Adu Saham TLKM vs EXCL vs ISAT, Siapa yang Paling Oke?

Saham telekomunikasi seperti ISAT, EXCL, dan TLKM kompak turun, dengan karakter bisnis defensif seharusnya ini jadi peluang beli di harga bawah. Lalu, siapa yang terbaik?

Adu Saham TLKM vs EXCL vs ISAT, Siapa yang Paling Oke?

Mikirduit – Saham sektor telekomunikasi merah membara dalam tiga hari terakhir. Terutama, saham TLKM yang dianggap kinerja 2023 di bawah ekspektasi pasar. Namun, apakah saat ini waktu terbaik untuk membeli saham sektor telekomunikasi atau tidak? jika iya, siapa yang paling bagus saat ini? kami akan ulas ketiga saham telko TLKM, ISAT, dan EXCL di sini. 

Ketiga saham telekomunikasi itu kini memiliki tingkat PE yang sudah di bawah rata-rata 5 tahunnya. Meski, jika dilihat secara PBV, posisi ISAT masih cukup mahal. Lalu, di tengah tren penurunan saham Telekomunikasi ini, mana pilihan yang terbaik dan apa risikonya?

Saham TLKM

Saham TLKM mencatatkan penurunan sebesar 11,03 persen dalam sepekan terakhir. Penyebabnya adalah realisasi kinerja keuangan yang tidak sesuai ekspektasi pasar. Sejatinya, saham TLKM diperkirakan mencatatkan pertumbuhan laba bersih sekitar 24 persen, tapi pencapaiannya hanya naik 18 persen. 

Namun, jika dilihat, kenaikan laba bersih TLKM sebesar 18 persen itu bukan didorong oleh operasional bisnisnya. Pasalnya, pendapatan TLKM hanya tumbuh 1,3 persen menjadi Rp149,21 triliun. Hal itu dipicu, pendapatan utama TLKM dari Telkomsel yang kami generalisir berasal dari pendapatan telepon (mayoritas seluler), pendapatan data internet dan SMS, serta pendapatan Indihome hanya tumbuh 0,53 persen menjadi Rp128,69 triliun. 

Pendapatan perseroan lainnya seperti pendapatan interkoneksi, jaringan, dan layanan lainnya naik lebih tinggi sebesar 6,38 persen menjadi Rp20,51 triliun. Namun, porsinya memang lebih kecil sih. 

Lalu, apa yang mendriver pertumbuhan laba bersih TLKM? jawabannya ada di penurunan kerugian yang belum direalisasi TLKM menjadi Rp748 miliar dibandingkan dengan sebelumnya Rp6,43 triliun. 

Penurunan itu disebabkan kerugian investasi yang belum direalisasikan di saham GOTO yang diperkirakan sekitar Rp119 miliar, serta kerugian nilai wajar investasi MDI (modal ventura milik Telkom) senilai Rp514 miliar.

💡
Jika melihat tren investasi jangka panjang TLKM, perseroan mencatatkan penurunan investasi jangka panjang yang mayoritas dari GOTO, serta bagian kecil dari RUNS sebesar 5 persen menjadi Rp8,02 triliun. Namun, menurut kami penurunan floating loss TLKM di GOTO agak nggak logis. Jika asumsi harga rata-rata yang dipegang pada 2022 dengan 2023 sama (tidak ada average down atau cut loss sebagian), artinya tingkat kerugian investasi bisa makin besar. Soalnya, harga pasar yang digunakan dalam laporan keuangan 2023 lebih rendah, yakni Rp86 dibandingkan dengan Rp91 per saham pada 2022. Padahal, di 2022 tingkat floating loss TLKM di GOTO tembus Rp6,74 triliun, sedangkan di 2023 hanya tersisa Rp119 miliar.

Sehingga bisa dibilang kenaikan laba bersih TLKM tidak bersifat sepenuhnya riil karena adanya penurunan tingkat kerugian yang belum direalisasikan dari aktivitas investasi. 

Di luar itu, ada salah satu sorotan lainnya terkait produk anyar yang dikeluarkan Telkomsel, anak usaha TLKM, yakni Telkomsel Lite. Pasar merespons negatif produk ini karena menawarkan tarif data internet lebih murah hingga 50 persen dibandingkan tarif data operator biasanya. 

Produk ini diluncurkan dengan tujuan untuk menangkap awareness produk di segmen bawah. Pasalnya, dengan tarif  Telkomsel yang paling mahal dibandingkan dengan operator lainnya, membuat mereka butuh pertumbuhan dari segmen menengah ke bawah. 

Dalam riset Mandiri Sekuritas berjudul Telecom, Our Thoughts On Indonesia Telco Stocks Decline menjelaskan harusnya produk anyar TLKM tidak memicu perang harga antar emiten telekomunikasi yang membuat industri menjadi tidak sehat seperti kejadian beberapa tahun silam. 

Alasannya, karakter Telkomsel Lite ini hanya mencakup area yang sudah ditentukan. Sehingga jika pengguna pindah tempat, tarif paket data itu tidak berlaku lagi. 

Soalnya, dengan skala bisnis Telkomsel dengan EXCL dan ISAT yang berbeda jauh. Strategi ini tidak akan memicu perang harga karena kedua operator seluler lainnya masih fokus di Jawa, sedangkan paket anyar Telkomsel ini hanya berlaku di 147 kota saja.

Saham TLKM yang Kecanduan Cuan Telkomsel
Saham TLKM adalah satu-satunya BUMN di bidang telekomunikasi, tapi posisinya saat ini masih kecanduan cuan Telkomsel. Gimana prospeknya?

Saham EXCL

Jika dilihat dari segi pertumbuhan kinerja keuangan, EXCL bisa dibilang lebih oke dibandingkan dengan TLKM. EXCL masih mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 10,91 persen menjadi Rp32,32 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laba bersih EXCL naik 14,57 persen menjadi Rp1,27 triliun. Meski, geliat pertumbuhan EXCL bisa dibilang wajar lebih tinggi dibandingkan dengan TLKM karena skala bisnisnya berbeda. 

Namun, kami menilai ruang pertumbuhan bisnis EXCL ke depannya masih sangat besar. Apalagi, pada akhir tahun lalu, EXCL meminta persetujuan penambahan lini bisnis. 

Jadi, EXCL punya potensi mendapatkan tambahan pendapatan dari beberapa lini usaha baru seperti, Internet of things, VSAT, Managed ICT, Fixed Connectivity, Mobile Advertising, Big Data, dan layanan televisi kabel, serta penjualan layanan internet dan streaming menggunakan internet (OTT). 

Perluasan lini bisnis itu sejalan dengan konsolidasi bisnis EXCL yang sudah mengakuisisi LINK. 

Manajemen memperkirakan rata-rata kontribusi pendapatan dari kegiatan usaha baru ini bisa sekitar 16,9 persen pada periode 2024 hingga 2028. Bahkan, net profit marginnya diprediksi bisa naik menjadi 17,82 perse. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan 3,9 persen pada 2023. 

Dengan menggunakan asumsi net profit margin itu sudah terealisasi di 2023, berarti tingkat laba bersih EXCL berpotensi menjadi Rp5,75 triliun. Ada potensi kenaikan signifikan jika perluasan bisnisnya bisa sesuai rencana. 

Di luar itu, saham EXCL masih di dalam bayang-bayang rencana merger dengan FREN. Sebenarnya, rencana merger dengan FREN ini bak pedang bermata dua. Di satu sisi ada potensi positifnya seperti skala jumlah pengguna akan menyamai ISAT. Meski, risikonya harus berbagi beban utang FREN yang cukup besar.

FREN dan EXCL Sempat Kompak Menguat, Tanda Akuisisi-Merger?
Saham FREN dan EXCL sempat kompak menguat, sempat terbesit apakah informasi akuisisi-merger siap announce. Ternyata, begini fakta sesungguhnya.

Saham ISAT

Sementara itu, ISAT menjadi emiten telekomunikasi yang mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 4,59 persen menjadi Rp4,5 triliun. Meski, pendapatan naik 9,57 persen menjadi Rp51,22 triliun. 

Penurunan laba bersih ISAT terjadi karena di 2022, perseroan mencatatkan pendapatan jumbo dari keuntungan bersih  dari penjualan anak usaha, serta keuntungan atas pengukuran kembali kepentingan ekuitas dari akuissi bertahap yang nilainya mencapai Rp4,5 triliun. 

Jika mengecualikan pendapatan dari aksi penjualan anak usaha dan sebagainya, kinerja laba sebelum pajak ISAT malah naik sebesar 174 persen menjadi Rp4,75 triliun. 

Setelah konsolidasi merger dengan Tri Hutchinson kinerja ISAT memang terus bertumbuh. 

Pertumbuhan bisnis ISAT selanjutnya akan datang dari bisnis Fixed Mobile Convergence (FMC) yang mulai digenjot perseroan dengan mengakusisi aset seperti pelanggan dari IPTV pemilik MNC Play ke ISAT. Total transaksi ini mencapai Rp876 miliar. Langkah yang dilakukan ISAT bak jalan pintas mengejar ketertinggalan dari TLKM dan EXCL dalam mengembangkan market FMC tersebut. 

Kesimpulan

Jika membandingkan prospek ketiga saham telekomunikasi itu di 2024, EXCL menjadi saham yang bisa tumbuh lebih agresif pada 2024. EXCL diperkirakan bisa mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 28,72 persen. Namun, kenaikan margin keuntungan bersih hingga 17 persen tampaknya baru terjadi di 2028. 

Di luar itu, ISAT diproyeksikan mulai mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang agresif lagi di 2025 sebesar 20,59 persen jika dibandingkan dengan proyeksi 2024. Sementara pertumbuhan kinerja TLKM cenderung mdoerat di kisaran 7-12 persen. 

Jika dibandingkan dengan kondisi valuasi saat ini, saham TLKM akan menarik jika dikasih tembus ke level Rp3.300 per saham. Meski, di posisi saat ini juga sudah cukup murah karena PE-nya sudah berada di standard deviasi -2 dalam 5 tahun terakhir. 

Namun, jika ingin saham yang bertumbuh bisa memilih EXCL, meski ISAT juga punya pertumbuhan signifikan. Alasannya, secara valuasi EXCL sudah murah, sedangkan posisi saham ISAT  masih cukup tinggi. Meski, risikonya saham EXCL bisa mendapatkan goncangan jika rencana realisasi merger dengan FREN benar-benar terlaksana.

Kamu tertarik masuk ke saham telekomunikasi yang mana nih?

Musim Bagi Dividen Nih, Mau Tau Saham Dividen yang Oke dan Bisa Diskusi serta Tau Strategi Investasi yang Tepat?

Yuk join Mikirdividen, masih ada promo Berkah Ramadan hingga Rp200.000. Berikut ini benefit yang akan kamu dapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini