Arah Saham ASII Selanjutnya Setelah Dikepung Mobil China
Kemana arah saham ASII selanjutnya setelah muncul BYD yang berencana penetrasi ke Indonesia. Simak ulasan lengkap daya tahan bisnis ASII di sini
Mikirduit – Saham PT Astra International Tbk. (ASII) dikepung sentimen negatif, setelah skandal Daihatsu, kini kehadiran BYD, mobil listrik asal China, ditenggarai bakal menganggu dominasi ASII di industri otomotif Indonesia. Namun, seberapa besar efeknya?
Build Your Dreams (BYD), mobil listrik saingan Tesla asal China, akan menyiapkan 50 jaringan penjualan baru di Indonesia hingga akhir 2024. Tiga model yang dijual antara lain, Dolphin, Atto 3, dan Seal.
Kehadiran BYD ini termasuk bagian dari investasi senilai Rp20,33 triliun ke Indonesia. Nantinya, BYD akan meningkatkan komponen lokal untuk produk BYD di Indonesia sehingga produsen mobil China itu bisa menjual produk dengan potongan harga subsidi.
Lalu, apakah ini akan membuat pangsa pasar ASII di sektor otomotif berpotensi tergerus?
Penetrasi Mobil Listrik dan Strategi ASII
Jika melihat perkembangan penetrasi brand otomotif mobil listrik di 2023, tren perkembangannya tidak terlalu signifikan menggerus pangsa pasar brand yang dimiliki ASII.
Adapun, beberapa brand otomotif yang di bawah ASII antara lain, Toyota, Daihatsu, Honda, Isuzu, UD Trucks, BMW, Lexus dan Peugeot. Dari total itu, per 2023 pangsa pasar brand ASII itu masih sebesar 68,69 persen dari total penjualan ritel kendaraan. Porsi itu naik dibandingkan dengan 2022 yang sebesar 67,45 persen.
Memang, kenaikan total keseluruhan penjualan ritel produk ASII hanya sebesar 0,42 persen menjadi 685.584 unit. Hal itu disebabkan ada penurunan penjualan ritel di 2023 untuk produk Toyota, Isuzu, dan Peugeot. Sisanya masih mencatatkan kenaikan.
Di sisi lain, kenaikan penjualan brand yang memiliki produk mobil listrik seperti Hyundai dan Wuling juga tidak terlalu signifikan. Wuling mencatatkan kenaikan sebesar 7 persen, sedangkan Hyundai sebesar 18,36 persen. Dari segi pangsa pasar, Hyundai dan Wuling hanya di bawah 4 persen.
Lalu, apakah ASII akan diam saja dengan makin banyaknya produsen mobil listrik di Indonesia?
Sebenarnya, ASII sendiri sudah memiliki produk mobil listrik berbasis baterai seperti, Toyota BZ4X dan RAV 4 GR-S. Namun, penjualan produk itu masih lesu karena baru laku sekitar 490 unit dalam 1 tahun. Hal itu disebabkan harganya yang masih cukup tinggi sekitar Rp1 miliar per unit.
Jika dibandingkan dengan merek otomotif mobil listrik lainnya, Toyota berada di urutan pemilik pangsa pasar ketiga terbesar setelah Hyundai dengan total penjualan 7.176 unit dan Wuling dengan total 6.968 unit.
Hyundai dan Wuling bisa booming karena menawarkan harga mobil EV lebih terjangkau di bawah Rp1 miliar. Untuk kehadiran BYD, kami menilai justru lebih mengancam segmen Hyundai dan Wuling. Pasalnya, dari tiga model yang akan BYD rilis untuk Indonesia, itu segmen konsumen yang mampu beli mobil di harga Rp400 juta - Rp700 juta. Untuk Toyota maupun Honda sendiri, kami belum mendapatkan informasi apakah mereka tertarik merilis kendaraan listrik di bawah Rp1 miliar.
Efek Penetrasi Kendaraan Listrik ke Kinerja ASII
Segmen bisnis otomotif non-onderdil ASII adalah kontributor terbesar kedua ke pendapatan perseroan setelah UNTR. Per Kuartal III/2023, kontribusinya sekitar Rp85 triliun. Lalu, apakah penetrasi kendaraan listrik akan mengancam bisnis penjualan mobil bensin ASII?
Sampai 2023, pangsa pasar mobil listrik di Indonesia itu baru 1,55 persen dari total seluruh penjualan mobil. Hal ini terkendala oleh beberapa faktor:
- Rata-rata harga mobil listrik di atas Rp300 juta, di mana yang bisa menjangkaunya segmen menengah ke atas. Sementara itu, meski spending segmen menengah atas tidak sensitif dengan inflasi, tapi jumlahnya jauh di bawah segmen menengah hingga ke bawah. Apalagi, biasanya mobil listrik hanya dijadikan mobil kedua atau ketiga, bukan sebagai mobil utama.
- Infrastruktur pengecasan mobil listrik menjadi hitung-hitungan masyarakat untuk menjadikan mobil listrik sebagai kendaraan utama. Hal itu akan membatasi penetrasi mobil listrik. Apalagi kemacetan kota besar membuat kekhawatiran untuk menggunakan kendaraan listrik dalam jarak yang lebih jauh, kecuali kendaraan listrik yang punya waktu tempuh lebih lama.
- Konsumen utama mobil listrik hanya ada di perkotaan besar dan menengah. Sehingga pasarnya masih cenderung terbatas.
Dengan begitu, kami menilai efek dari penetrasi kendaraan listrik di Indonesia, termasuk hadirnya BYD ini tidak begitu besar terhadap kinerja ASII. Soalnya, segmen otomotif tidak hanya perkotaan tapi juga kebutuhan komersial seperti mobil pick up, truk, dan lainnya. Apalagi, secara keseluruhan bisnis ASII ini terdiversifikasi ke banyak sektor, ada pertambangan, infrastruktur, CPO, teknologi, finansial, dan lainnya.
Konsensus Analis Tentang Saham ASII
Di tengah berbagai polemik saham ASII sejak akhir 2023, dua broker asing JP Morgan dan Macquarie menurunkan rekomendasi saham ASII.
JP Morgan menurunkan rekomendasi saham ASII dari netral menjadi underweight. Arti dari rekomendasi itu adalah saham diprediksi mengalami penurunan cukup dalam dibandingkan dengan saham sektor terkait. JP Morgan juga menurunkan target harga ASII menjadi Rp4.650 per saham
Sementara itu, Macquarie menurunkan rekomendasi menjadi netral, yang berarti tidak ada saran khusus untuk saham tersebut. Macquarie pun mematok target harga ASII di angka Rp5.650 per saham.
Sementara itu, dari 32 analis yang dihimpun Stockbit hingga 23 Januari 2024, mayoritas sebanyak 26 analis masih mematok rekomendasi buy, 5 analis hold, dan 1 analis sell. Rata-rata target harga ASII pun sekitar Rp6.998 per saham dengan rentang terendah Rp5.500 per saham dan tertinggi di Rp8.500 per saham.
Begitu juga dengan 20 analis yang dihimpun Investing, mayoritas sebanyak 14 analis masih pasang rekomendasi BUY, 4 analis pasang netral, dan 2 analis sell. Rata-rata target harga ASII dipatok sekitar Rp6.902 per saham dengan rentang terendah di Rp4.650 per saham serta tertinggi di Rp8.500 per saham.
Adapun dari konsensus analis mematok perkiraan laba bersih ASII masih bisa tumbuh positif sebesar 12,88 persen di 2023, Kemudian, akan konsolidasi turun sebesar 0,86 persen di 2024. Laba bersih ASII diperkirakan berpotensi naik lagi di 2025 sebesar 2,6 persen.
Namun, ini mengesampingkan berbagai kemungkinan yang terjadi setelah deretan ekspansi perseroan. Sehingga datanya belum valid 100 persen.
Secara historis, ASII pernah mengalami penurunan laba bersih sebesar 24 persen pada 2015. Hal itu disebabkan kinerja UNTR jeblok akibat harga batu bara yang turun ke level terendah sekitar 50 dolar AS per ton. Setelah itu, laba bersih ASII bisa pulih lagi seiring pemulihan harga komoditas. Saat itu harga saham ASII turun hingga tembus Rp5.200 per saham dari rata-rata biasanya ada di Rp6.000 - Rp7.000 per saham.
Jadi, tantangan saham ASII saat ini adalah bagaimana efek penurunan harga batu bara terhadap kinerja UNTR. Di sisi lain, sebenarnya harga batu bara saat ini tidak rendah-rendah banget karena masih di atas 100 dolar AS, tapi memang terjadi normalisasi signifikan dari booming luar biasa pada 2022.
Jadi, Harus Gimana untuk Saham ASII?
Sebenarnya, ada satu sentimen positif untuk ASII, yakni Kementerian Transportasi Jepang telah mengonfirmasi kalau kelima model mobil Daihatsu dan Toyota sudah sesuai standar pada 19 Januari 2024. Kelima model itu antara lain, Daihatsu Granmax, Toyota Townace, Probox, Mazda Familia Fan dan Bongo.
Jadi permasalahan kemarin itu hanya membutuhkan uji ulang yang sesuai dengan prosedur. Artinya, risiko dari kehilangan porsi ekspor Granmax ASII sudah hilang. Daihatsu akan kembali produksi setelah sempat dihentikan pada Desember 2023 akibat pengungkapan skandal tersebut.
Dengan begitu, posisi harga saham ASII saat ini di Rp5.100 per saham cukup menarik. Apalagi, jika dilihat secara historis PE dan PBV dalam 5 tahun terakhir, posisinya sudah sangat murah.
PE ASII saat ini sekitar 6,63 kali, di mana posisi itu bahkan sudah di bawah standard deviasi minus 1 ASII dan menuju standard deviasi minus 2. Untuk PBV juga baru saja selangkah di bawah standard deviasi minus 1.
Meskipun begitu, ada data menarik juga terkait ASII dari perhitungan discounted cashflow Simply Wallstreet. Ternyata, harga wajar ASII dinilai berada di level Rp4.076 per saham. Artinya, saat ini harga ASII cukup mahal sekitar 30 persen dari harga fair value perhitungan dengan metode DCF tersebut.
Sebenarnya, kami merekomendasikan jika ingin melakukan serok, lakukan secara bertahap hingga rilis laporan keuangan 2023 hingga kuartal I/2024. Lalu, perhitungkan juga rencana diversifikasi ke saham lain yang punya korelasi rendah terhadap ASII sebagai manajemen risiko jika ada hal yang tidak terduga terjadi.
Bagi kamu holder saham ASII, kira-kira mau kejar serok terus atau wait and see dulu nih?
Kamu mau dapat pilihan saham dividen serta update outlook setiap bulan hingga 2024 atau 2025?
Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini