Analisis Saham IPO yang Cuan dari Waran dan Penjamin Emisi
Mencari saham IPO bukan sekadar bicara fundamental, tapi juga menganalisis dari dia bagi waran atau tidak serta siapa penjamin emisinya. Cek selengkapnya di sini.
Mikir Duit – Saham IPO lagi menghangat setelah beberapa pemain besar seperti Aman Mineral hingga teranyar XXI siap go public. Pertanyaannya, dari banyak-nya saham IPO itu, mana yang potensi cuan besar di awal?
Sejujurnya, kami mencoba analisis dari masalah penggunaan dana, fundamental, hingga valuasi, tapi itu tidak menentukan secara signifikan nasib saham IPO setelah listing di BEI. Setelah ditelisik lebih jauh, ada beberapa lagi penyebab saham IPO akan berujung naik atau turun seperti, apakah menerbitkan waran atau tidak hingga siapa penjamin emisinya. (untuk yang ingin tahu penjelasan waran dan penjamin emisi, akan kami jelaskan di bawah tulisan ini)
Untuk itu, kami melakukan analisis dari seluruh saham yang IPO pada 2023. Hasilnya:
- Saham yang tidak menerbitkan waran memiliki peluang menguat di atas 100 persen lebih besar dibandingkan dengan yang menerbitkan waran. Deretan saham yang cuan di atas 100 persen sepanjang 2023: WINE, CHIP, HILL, CUAN, GTRA, AWAN, RAAM.
- Saham yang menerbitkan waran berpeluang turun lebih dari 50 persen dibandingkan dengan harga IPO. Faktanya, dari 7 dari 8 saham yang harganya turun lebih dari 50 persen itu menerbitkan waran. Ketujuh saham itu antara lain, SOUL, CBRE, FUTR, SAGE, DOOH, MAXI, BMBL
- Namun, bukan berarti seluruh saham yang menerbitkan waran itu pasti turun. Beberapa saham yang menerbitkan waran juga mampu cuan hingga mendekati 100 persen, tapi tidak ada yang melebihi itu. Ada sekitar 15 saham IPO 2023 dengan waran yang menguat dengan rentang 1-99 persen: ELIT, PEVE, IRSX, PACK, HALO, KING, TRON, NSSS, HAJJ, JATI, MPXL, SMIL, RELF, WIDI, TGUK.
- Jika dilihat secara keseluruhan, peluang saham IPO dengan waran dan tanpa waran untuk naik dan turun hampir sama. Sepanjang 2023, ada 53 persen saham dengan waran yang berhasil naik dan bertahan di atas harga IPO, sedangkan ada 57 persen saham tanpa waran yang berhasil naik dan bertahan di harga IPO.
- Penjamin emisi berpotensi memiliki pengaruh apakah harga saham akan naik atau tidak. Sejauh ini, rata-rata kinerja penjamin emisi mencatatkan peluang menjaga harga saham IPO tidak jatuh ke bawah IPO sebesar 70 persen. Penjamin emisi yang berpeforma paling bagus tahun ini antara lain, Sucor Sekuritas yang mencatatkan 4 saham IPO tetap bertahan di atas IPO, dan hanya 1 yang koreksi. Setelah itu ada Samuel sekuritas yang sama sekali belum mencatatkan saham IPO di bawahnya yang merugi. Namun, Sucor kami sebutkan pertama karena secara kuantitas penjamin emisi saham IPO-nya lebih banyak daripada Samuel Sekuritas. Di sisi lain, saham dengan kinerja IPO terburuk ada KGI sekuritas dengan catatan 3 dari 4 saham IPO di bawahnya turun ke bawah IPO. Setelah itu ada Shinhan sekuritas yang mencatatkan 3 dari 5 saham di bawahnya koreksi.
BACA JUGA: Deretan Kinerja Saham IPO
Saham IPO on-going
Ada 5 saham yang on-going mau IPO, antara lain PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk. (MAHA), PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk. (INET), PT Akselerasi Usaha Indonesia Tbk. (AKSL), PT Royaltama Mulia KOntraktorindo Tbk. (RMKO), dan PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk. (CNMA). Spesifikasi IPO kelima saham itu antara lain:
- MAHA tidak membagikan waran dan penjamin emisinya Trimegah
- INET ada waran dan penjamin emisinya adalah Shinhan Sekuritas
- AKSL ada waran dan penjamin emisinya adalah BCA sekuritas dan BRI Danareksa
- RMKO tidak ada waran dan penjamin emisinya adalah Victoria Sekuritas
- CNMA tidak ada waran dan penjamin emisinya adalah Indopremier, J.P Morgan, UBS Sekuritas, dan Mandiri Sekuritas.
Jadi, mana pilihan saham IPO yang paling potensial?
Menurut pendapat kami, dengan menggunakan rekam jejak kinerja saham waran dan penjamin emisi IPO. Kami cenderung menghindari INET dan CNMA. Pasalnya, kinerja saham IPO di bawah Shinhan cukup kurang bagus. Lalu, untuk CNMA, kami hindari karena ada Mandiri Sekuritas yang sebenarnya rekam jejaknya tidak begitu bagis 2 dari 3 saham IPO di bawahnya turun.
Di sisi lain, AKSL ini digawangi oleh BCA Sekuritas dan BRI Danareksa. Nah, kinerja BRI Danareksa ini salah satu yang cukup oke tahun ini. Namun, ada distraksi, AKSL ini bagi waran dan kinerjanya rugi. Risiko masuk ke sana cukup tinggi.
RMKO mungkin pilihan cukup baik dibandingkan keempatnya. Meski, kinerja Victoria Sekuritas baru sekali urus IPO di 2023 dan hasilnya turun. Namun, peluangnya lebih bagus daripada Shinhan yang kinerjanya 3 dari 5 saham rugi. Itu kalau dari sudut pandang waran dan penjamin emisi ya.
Kira-kira, prediksi kami bener nggak ya? oh iya di bawah ini akan ada penjelasan tentang waran dan penjamin emisi.
Apa Itu Waran?
Waran itu seperti tiket untuk beli saham di kemudian hari yang waktu dan harga yang sudah ditentukan. Jadi, misalnya ada waran dari emiten ABCD yang ketentuan pelaksanaan konversi ke saham biasa 1 tahun lagi di harga Rp100 per saham. Jika, di kemudian hari harga saham naik ke Rp200 per saham, para pemegang waran akan lebih untung bisa beli di Rp100 per saham karena punya tiket berupa waran tersebut. Namun, ya tetap ada risiko jika harga saham ke Rp50, jadinya rugi besar.
Waran pun bisa diperdagangkan seperti saham. Misalnya, saham ABCD berarti untuk dagang warannya tinggal searching ABCD-W di online trading. Namun, harga waran ini fluktuasinya sangat tinggi dan rentang harganya dari 0 sampai tak terbatas. Pergerakan harga waran akan dipengaruhi bagaimana pergerakan harga saham utamanya dan juga harga pelaksanaan waran. Jika harga saham utamanya terus naik menjauhi harga pelaksanaan, harga waran berpotensi naik, begitu juga sebaliknya.
Namun, ingat, waran ini cuma tiket untuk punya saham. Jadi pemilik waran tidak berhak mendapatkan dividen dan sebagainya.
Kenapa Ada Saham IPO yang Menerbitkan Waran?
Menurut salah satu publikasi dari Universitas Airlangga menyebutkan, ada dua teori alasan emiten menerbitkan waran saat IPO.
Pertama, Teori pendanaan bertahap dari Schultz (1993) menyatakan kalau penerbitan waran saat IPO itu dilakukan karena emiten berniat menghimpun dana secara bertahap. Tahap awal saat IPO dan tahap kedua saat eksekusi waran.
Dengan melakukan pendanaan secara bertahap, emiten bisa mengukur penggunaan dananya apakah masih cocok untuk proyek awal atau tidak. Biasanya, penerbitan waran dilakukan untuk investasi di proyek yang berisiko tinggi dan diragukan keberhasilannya.
Kedua, Teori signaling dari Chemmanur dan Fulghieri yang menjelaskan penerbitan waran saat IPO menjadi isyarat tentang prospek perusahaan kepada investor. Kecenderungannya, emiten dengan prospek risiko dan arus kas yang tinggi cenderung memilih IPO dengan waran.
Dari studi Universitas Airlangga itu, mereka melakukan riset untuk saham IPO dari 2010 hingga 2013. Hasilnya, publikasi itu menilai salah satu alasan emiten di BEI IPO pada 2010-2013 dengan waran bertujuan untuk menggunakan pendanaan bertahap daripada memberikan sinyal risiko.
Namun, kenapa kalau sekarang kami pikir lebih kepada sinyal risiko ya? kamu setuju?
Memahami Penjamin Emisi Saat IPO
Penjamin emisi atau underwriter saat IPO adalah mitra dari calon emiten yang akan membantu proses pengurusan jelang hingga setelah IPO. Jadi, beberapa hal yang diurus adalah memastikan ada peminat saham dari calon emiten tersebut. Termasuk, melakukan roadshow, publik expose, hingga hal lainnya untuk memasarkan saham IPO calon emiten tersebut.
Di luar itu, penjamin emisi juga diketahui menjaga harga saham selama beberapa pekan atau bulan setelah IPO. Aksi menjaga harga saham setelah IPO ini makin ketara setelah PT Goto Group Tbk. (GOTO) IPO. Dalam skema IPO GOTO ada istilah greenshoe di mana pihak yang ditunjuk GOTO akan menjaga harga saham di bid beli selama beberapa waktu.
Untuk itu, peran penjamin emisi berpotensi punya pengaruh kuat. Meski, akan tergantung emitennya juga ambil paket IPO yang harga sahamnya dijaga sampai beberapa waktu atau tidak.
Begitulah sedikit kisah dari saham IPO..