3 gerai yang ditutup sehingga total gerai yang dimiliki perseroan sekitar 101.
Meski begitu, kami menilai RALS masih mampu membagikan dividen cukup rutin dengan alasan tingkat kas dan investasi jangka pendeknya sangat tebal. Hingga kuartal I/2024, RALS punya kas dan setara kas senilai Rp1,39 triliun, sedangkan investasi jangka pendek sekitar Rp1,38 triliun. Sehingga dua pos itu saja nilainya sudah setara 50 persen dari total aset perseroan.
Untuk investasi jangka pendek, perseroan memiliki beberapa SBN seperti FR0081, 0095, 0059, 0090 SR017, ORI022, FR0064, Trasury Bond Notes Series BE-2024, Obligasi PLN, Obligasi BBRI, Obligasi UOB, dan saham BLTA.
Selain investasi, RALS juga menyewakan tempat yang dimilikinya untuk sewa. Dari total itu, RALS bisa mendapatkan tambahan pendapatan sekitar Rp200 miliar per tahun.
Dengan begitu, selama kinerja RALS masih sesuai ekspektasi manajemen, meski mengalami penurunan, perseroan berpotensi akan tetap bagikan dividen.
Untuk rata-rata tingkat dividen yield RALS dalam keadaan normal itu sekitar 3-4 persen. Namun, setelah harga saham turun lebih dalam dari penurunan kinerjanya, tingkat dividend yield RALS terasa lebih tinggi sekitar 8-10 persen dalam 2 tahun terakhir.
Dari konsensus analis memproyeksikan, laba bersih RALS di 2024 tumbuh tipis sebesar 1,67 persen menjadi Rp305 miliar. Dengan kondisi ini, jika RALS ingin bagikan dividen Rp50 per saham, berarti tingkat payout rasio akan kembali di atas 100 persen. Dengan kondisi kas dan setara kas yang dimiliki sebenarnya sangat memungkinkan.
Dari sisi harga saham, posisi RALS juga sudah murah dengan asumsi harga wajar di Rp521 per saham.
Kesimpulan
Secara kinerja keuangan dari sisi efisiensi operasional, kami menilai LPPF lebih baik dibandingkan dengan RALS. Namun, dari sisi pengelolaan aset dan kas, RALS jauh lebih baik dibandingkan dengan LPPF.
Dengan perhitungan risiko seperti potensi ekuitas negatif, sebenarnya posisi RALS lebih bagus. Apalagi, dengan perhitungan valuasi saham, posisi LPPF cenderung masih lebih mahal. Meski, jika dibandingkan dari tingkat dividen, LPPF memberikan tawaran yang lebih menarik.
Hanya saja, dari segi karakter bisnis, kami menilai jika ingin masuk ke saham seperti LPPF dan RALS ini sifatnya jangka menengah sekitar 1-2 tahun. Posisi beli saat murah dan jual saat tinggi tanpa berharap lebih dari dividennya. Kecuali, jika hold dari lama sehingga jika ada risiko penurunan harga pasca ex-dividen, posisi masih cuan.
Mau Tau Saham Dividen Apa yang Lagi Murah? Kami Akan Tulis di 24 Digest Juni (Publikasi Bulanan Mikirdividen)
Join Mikirdividen sekarang untuk mendapatkan banyak benefit serta strategi investasi dan diskusi dengan para investor saham. Berikut benefit gabung mikirdividen:
- Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
- Event online bulanan
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini