Alasan Saham BUMN Karya Sangat Tidak Menarik
Siapa yang masih ngelirik saham BUMN Karya? ini WIKA lagi banyak ngadain rapat umum pemegang obligasi untuk proses restrukturisasi. Kalau menurut kami, saham BUMN karya ini sangat berisiko banget, begini alasannya
Mikirduit – Saham BUMN Karya sempat diagung-agungkan saat periode pembangunan infrastruktur pada 2014 hingga 2019. Bahkan, prospeknya dinilai bagus setelah ada sovereign wealth fund (SWF) Indonesia. Namun, menurut kami, jika menilai saham dari model bisnisnya, saham BUMN karya memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi. Meski, emiten itu dimiliki negara. Kenapa?
Dalam memilih saham, ada banyak pendekatan yang bisa digunakan. Mulai dari teknikal melihat chart, bandarmology, fundamental dari keuangan perusahaan, hingga prospek bisnisnya. Mungkin, beberapa trader terutama yang masih pemula akan menilai, betapa ribetnya mau cuan di saham, tapi harus paham bisnis.
Namun, kami menilai memahami bisnis sebuah emiten wajib untuk tujuan investasi jangka panjang. Alasannya, kita akan menjadi pemegang saham, di mana harapannya saham itu punya kinerja yang oke hingga bisa bagi dividen dan kenaikan harga saham dong? jika bisnisnya jelek gimana caranya saham itu bisa memberikan dividen hingga kenaikan harga dalam jangka panjang?
Dalam hal ini, saham BUMN karya kami nilai sangat tidak menarik dari segi model bisnisnya. Kenapa?
BACA JUGA: Jelang PMN WIKA, Kenaikan Harga Saham BUMN Karya Bisa Jadi Jebakan Betmen
1. Model Bisnis Tidak Menguntungkan
Model bisnis BUMN karya tidak menguntungkan. Pasalnya, mereka mengambil proyek yang secara nominal memang besar, tapi secara margin keuntungan mungkin bisa dibilang hampir nihil. Meski, BUMN karya mendapatkan bagian kepemilikan dari proyek tersebut. Namun, jelas kepemilikan saham di proyek bukan uang yang likuid untuk bisa diputarkan lagi sebagai sebuah bisnis. Sementara itu, pendapatan berulang dari proyek yang dikerjakan butuh waktu lama untuk balik modal.
Akhirnya, untuk bisa mendapatkan dana segar, BUMN karya terpaksa menjual aset yang dimilikinya tersebut. Namun, dalam proses penjualan aset juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar sehingga risiko gagal bayar cukup tinggi. Lalu, penjualan ini juga berefek ganda, di satu sisi dapat uang lebih cepat, tapi di sisi lain kehilangan pendapatan berkelanjutan. Di mana, uang hasil proyek pun digunakan untuk bayar utang maupun bikin proyek serupa.
Kondisi ini jelas buruk bagi perusahaan konstruksi yang butuh modal besar, tapi tidak punya aset likuid cukup banyak. Meski, jika melirik perusahaan konstruksi swasta seperti TOTL, NRCA, META, dan ACST memang margin keuntungannya tidak terlalu besar, tapi mereka mampu mengatur agar minimal kas operasional bisa positif atau utang berbunga yang tidak terlalu besar. Meski, untuk saham META dan ACST kami menilai memiliki risiko yang hampir sama dengan BUMN karya.
2. Margin Keuntungan Tipis
Margin keuntungan bisnis BUMN karya sangat tipis. margin keuntungan kotor saham BUMN karya rata-rata di bawah 15 persen. Bahkan, saham BUMN karya yang mampu mencatatkan gross profit margin di atas 10 persen cuma PTPP.
Hal ini juga menjadi tanda redflag mengingat tingkat utangnya yang sangat tinggi Sehingga jika margin keuntungan kotor tipis, berarti berpotensi ada momen BUMN karya akan mulai kesulitan membayar utang-utangnya.
BACA JUGA: Jika WSKT Gagal Bayar, Ini Dampak yang Diterima Bank BUMN
3. Pertumbuhan Pendapatan Sebelum Covid-19 Mulai Melambat
Jika dilihat kinerja pertumbuhan pendapatan 4 saham BUMN karya, yakni ADHI, PTPP, WIKA, dan WSKT sudah mulai melambat sejak 2018-2019, bahkan cenderung turun. Hal ini jelas berisiko untuk saham yang punya tingkat utang yang tinggi, tapi dari utang yang tinggi itu tidak menghasilkan pertumbuhan pendapatan yang konsisten.
4. Arus Kas Operasional Tidak Konsisten Positif
Salah satu hal terpenting lainnya adalah arus kas operasional yang cenderung tidak konsisten positif. Hal itu menunjukkan perputaran uang di bisnis BUMN karya ini cukup lambat. Dalam beberapa kesempatan sebelum pandemi Covid-19, saham-saham BUMN karya ini juga kerap mencatatkan arus kas operasional negatif, meski setelah itu bisa kembali positif.
Dengan tingkat utang yang tinggi, model bisnis yang pendapatannya tidak langsung sepenuhnya cair menjadi uang hingga membuat arus kas operasional negatif ini punya tingkat risiko sangat tinggi.
5. Porsi Utang Berbunga Sangat Besar Sekali
Sebelumnya, ketika booming proyek infrastruktur. Tingkat utang saham BUMN karya yang sangat tinggi dianggap wajar. Namun, setelah pandemi Covid-19, ternyata tingkat utang BUMN karya yang tinggi itu jadi petaka besar.
Hal itu wajar, jika dirunut, utang tinggi ditambah pertumbuhan pendapatan yang mulai melambat, arus kas operasional yang labil, serta margin keuntungan bisnis yang kurang bagus membuat penilaian saham-saham ini menjadi kurang menarik.
Masalahnya, tingkat utang yang tinggi dari BUMN karya ini kebangetan, seperti per kuartal III/2023, tingkat utang berbunga ADHI dibandingkan ekuitas 1,33 kali, PTPP 1,77 kali, WSKT 5,29 kali, dan WIKA 2,17 kali. Dengan kondisi itu, jelas posisi saham BUMN karya sangat rentan terkena masalah gagal bayar.
Sebenarnya, saham konstruksi swasta seperti META dan ACST juga punya pola yang serupa karena mereka juga fokus di segmen infrastruktur jalan tol dan lainnya yang punya margin kurang menarik. Namun, ada beberapa saham konstruksi swasta yang cukup profitable seperti NRCA, PBSA, hingga TOTL. Di mana, mereka memang berbisnis di proyek yang punya margin menarik dari industri hingga gedung tinggi.
Setelah WSKT, WIKA Selanjutnya?
Saat ini BUMN karya terus melakukan restrukturisasi utang-utangnya. Setelah WSKT yang telah melakukan proses restrukturisasi sejak awal 2023, kini WIKA lagi terus melakukan rapat umum pemegang obligasi dan sukuk untuk mulai periode restrukturisasi.
WIKA lagi terus bernegosiasi untuk memperpanjang periode pembayaran utang obligasinya. Ada beberapa RUPO yang akan dilakukan dalam jangka dekat untuk minta persetujuan para pemegang obligasi. Salah satu obligasinya disebut telah mendapatkan persetujuan untuk penundaan pembayaran hingga 2025. Tinggal menunggu obligasi dan sukuk lainnya, apakah para pemegang obligasi sepakat atau tidak dengan rencana restrukturisasi perseroan.
WIKA dan WSKT bisa dibilang menjadi BUMN karya yang punya utang berbunga cukup tinggi.
WSKT punya utang per kuartal III/2023 senilai Rp65,85 triliun, sedangkan WIKA per kuartal II/2023 punya utang senilai Rp33 triliun. Sementara itu, untuk ADHI dan PTPP masing-masing memiliki tingkat utang berbunga per kuartal III/2023 senilai Rp11,98 triliun dan Rp20,13 triliun.
Dengan risiko ini, sebaiknya kita berhati-hati jika ingin masuk ke saham-saham BUMN karya, terutama WIKA. [Untuk WSKT masih disuspensi BEI]. Begitu juga PTPP dan ADHI, meski secara kinerja lebih baik alias tidak merugi dengan utang yang tinggi seperti WSKT dan WIKA, tapi tetap berhati-hati saja agar tidak kena jebakan betmen.
Mau dapat guideline saham dividen 2024?
Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
Yuk langsung join Mikirdividen DISKON LANGSUNG Rp100.000 klik di sini ya
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini