Battle CPIN Vs JPFA dan Prospek Menanti Berkah Ramadhan!
Bulan Ramadhan sebentar lagi, saham CPIN dan JPFA menarik dilirik seiring propek permintaan ayam dan telur meningkat. Akankah harga sahamnya melejit? kira-kira mau serok di harga berapa?
![Battle CPIN Vs JPFA dan Prospek Menanti Berkah Ramadhan!](/content/images/size/w1200/2025/02/saham-CPIN.jpg)
Mikirduit - Menjelang Ramadhan, saham CPIN dan JPFA biasanya dapat berkah karena prospek permintaan produk unggas (ayam dan telur) bakal naik. Akankah ini menjadi katalis untuk harga sahamnya makin melejit?
Sudah menjadi agenda tahunan bagi permintaan produk peternakan seperti ayam dan telur ini naik setiap bulan Ramadhan.
Mengutip laman Bisnis, sampai minggu kelima Januari 2025, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa harga telur ayam ras mulai merangkak 2,02 persen dibandingkan Desember 2024.
Secara nasional, rata-rata harga telur ayam ras berada di atas Harga Acuan Penjualan (HAP), yakni Rp31.322 per kilogram. Padahal, seharusnya HAP telur ayam ras dipatok Rp30.000 per kilogram.
Sementara untuk daging ayam ras, rata-rata harga masih berada di bawah rentang HAP, yakni Rp38.768 per kilogram pada minggu kelima Januari 2025 dari seharusnya HAP daging ayam ras di Rp40.000 per kilogram.
Tercatat, harga daging ayam ras naik 1,34 persen dibandingkan Desember 2024. Di mana, daging ayam ras mengalami kenaikan harga di 53,06 persen wilayah di Tanah Air.
Ayam Oversupply Tiap Tahun, Makan Bergizi Gratis + Ramadhan Jadi Solusi
Efek menjelang bulan Ramadhan dan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sudah dimulai sejak awal Januari 2025 dinilai bisa mengakselerasi permintaan ayam dan telur yang membuat harga terkerek naik.
Apalagi, dua bahan kaya protein itu lebih menarik dipilih karena harga relatif murah dibandingkan bahan substitusi lain, seperti ikan, daging sapi, dan lain-nya.
Kami juga melihat dua sentimen positif itu dapat membantu penyerapan permintaan ayam dan mengurangi masalah stock yang selalu oversupply tiap tahun.
Merujuk data yang dipublikasikan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian dalam Outlook Komoditas Peternakan Daging Ayam Ras Pedaging 2023 menunjukkan sudah lebih dari satu dekade stok ayam mengalami surplus.
Selama 2013 - 2022 populasi ayam ras pedaging (broiler) mengalami pertumbuhan rata-rata 9,86 persen dalam setahun.
Menurut data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2022, populasi ayam ras pedaging di Indonesia mencapai 3,11 miliar ekor, populasi ini meningkat 7,78 persen dari populasi 2021.
Pada 2024 juga diperkirakan surplus bertambah. Mengutip laman Badan Pangan Nasional (BPN), ini terjadi karena ada penambahan produksi anak ayam/day old chicken (DOC) pada September sebanyak 8 juta ekor.
Jadi, proyeksi daging ayam ras dan telur ayam ras diperkirakan surplus sampai akhir tahun 2024 dan berlanjut sampai 2027.
Maka dari itu, untuk mengurangi oversupply di industri poultry ini, pemerintah juga melakukan intervensi dengan penerapan kuota kuota impor bibit induk ayam atau Grand Parent Stock (GPS) sebesar 530.000 ekor, turun dibandingkan sebelumnya sebanyak 630.000 ekor.
Pemerintah juga merevisi aturan harga referensi unggas melalui peraturan Perbadan No.6/2024 di patok satu harga menjadi Rp25.000 per ekor. Meski untuk harga dasar ayam hidup dan ayam umur satu hari (day old chicks/DOC) belum ada ketentuan.
Kementerian Pertanian dan Satuan Tugas Pangan Polri (Satgas Pangan Polri) juga menjamin stabilitas harga supaya melindungi peternak lokal dari gejolak pasar dengan menetapkan harga minimum ayam hidup yang berukuran 1,6 kg - 2 kg seharga Rp20.000 per kg.
![](https://www.mikirduit.com/content/images/thumbnail/strategi-investasi-saham-big-bank.jpg)
Saham CPIN dan JPFA Potensi Dapat Berkah
Dua saham poultry besar RI, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) dan PT Japfa Comfeed Tbk. (JPFA) kami nilai bisa mendapatkan keuntungan jelang Ramadhan dan bergulirnya program MBG.
Lantas, bagaimana perbandingan profitabilitas keduanya?
Saham CPIN
Bicara soal profitabilitas, sampai September 2024 lalu CPIN tercatat meraih laba sebanyak Rp2,38 triliun, terkontraksi 11,30 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan laba itu disebabkan meningkatnya biaya operasional dan rugi dari selisih kurs yang membengkak sampai 774 persen yoy. Namun, pendapatan CPIN masih naik 5,5 persen yoy menjadi Rp49,71 triliun.
Kalau dilihat dari sumber pendapatannya, CPIN ini punya fokus di peternakan ayamnya karena jika ditotal ada lebih dari 70 persen dihasilkan dari ayam pedaging, ayam olahan, dan penjualan ayam umur sehari. Sementara pakan ternak menyumbang pendapatan terbesar ke-dua sebanyak 24 persen.
Total pendapatan CPIN yang masih tumbuh positif utamanya didukung penjualan ayam pedaging yang tumbuh 6,48 persen yoy. Namun, untuk pakan ternak mengalami kontraksi 5,93 persen yoy, ini terjadi akibat harga jagung yang melambung akibat cuaca buruk beberapa bulan terakhir ini.
Saham JPFA
Untuk JPFA kami lihat kinerjanya lebih baik dibandingkan CPIN dalam hal profitabilitas.
Untuk periode Januari - September 2024, JPFA berhasil meraup profit aftex tax (PAT) melejit 125 persen yoy menjadi Rp2,24 triliun. Hal ini seiriing dengan capaian top line yang menguat 9 persen yoy ke posisi Rp41,28 triliun.
Selain karena pendapatan yang naik, lonjakan laba ini didukung upaya efisiensi JPFA di mana beban pokok penjualan di periode Januari-September 2024 hanya naik 4,6 persen jadi Rp33,33 triliun, lebih rendah dari kenaikan penjualan.
Alhasil laba bruto perseroan melesat 34,1 persen menjadi Rp7,94 triliun. Efisiensi JPFA juga berlanjut di pos beban penjualan dan pemasaran yang hanya naik 2,8 persen
Dari sisi sumber pendapatan JPFA terbilang punya fokus yang 11 12 dengan CPIN. Bisnis peternakan masih jadi fokus utama di mana jika digabung untuk segmen peternakan komersial dan hasil olahan ternak memiliki kontribusi lebih dari 50 persen, sementara penyumbang pendapatan terbesar kedua masih dari pakan ternak.
Dua segmen terbesar JPFA secara berurutan peternakan komersial dan pakan ternak, masing-masing masih tumbuh positif secara tahunan 8,8 persen dan 9,9 persen.
Segmen pakan ternak JPFA yang terbilang punya pertumbuhan ciamik ini bisa dibilang lebih unggul dibandingkan CPIN yang malah terkontraksi.
Kenaikan harga jagung masih jadi risiko utama karena bisa membuat beban kembali melambung, apalagi komoditas ini merupakan bahan utama untuk diolah menjadi pakan ternak.
Battle Saham CPIN Vs JPFA : Pilih yang Mana?
Sebelum pilih saham poultry yang mana, kita harus pahami dulu risiko dari JPFA dan CPIN yang masih akan dihadapi pada tahun ini :
Pertama, harga jagung masih mahal, sejak awal September 2024 sampai 7 Februari 2025 masih dalam tren naik ke US$ 4.90 per bushel, menandai posisi tertinggi dalam setahun.
Dengan adanya risiko itu dan wait and see kinerja keuangan FY24, untuk dua emiten poultry ini akan menjadi cukup menarik nanti untuk dicermati bagaimana efisiensi mereka untuk menekan beban yang potensi melambung akibat harga jagung.
Kedua, risiko datang dari tekanan perlambatan ekonomi dan daya beli yang masih belum pulih.
Sementara itu, kalau bicara soal harga saham, JPFA dan CPIN ini malah berbanding terbalik.
Saham CPIN sejak awal tahun ini masih bertengger di zona merah, terkoreksi 4,37 persen ke posisi Rp4,600 per lembar pada penutupan Jumat (7/2/2025).
Sementara JPFA sudah lebih moncer duluan dengan kenaikan lebih dari 10 persen year to date (YTD) ke Rp2.080 per lembar.
Jadi dengan harga saham JPFA yang sudah naik dulu ini membuat valuasi sudah tidak begitu murah. Menggunakan price to book value (PBV) per 7 Februari 2025, JPFA dihargai di 1,58 kali. Posisi ini masih di atas rata-rata lima tahun di 1,38 kali.
Sementara untuk CPIN di level valuasi yang cukup atraktif di mana PBV masih di 2,61 kali, posisinya sudah di bawah rata-rata lima tahun di 3,69 kali, bahkan sudah di bawah -1 standar deviasi (STD)
Kalau memakai target konservatif -1 STD di 2,95 kali, harga wajar CPIN berada di Rp5.200 per lembar.
Jadi, saham mana yang lebih menarik?
Kalau kita ingin mencari yang potensial upside lebih tinggi, CPIN lebih menarik dilirik karena valuasi yang masih murah seiring dengan harga saham yang laggard dibandingkan JPFA.
Namun, untuk hold CPIN harus punya toleransi risiko yang cukup panjang lantaran tren harga saham-nya masih cenderung turun. Kami menilai ada support terdekat di 4.400 yang masih bisa diuji untuk turun lagi sebelum harganya kembali rebound.
Sementara JPFA masih menarik untuk peluang trading jangka pendek, karena unggul dalam profitabilitas dan meskipun harganya mahal, tetapi tren masih dalam penguatan yang kokoh.
Posisi terkini masih dekat resistance di 2100, jadi menarik ditunggu jika ada koreksi normal ke support terdekat di sekitar level 1900.
Di luar soal kinerja keuangan, khusus JPFA baru-baru mengumumkan bahwa induk usahanya, Japfa Ltd melakukan go-private dari bursa saham Singapura. Dari aksi korporasi yang dilakukan induk usaha ini sebenarnya tidak ada dampak secara langsung ke JPFA.
Namun, sentimen go private ini bisa jadi positif karena pemegang saham pengendali akan melakukan mandatory tender offer untuk beli saham dari pemegang saham minoritas. Apalagi, sejak sentimen itu jadi bahasan hangat pelaku pasar, saham JPFA memang mengalami tren naik dalam beberapa bulan ini.
Gimana, tertarik masuk mana CPIN atau JPFA? atau mau coba peruntungan di keduanya?
Jadi, bagaimana merapikan portofolio saham-mu saat ini? kamu bisa curhat di Grup Diskusi Mikirdividen bersama ratusan investor lainnya. Yuk join Mikirdividen sekarang.
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .
Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.
Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Beberapa benefit baru yang sedang disiapkan:
- IPO Digest Premium
- Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
- Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini