Begini Alasan Kamu Susah Cari Kerja, Tetap Semangat Ya!
Merasa susah banget cari kerja? tenang setiap era suku bunga tinggi emang susah cari kerja. Ini hal yang bisa kita persiapkan saat suku bunga lagi tinggi.
Mikir Duit – Siapa yang merasa lagi susah cari kerja sekarang ini? tenang, kamu tidak perlu overthinking kalau ternyata sudah tidak laku di pasaran. Soalnya, ada siklus-siklus di mana kita bakal lebih sulit mencari kerja. Untuk itu, pahami pola ini yang menjadi tanda-tanda susah atau mudahnya cari kerja.
Kalau kamu pernah mencari kerja di periode dalam 10 tahun terakhir dan sekarang, pasti akan merasa perbedaan tingkat kesulitannya. Bukan soal kemampuan, tapi lebih kepada demand tenaga kerjanya. Nah, kalau kita jeli, ada hubungan yang kuat antara siklus kemudahan mencari kerja dengan pergerakan tingkat suku bunga.
Tingkat kemudahan mencari kerja akan tergantung kepada supply and demand tenaga kerja dan lapangan kerja. Supply tenaga kerja dipengaruhi seberapa banyak demand tenaga kerjanya juga. Semakin besar demand, semakin besar juga supply terserap.
Demand di sini adalah perusahaan yang cari kerja, sedangkan supply adalah orang yang mencari kerja.
Masalah akan muncul jika demand turun, tapi supply bertambah. Ini bisa menurunkan rate gaji dan kemudahan mendapatkan kerja.
Jadi, ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi tingkat supply and demand pekerja.
- Jumlah pertumbuhan kelahiran akan mempengaruhi supply tenaga kerja pada 2 dekade kemudian
- Gairah pertumbuhan bisnis dan ekonomi yang dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral dan kondisi ekonomi global
- Black swan, sebuah kejadian yang tidak pernah diduga dan berefek besar kepada ekonomi dunia seperti, pandemi Covid-19.
- Fenomena transformasi teknologi yang bisa membuat demand tenaga kerja turun.
Untuk kali ini, kita akan membahas salah satu yang mempengaruhi supply and demand tenaga kerja, yakni suku bunga bank sentral. Apa hubungannya dengan tenaga kerja?
Sebelumnya, kamu bisa memahami cara mengetahui instrumen investasi yang 99 persen pasti cuan ini ya, soalnya penjelasannya hampir mirip hanya beda konteks antara investasi dan ketersediaan tenaga kerja.
Hubungan Suku Bunga dan Kemudahan Mencari Kerja
Kami melakukan riset hubungan antara rasio tingkat ketenagakerjaan dengan pergerakan suku bunga Bank Indonesia dan Federal Reserve (The Fed) selama 10 tahun terakhir.
Hasilnya, ada hubungan kuat antara tren penurunan suku bunga Bank Indonesia dan The Fed dengan tingkat rasio keternagaan kerja.
Seperti ketika BI mengganti jenis acuan untuk BI rate dari SBI 12 bulan menjadi 7 days reverse repo rate yang membuat suku bunga acuan turun dari 7,5 persen menjadi 4,75 persen pada 2016. Di sana tren pengangguran mencatatkan penurunan sebesar 0,21 persen sepanjang 2016.
Lalu, BI tetap melanjutkan kebijakan suku bunga rendah dengan menurunkan suku bunga hingga ke 4,25 persen pada 2017. Hasilnya, tingkat pengangguran lanjut turun 0,42 persen di 2017.
Masih selaras, BI menaikkan suku bunga agak agresif di 2018 hingga menjadi 6 persen. Akhirnya, rasio tingkat pengangguran di Idnonesia naik 0,52 persen.
Setelah tingkat suku bunga BI kembali diturunkan pada 2019 menjadi 5 persen. Rasio tingkat pengangguran juga turun 0,78 persen.
Pertanyaannya, ketika 2020 tren suku bunga juga turun drastis, tapi kenapa tingkat pengangguran naik?
Seperti yang dijelaskan di awal, ada faktor black swan yang mempengaruhi ekonomi hingga kebijakan suku bunga. Akhirnya, meski suku bunga bank sentral turun drastis pada periode 2020 dan 2021, tapi tingkat pengangguran malah tetap naik. Penyebabnya, ekonomi melambat akibat adanya pembatasan aktivitas sosial karena pandemi Covid-19, sebuah fenomena black swan yang terjadi dalam satu dekade ini.
Setelah periode black swan itu, ekonomi dunia mulai tidak stabil. Hal itu terlihat, ketika menuju pemulihan ekonomi ternyata pergerakan inflasi terlalu cepat gara-gara harga komoditas melejit akibat perang Ukraina-Rusia.
Hasilnya, suku bunga bank sentral naik dengan cukup agresif di 2022. Efeknya, rasio tingkat pengangguran naik tinggi sebesar 1,45 persen.
Per kuartal I/2023, tren pengangguran di Indonesia mulai turun lagi ke 0,41 persen, meski arah kebijakan bank sentral masih menahan. Namun, ini bukan menjadi tanda kalau tingkat pengangguran bakal mulai turun. Soalnya, efek dari black swan Covid-19 dikombinasi perang Rusia-Ukrainan tampaknya belum usai. Kecuali, bank sentral mulai pivot untuk menurunkan suku bunga. Apalagi, The Fed, suku bunga bank sentral mengaku masih ada peluang menaikkan suku bunga dua kali lagi.
Dari deksripsi ini, kamu jadi kepikiran nggak? apa hubungan antara suku bunga bank sentral dengan tenaga kerja?
Penyebab Suku Bunga Bisa Mempengaruhi Tingkat Pengangguran
Ingat dasar teoritis kebijakan moneter, terutama terkait menaikkan dan menurunkan suku bunga. Jika bank sentral menaikkan suku bunga, tandanya laju ekonomi terlalu cepat hingga memicu inflasi tinggi. Untuk menurunkan laju inflasi itu, ekonomi harus ditenangkan dengan menaikkan suku bunga.
Dengan begitu, ketika suku bunga mulai naik apalagi secara agresif, hal itu bisa berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat. Hal itu pun memicu kinerja bisnis ikut melambat karena permintaan masyarakat mulai ditekan untuk lebih lambat.
Hasilnya, perusahaan cenderung melakukan efisiensi agar bisnisnya bisa berkelanjutan. Sehingga akan ada PHK, pemotongan gaji, dan sebagianya yang membuat kenaikan tingkat pengangguran.
Lalu, ketika suku bunga diturunkan, berarti laju ekonomi sudah lambat dan cenderung mengarah ke resesi [penurunan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut]. Untuk itu, ekonomi butuh suntikan peredaran uang lebih banyak lagi agar kembali bergairah.
Untuk itu saat suku bunga sudah berada di level bottom banget dan bank sentral terus menahan suku bunga agar tidak dinaikkan, serta pertumbuhan ekonomi terus tumbuh positif, berarti jumlah permintaan tenaga kerja akan cukup banyak. Dengan peredaran uang yang lebih banyak, akan ada investor yang berinvestasi ke perusahaan untuk ekspansi. Hasilnya, ketika perusahaan melakukan ekspansi berarti dia membutuhkan lebih banyak pekerja.
Lalu, dengan kondisi begini apa yang bisa kita lakukan?
Kesimpulan
Saat ini, The Fed mulai menahan laju suku bunga dengan ekspektasi masih ada potensi kenaikan suku bunga dua kali lagi jika inflasi tidak lanjut turun, serta posisi Bank Indonesia yang sudah menahan suku bunga, artinya posisi efisiensi perusahaan sudah mencapai di titik peak-nya.
Seharusnya, pada 2024, tren pengangguran bisa mulai turun, apalagi jika bank sentral mulai turunkan suku bunga. Hal itu akan memicu hadirnya banyak lapangan kerja lagi. Perusahaan mulai ekspansif lagi dan membutuhkan lebih banyak orang untuk bekerja.
Meski, untuk kali ini ada potensi disrupsi dari teknologi artificial intelligent yang mulai jadi tren. Namun, jumlah lapangan kerja baru pasti akan ada.
Masalahnya, apakah jumlah lapangan kerja baru bisa menyerap orang yang kena PHK selama periode suku bunga tinggi ditambah supply baru dari fresh graduate?
Untuk itu, ada beberapa hal yang bisa dipersiapkan saat susah mencari kerja di periode suku bunga tinggi:
- Meningkatkan skill yang relevan dengan industri saat ini
- Membuat bisnis sendiri dan bisa membuka lapangan kerja baru
Jadi, kamu yang freshgraduate atau baru di-PHK susah mencari kerja saat ini juga didukung oleh tren suku bunga tinggi. Jadi, hal yang bisa kita lakukan saat ini adalah dengan berusaha meningkatkan skill maupun membuat bisnis baru tersebut.
Mana jalan yang akan kamu pilih?