BEI Buat ARA-ARB Asimetris dan Ubah Skema Trading Halt, Begini Efeknya ke Investor

BEI mengubah skema trading halt dan terapkan ARA-ARB simetris untuk merespons tekanan market pasca libur lebaran. Bagaimana efeknya ke investor?

ARA-ARB asimetris dan trading halt diubah

Mikirduit – BEI melakukan penyesuaian kebijakan terkait auto rejection bawah dan trading halt pada 8 April 2025. Kebijakan ini dikeluarkan selaras dengan kondisi pasar saham global yang tengah tertekan oleh kebijakan Tarif oleh Presiden AS, Donald Trump. Lalu, apa efek kebijakan ini kepada investor dan trader saham?

Beberapa kebijakan baru yang dirilis oleh BEI antara lain:

Pertama, BEI akan membuat auto rejection bawah maksimal 15 persen untuk saham di papan utama, papan pengembangan, dan papan ekonomi baru, termasuk ETF dan DIRE. Artinya, tingkat ARA-ARB menjadi asimetris. Dengan ARA-ARB asimetris ini diharapkan tekanan terhadap pasar saham Indonesia masih bisa sedikit dikendalikan.

Kedua, BEI mengubah skema trading halt dari 5 persen pertama untuk di-stop 30 menit menjadi 8 persen. Lalu, trading halt kedua dilakukan jika penurunan mencapai 15 persen.

Adapun, trading suspend dilakukan jika penurunan IHSG lebih dari 20 persen dengan ketentuan suspensi diberikan hingga akhir sesi perdagangan atau lebih dari 1 sesi perdagangan sesuai dengan persetujuan atau perintah OJK.

Efek Perubahan Kebijakan IDX Terhadap Investor dan Trader

ARA-ARB hingga trading halt dan trading suspensi adalah mekanisme circuit breaker dari bursa saham yang mulai dikenal sejak ada anomali market crash 1987 di Amerika Serikat. Dari situ dibuat mekanisme circuit breaker tersebut untuk meredam risiko penurunan pasar lebih lanjut. 

Namun, skema yang diterapkan oleh bursa seluruh dunia berbeda -beda. Jika Indonesia baru merevisi trading halt jika IHSG turun 8 persen dalam sehari, sedangkan Amerika Serikat (AS) mengacu ke penurunan indeks S&P500 jika turun lebih dari 7 persen dalam sehari.

Kebijakan circuit breaker ini juga bak pedang bermata dua, jika terlalu ketat akan membuat perdagangan menjadi kurang aktif dan likuid. Hal itu pernah dialami oleh Indonesia saat menerapkan ARB maksimal 7 persen. Hal itu memang menurunkan volatilitas tekanan turun, tapi membuat market menjadi kurang aktif karena setiap penurunan sebuah saham di 7 persen langsung kena ARB. Akhirnya, banyak dana investor yang nyangkut di saham ARB, serta tingkat ARB terjadi berjilid-jilid yang membuat perputaran uang di bursa melambat.

Cara Memaknai Be Greedy When The Other Are Fearful yang Tepat
“Be greedy when the other are fearful”, salah satu quotes dari Warren Buffet yang sering kita dengar kalau market lagi krisis, petuah itu mengingatkan kita untuk memanfaatkan peluang beli saham investasi pas lagi di harga bawah. Namun apakah di tahun 2025 petuah bijak ini masih relevan?

Apa yang Harus Dilakukan Investor Saat Market Bearish Seperti Ini?

Kami selalu menekankan dalam kondisi bearish seperti ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan seperti: 

  • HOLD saham jangka panjang dengan dividen serta secara fundamental bisnis tidak ada masalah internal
  • Take profit dan cut loss saham jangka menengah dan pendek (tradingan) sebagai cash untuk menangkap peluang saat pasar mengalami penurunan

Kenapa tetap HOLD untuk jangka panjang saat market bisa turun? bukannya ada peluang bagus jika cut loss jangka panjang dan serok di bawah?

Ada beberapa alasan kuat:

  • Secara logika memang kamu bisa cuan lebih optimal saat cut loss dan serok di bawah. Namun, risikonya juga tinggi saat volatilitas market lagi tinggi. Kamu bisa cuan dengan skema itu jika kamu bisa beli saham di bawah harga cut loss, tapi malah berisiko makin rugi jika akhirnya masuk di atas harga cut loss. Dalam skema ini, risiko terbesar adalah psikologis saat melakukan action ketika ada rebound sementara. Banyak investor yang kerap terjebak beli saat rebound dan kembali cut loss saat turun. 
  • Psikologis makin tertekan jika setelah serok bawah malah lanjut turun. Jadi, risiko pusing dan galau bisa meningkat berkali-kali lipat. Bahkan, bisa jadi melewatkan potensi dapat cash dari dividen dan mengalami floating loss setelah nyerok. 

Jadi, untuk jangka panjang dan saham itu bagi dividen yang lumayan, lebih baik HOLD saja. Saham-saham yang bisa dijual di bagian jangka menengah pendek untuk mencari peluang saat market kembali pulih. 

Sambil menunggu market pulih, kamu bisa menempatkan dana tersebut di reksa dana pasar uang hingga obligasi negara.

Konsultasikan dan Diskusi Kondisi Portomu dengan Join Mikirdividen

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini