Bos DCII Jajaki Stock Split, Sahamnya Bisa Terus Terbang?

Bos DCII Toto Sugiri mengungkapkan dirinya menjajaki rencana stock split. Setelah kabar itu muncul, harga sahamnya langsung ARA. Tapi bagaimana prospeknya?

Bos DCII Jajaki Stock Split, Sahamnya Bisa Terus Terbang?

Mikirduit – Saham DCII langsung auto rejection atas (ARA) setelah Toto Sugiri, pengendali perseroan, mengungkapkan penjajakan rencana stock split saham tersebut. Apakah dengan stock split, harga saham DCII akan lebih menarik?

Stock split adalah aksi korporasi yang bersifat netral, tidak mengubah fundamental emiten apapun. Bahkan, meski harga sahamnya terlihat turun, bukan berarti membuatnya lebih murah.

Tujuan dari aksi korporasi stock split adalah untuk membuat saham lebih likuid karena jumlah lembar saham yang bisa ditransaksikan meningkat. 

Lalu, bagaimana dengan prospek saham DCII yang berencana stock split ini?

Prospek Saham DCII

Saham DCII bisa dibilang sangat tidak likuid. Bayangkan, dengan bid paling atas di harga Rp56.205 per saham sebanyak 209 lot dengan 55 frekuensi saja, saham ini sudah ARA. Sebenarnya, tingkat free float  DCII ini cukup besar, mencapai 21 persen, tapi supply saham free float-nya memang cuma 500 jutaan lembar. Apalagi, dari total 500 jutaan lembar itu, kita tidak mengetahui berapa yang benar-benar ada di publik (karena dari laporan bulanan registrasi efek tidak ada data detailnya)

Per 19 Februari 2025, harga saham DCII ada di angka Rp56.000-an per saham. Dengan harga segini, kami ekspektasi DCII akan melakukan stock split dengan rasio 1:5 atau 1:10. Jika 1:5 berarti nanti harga DCII ada di Rp11.000-an per saham, sedangkan jika 1:10 berarti sekitar Rp5.000-an per saham. 

Dengan asumsi rasio stock split itu, berarti jumlah lembar saham publik DCII bisa meningkat menjadi 2,5 miliar hingga 5 miliar lembar. Dengan harapan bisa menjadi likuid. 

Sayangnya, secara historis, stock split bukan jalan pintas untuk membuat saham menjadi likuid. Contoh nyatanya adalah BYAN dan DSSA. Kedua emiten itu sudah melakukan stock split dengan rasio jumbo, tetapi sahamnya masih tetap tidak likuid. 

BYAN melakukan stock split pada akhir 2022 dengan rasio 1:10. Harga saham perseroan dari Rp100.000-an langsung menjadi Rp11.900-an per saham. Setelah itu, sesaat memang saham BYAN menjadi ramai ditransaksikan, apalagi saat itu lagi booming saham batu bara. 

BYAN memiliki tingkat free float sebesar 21,32 persen dengan jumlah lembar saham sebanyak 7,11 miliar lembar. Namun, kini saham BYAN juga tetap tidak likuid dengan rata-rata bid-offer harian di bawah 10.000 lot dan frekuensi transaksi di bawah 100 transaksi. 

Begitu juga dengan DSSA yang melakukan stock split pada 18 Juli 2024 dengan rasio 1:10. Kala itu, harga saham DSSA langsung turun menjadi Rp28.000-an dari harga Rp288.000 per saham. 

Kala itu, harga saham DSSA meroket selaras dengan aksi buyback jumbo DSSA yang menyusutkan lembar saham free float dari 40 persen menjadi 20 persen. 

Setelah stock split, sebenarnya saham DSSA lebih likuid dibandingkan dengan sebelumnya yang kadang tidak ada transaksi. Namun, tetap saja rata-rata transaksinya menunjukkan hasil yang kurang likuid dengan jumlah transaksi lot bid-offer di bawah 10.000 dan frekuensi transaksi di bawah 1.000 kali. 

Artinya, transaksi stock split DCII belum tentu membuat saham tersebut menjadi lebih likuid. Tapi, fakta menariknya secara historis, saham dengan harga tinggi ini ketika stock split punya kecenderungan naik, termasuk BBCA. Tercatat, hanya UNVR yang setelah itu langsung amblas. 

Kalau ditelisik sebenarnya, saham DSSA dan BYAN bisa terjaga naik karena kurang likuid dan mayoritas saham ada di pengendali. Sementara, untuk BBCA karena memang secara fundamental bisnis menarik. UNVR sendiri jebol karena secara fundamental bisnis sejak 2017 sudah mulai goyah dengan tingkat pertumbuhan bisnis yang stagnan.

Lalu, bagaimana dengan DCII? selain Toto Sugiri, Anthoni Salim secara individu memegang saham tersebut sebanyak 11,12 persen. Apakah keberadaan Anthoni Salim jadi jaminan setelah stock split tidak turun? 

Keputusan melakukan stock split biasanya didasari terhadap momentum tertentu. Untuk itu, kami akan membongkar bagaimana rencana ekspansi dan prospek kinerja DCII ke depannya.

Sejauh Apa Saham Bank BUMN Terbang Setelah Rencana Buyback?
Sejauh apa saham BBRI, BMRI, BBNI terbang dengan rencana buyback serta didukung penguatan rupiah?

Rencana Ekspansi DCII 

Secara historis sejak 2013, DCII menjadi salah satu perusahaan data center yang cukup ekspansif hingga bisa menjadi pemegang market leader.

Awalnya, DCII cuma punya kapasitas data center sebesar 3 MW selama periode 2013-2016. Lalu, baru mulai ekspansi agresif pada 2017-2018 dengan penambahan kapasitas menjadi 10 MW. Lalu, 2019-2020 juga ekspansi dengan penambahan kapasitas menjadi 22 MW. 

Pasca Covid-19 dan listing di IDX, DCII terus ekspansi dengan meningkatkan kapasitas data center menjadi 37 MW pada 2021, 64 MW pada 2022, dan terakhir menjadi 83 MW pada 2023. 

Perseroan punya empat area data center, yakni DCI-H1 di Cibitung, DCI-H2 di Karawang, dan DCI-E1 Jakarta, serta DCI-H3 di Sky Bintan. 

Adapun, sepanjang 2024, DCII dalam proses membangun pusat data JK6 dengan kapasitas 36 MW yang berlokasi di DCI H1 Cibitung. Dengan begitu, ekspektasinya total kapasitas pusat data DCII naik menjadi 119 MW. 

Dengan ekspektasi sebelumnya kapasitas baru itu rampung di akhir 2024, artinya ada potensi pertumbuhan kinerja DCII di 2025. Selain itu, DCII disebut berencana bangun gedung pusat data baru di kota lain. Meski, rencana ini belum terlalu jelas. 

Dari aksi ekspansi sepanjang 2024 itu, kami perkirakan bisa mendorong pertumbuhan pendapatan DCII cukup signifikan. Jika mengasumsikan kapasitas terpasang data center setelah ekspansi hanya 75 persen dari total 119 MW. Kinerja pendapatan DCII berpotensi bertumbuh 44 persen di 2025 dengan mengacu ke angka pendapatan annualized kinerja kuartal III/2024 kemarin. Dari segi laba bersih, dengan asumsi net profit margin sama seperti kuartal III/2024 sebesar 40 persen, berarti tingkat pertumbuhan laba bersih menjadi 6,4 persen.

Kesimpulan

Jadi, apakah saham DCII menarik jelang stock split? menurut kami dari segi valuasi, saham DCII ini tetap terlalu tinggi. Dari segi price to sales, price to earning, dan price to book, valuasi DCII cukup tinggi. Price to sales DCII tembus 76,8 kali, PE sebesar 187 kali, sedangkan PBV sebesar 43,7 kali. 

Jika dibandingkan dengan EDGE, yang juga punya Toto Sugiri punya valuasi lebih logis, dengan Price to sales sebesar 7,1 kali, PE 28,9 kali, dan PBV 4,4 kali. 

Lalu, jika ingin memilih pemain data center kedua terbesar juga bisa melirik TLKM yang valuasinya saat ini sedang murah. 

Namun, jika tujuannya mencari keuntungan dari fluktuasi harga saham, kamu bisa pantau perkembangan harga secara real-time. Serta harus nekat masuk dengan manajemen risiko yang ketat karena sahamnya tidak likuid. Jika pemain besar keluar, risikonya bisa turun signifikan.

Bagaimana Strategi Investasi Jelang Musim Dividen?

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru yang sedang disiapkan:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini