Adu UNTR Vs HEXA, Mana Emiten Dividen Alat Berat Terbaik?
Saham alat berat diperkirakan menghadapi tantangan pada 2024, tapi apakah ini akan jadi momen bagus beli kedua saham yang rutin bagi dividen ini? simak selengkapnya di sini
MIkirduit – Bisnis alat berat memang mengalami tekanan yang berat ketika tren harga batu bara melandai. Pasalnya, permintaan alat berat yang tiba-tiba melonjak karena kenaikan produksi, kini mulai melandai. Namun, apakah berarti saham alat berat akan suram? padahal ada dua saham alat berat yang rutin bagikan dividen jumbo juga. Bagaimana prospek keduanya, dan siapa yang lebih baik?
Kedua saham alat berat ini adalah pemain besar, yakni PT United Tractor Tbk. (UNTR) yang menjajakan produk alat berat Komatsu, UD Trucks, Scania, Bomag, dan Tadano. Lalu, ada PT Hexindo Adiperkasa Tbk. (HEXA) yang menjajakan produk alat berat merek Hitachi. Lalu, mana yang lebih oke?
Saham UNTR
UNTR memang bukan sekadar emiten alat berat. Total, perseroan memiliki sekitar 6 lini bisnis, yakni penjualan mesin konstruksi, kontraktor pertambangan, tambang batu bara, tambang emas, konstruksi industri, dan energi.
Meski begitu, mayoritas bisnis UNTR tetap penjualan alat berat yang terintegrasi dengan kontraktor pertambangan. Pasalnya, 74,39 persen pendapatan UNTR masih dari dua lini tersebut.
Lalu, gimana prospek UNTR di 2024?
Salah satu tantangan bisnis alat berat dalam 3 tahun terakhir adalah hadirnya produk China dengan harga yang lebih terjangkau.
Direktur UNTR Loudy Irwanto mengakui, pangsa pasar Komatsu sempat turun di bawah 25 persen karena produk China tersebut. Namun, perseroan telah bekerja sama dengan prisipal Komatsu untuk membuat produk yang lebih relevan, serta produk skala ekonomi lebih murah. Dengan begitu, di 2023, pangsa pasar Komatsu bisa kembali naik menjadi 31 persen.
Meski pangsa pasar sudah kembali naik, UNTR memproyeksikan kinerja perseroan di 2024 berpotensi melambat.
Direktur UNTR Iwan Hadiantoro mengatakan pihaknya mematok target penjualan Komatsu sebesar 4.000 unit. Angka itu lebih rendah 25 persen dibandingkan dengan realisasi di 2023. Lalu, pendapatan dari penjualan onderdil dan jasanya juga diproyeksikan turun 5 persen.
"Kami mematok target lebih rendah karena adanya penurunan aktivitas di sektor komoditas akibat harga batu bara yang lebih rendah, serta pemilu," ujarnya dalam public expose pada akhir 2023.
Untuk lini bisnis lainnya, Iwan pasang target tumbuh moderat. Seperti, sektor kontraktor pertambangan, perseroan menargetkan pertumbuhan sebesar 5 persen hingga 10 persen. Lalu, produksi batu bara diperkirakan tumbuh 7 persen, dan yang paling agresif adalah pertumbuhan penjualan emas yang diperkirakan naik sebesar 34 persen menjadi 235.000 ons.
Kami pun membuat hitungan kasar dengan asumsi jika lini konstruksi industri dan energi dianggap tumbuh stagnan seperti 2023. Artinya, pendapatan UNTR sebelum eliminasi turun 4,57 persen menjadi Rp160,55 triliun. Dengan asumsi pendapatan bersih UNTR sekitar 80 persen dari pendapatan sebelum eliminasi, berarti pendapatan di 2024 turun 0,11 persen menjadi Rp128,44 triliun.
Jika rata-rata net profit margin UNTR di 16 persen, berarti laba bersihnya turun 0,29 persen menjadi Rp20,55 triliun.
Namun, perhitungan ini mengesampingkan flukutuasi harga batu bara yang bisa terjadi di sepanjang tahun ini, serta asumsi bisnis konstruksi industri dan energi stagnan.
Dengan asumsi dividen payout ratio UNTR sekitar 50 persen dari laba bersih, berarti prospek dividen UNTR di 2025 nanti sekitar Rp2.754 per saham. Jika membeli dengan harga saat ini, tingkat dividen yield-nya sekitar 11,67 persen. (akumulasi interim dengan final)
Hitungan proyeksi kami ini bisa dibilang cukup optimistis, pasalnya konsensus analis mencatat penurunan pendapatan UNTR bisa sebesar 9,62 persen menajdi Rp116 triliun, sedangkan laba bersih turun 19,76 persen menjadi Rp16,53 triliun.
Di luar faktor fundamental, ada beberapa yang bisa membuat harga saham UNTR meroket.
Pertama, UNTR tengah mempersiapkan produk excavator listrik. Perseroan lagi melakukan uji coba untuk menghitung efisiensi produk tersebut, serta model bisnisnya. Lalu, perseroan juga memiliki produk excavator hybrid yang sudah terbukti efisien. Sejauh ini, excavator hybrid sudah terjual 80 unit pada 2023. Produk itu disebut bisa lebih hemat 18 persen hingga 20 persen penggunaan bahan bakar.
Kedua, UNTR masih menjajaki akuisisi sektor mineral non-coal seperti emas dan nikel. Hal ini bisa menjadi lanjutan aksi ekspansi UNTR setelah akuisisi 2 tambang emas, ARKO, Perusahaan Panas Bumi bagian dari Supremen Energy, hingga perusahaan nikel.
Saham HEXA
Secara bisnis keseluruhan, HEXA memang berbeda dengan UNTR, tapi bisa dibilang dalam bisnis alat berat, HEXA menjadi salah satu kompetitor dari UNTR.
Untuk kinerja perseroan dari April sampai Desember 2023, kinerja HEXA lebih ciamik dibandingkan dengan UNTR Pendapatan perseroan tumbuh 16,55 persen menjadi 478,27 juta dolar AS, sedangkan laba bersih tumbuh 25,35 persen menjadi 43,85 juta dolar AS.
Meski, jika dibandingkan apple to apple dengan penjualan alat berat. UNTR masih unggul dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 17,83 persen menjadi Rp61,09 triliun. Meski, laba bersihnya hanya naik 5,26 persen menjadi Rp5,61 triliun.
Bicara prospek 2024, manajemen Hexindo juga menilai sama dengan UNTR. Perseroan melihat ada potensi penurunan terlebih dulu.
Direktur HEXA Dwi Swasono mengatakan tren penurunan harga batu bara sepanjang 2023 juga berimbas ke bisnis alat berat secara umum. "Meski begitu, kami menilai permintaan alat berat masih cukup tinggi, hal itu terlihat dalam event mining expo di akhir 2023. Sebagian besar pemain di sektor tambang masih optimistis kalau harga batu bara bisa berada di level yang baik lagi. Untuk itu kami juga optimistis kondisi alat berat juga membaik," ujarnya.
Adapun, HEXA juga telah menyiapkan strategi untuk menghadapi tren persaingan di alat berat, salah satunya dengan menambah lini usaha penyewaan alat berat.
Dwi Swasono mengungkapkan kondisi pasar alat berat tidak selamanya baik, dalam periode tertentu akan mengalami penurunan. Untuk itu, HEXA berusaha memberikan berbagai alternatif solusi untuk pelanggannya, salah satunya bisnis sewa alat berat.
"Bisnis rental ini dibuat bukan untuk bersaing bisnis penjualan alat berat yang sudah dimiliki, tapi untuk menangkap pasar yang lebih luas. Pelanggan pun sudah memiliki perhitungan cost yang sesuai keputusannya untuk memilih beli atau menyewa," ujarnya.
Di luar alat berat Hitachi, HEXA juga menggarap penjualan truk Foton yang disebut memiliki margin keuntungan yang lebih bagus dibandingkan dengan Excavator.
Sementara itu, jika dibedah per segmen bisnis, kinerja lini bisnis HEXA juga menarik. Perseroan memiliki tiga lini bisnis, yakni penjualan alat berat, onderdil, dan jasa pemeliharaan.
Secara pendapatan, penjualan alat berat menjadi yang terbesar. Hingga kuartal III/2023 mampu tumbuh 20,54 persen menjadi 316,69 juta dolar AS. Namun, dari segi laba usaha malah turun 5,91 persen menjadi 17,21 juta dolar AS. Dari sisi margin keuntungan punya hanya sekitar 5-6 persen.
Menariknya, bisnis onderdil memiliki margin yang lebih besar hingga 28,5 persen. Sehingga, laba dari bisnis onderdil justru berkontribusi terbesar kepada kinerja HEXA. Bisnis jasa pemeliharaannya juga mencatatkan margin lebih tinggi lagi hingga 38,37 persen.
Adapun, proyeksi kinerja HEXA untuk 12 bulan (Maret 2023 - Maret 2024) mencatatkan pertumbuhan positif. Kami proyeksikan pendapatan tumbuh 11,96 persen menjadi Rp11 triliun dibandingkan dengan Rp9,83 triliun pada periode 2022. Lalu, laba bersih naik 16,52 persen menjadi Rp938 miliar.
Dengan begitu, dividen HEXA di 2024 dengan asumsi dividend payout ratio sebesar 80 persen dari laba bersih, serta asumsi laba bersih per saham 2023 senilai Rp1.116 per saham. Dengan begitu, tingkat dividen per saham sekitar Rp893 per saham dengan tingkat dividen yield dari harga saham 29 Februari 2024 sebesar 15 persen.
Kesimpulan
Jadi lebih oke mana, UNTR atau HEXA? sebenarnya keduanya imbang sih. Alasannya, keduanya sama-sama market leader (meski UNTR lebih tinggi) di sektor alat berat. Lalu, keduanya juga emiten yang rutin membagikan dividen jumbo.
Perbedaannya adalah dari segi bisnis, HEXA tipe yang terkonsentrasi fokus di bisnis alat berat, sedangkan UNTR memiliki bisnis yang terintegrasi dari alat berat, kontraktor pertambangan, memiliki lahan pertambangan, hingga konstraktor industri dan energi.
Di sisi lain, jika bicara prospek dividen ke depannya, HEXA tampaknya menjanjikan tingkat dividen yield yang lebih tinggi hingga 15 persen, sedangkan UNTR diperkirakan sekitar 11 persen.
Untuk valuasi harga saham, Kami memperkirakan HEXA dan UNTR berada di bawah harga wajarnya. Jika menggunakan angka proyeksi kinerja 2023 untuk HEXA dan 2024 untuk UNTR, serta rata-rata PE 5 tahun sebagai harga wajar, berarti harga wajar HEXA ada di Rp7.097 per saham, sedangkan UNTR ada di Rp44.512 per saham.
Adapun, jika hitungan discounted cashflow simply wallstreet, harga wajar UNTR disebut di Rp28.013 per saham, sedangkan HEXA di Rp18.678 per saham.
Kalau kamu lebih pilih pegang saham HEXA atau UNTR?
DISKON UNTUK PEMBURU SAHAM DIVIDEN DI BULAN PENUH CINTA
Kami berikan promo untuk member baru dengan potongan harga hingga Rp200.000 langsung hingga Akhir Februari 2024. (kuota promo terbatas siapa cepat dia dapat)
baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini