Cara Memaknai Be Greedy When The Other Are Fearful yang Tepat

“Be greedy when the other are fearful”, salah satu quotes dari Warren Buffet yang sering kita dengar kalau market lagi krisis, petuah itu mengingatkan kita untuk memanfaatkan peluang beli saham investasi pas lagi di harga bawah. Namun apakah di tahun 2025 petuah bijak ini masih relevan?

saham ala warren buffett

Mikirduit - “Be greedy when the others are fearful” - Warren Buffet. Salah satu petuah bijak yang mengingatkan kita untuk memanfaatkan peluang beli saham di harga bawah ketika market  krisis. 

Pada tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa dibilang mengalami masa yang suram. 

Kuartal pertama 2025, IHSG merosot lebih dari 9% ke posisi 6.510,62. Akumulasi berita negatif juga masih menjadi tantangan yang menghambat penguatan indeks. 

Badai eksternal masih bergejolak gara-gara ketidakjelasan efek tarif Trump, risiko perlambatan ekonomi global, sampai daya beli domestik masih lemah. 

Sepanjang periode yang sama, dana asing pun sudah mencatat net outflow sampai Rp33,31 triliun. Hal itu masih merupakan efek beberapa institusi besar yang menurunkan peringkat IHSG, seperti Morgan Stanley dan Goldman Sach. 

Saham big banks sampai konglomerat pun tergerus nilai-nya sampai puluhan persen, meskipun sempat terdongkrak karena efek dividen dan buyback. 

Tapi dua sentimen itu, tentu ada batasnya karena pada akhirnya kebangkitan pasar butuh likuiditas yang lebih besar, bukan hanya dari company dan retail saja, tetapi butuh institusi/lembaga alias big fund big fund di luar sana, termasuk asing. 

Karena banyak saham sudah turun banyak harga-nya, akhirnya valuasi pun sudah jadi murah. 

Saham yang sudah murah di tengah kondisi pasar sedang tidak pasti, quotes Warren Buffet kembali terdengat di telinga kita untuk memanfaatkan momen ini sebagai peluang beli investasi. Tapi apakah masih relevan? 

Nah, di sini ada beberapa tips untuk kita supaya lebih bijak memaknai petuah dari Warrent Buffet tentang ““Be greedy when the others are fearful” 

Supaya kita jangan asal beli-beli saham asal murah tapi nantinya bisa makin murah, alias masih bisa kebawa turun harganya.

Pertama, pahami dulu SIAPA yang sedang fear! 

Di kondisi pasar yang lagi gak pasti seperti sekarang ini, kita harus memahami SIAPA pihak yang lagi ketakutan itu. 

Semua hal yang terjadi di pasar itu punya alasan. Ketika suatu saham harganya turun signifikan, kita harus cari tahu apa yang terjadi dibaliknya. 

Mulai dari, siapa orang/institusi/broker yang menjual dalam jumlah besar. Hal ini bisa kita tentukan dengan melihat broker summary dan aliran dana asing lewat net foreign buy/sell ketika market closing. 

Dari situ kita bisa check, kalau dari broker summary terjadi aksi jual lebih banyak kita bisa telusuri broker/sekuritas mana yang menjadi perpanjangan tangan suatu institusi/pihak tertentu. 

Biasanya jika penjualan lebih dari 5% kepemilikan saham, perusahaan wajib memberikan keterbukaan informasi pada publik. 

Berikutnya, check aliran dana asing, apakah di akhir sesi terjadi net buy atau net sell di pasar reguler. Jika ternyata lebih banyak aksi jual, maka kita patut mewaspadai karena sikap jual asing itu biasanya terjadi dari institusi. 

Broker asing yang punya afiliasi dari institusi baik lokal maupun asing seperti reksadana, indeks fund, atau pension fund juga patut diantisipasi. 

Perlu dipahami juga, kalau perilaku investasi  asing itu punya perbedaan signifikan dibandingkan retail. 

Investor retail itu lebih sensitif dengan kondisi psikologis, jadi sulit untuk dikendalikan. 

Tetapi, sikap asing itu bisa dibilang lebih rapi dalam investasi, mereka akan beli untuk hold jangka panjang. Ada reason di awal waktu mau mempertimbangkan beli, sebaliknya kalau jualan juga ada alasannya. 

Jadi, di kondisi sekarang mengetahui siapa orang/institusi yang sedang dalam posisi takut, ini akan membuat kita lebih bijak untuk menentukan langkah selanjutnya yang akan kita lakukan.

Dalam kondisi saat ini, jkita bisa melihat tekanan jual asing yang cukup besar disebabkan oleh kekhawatiran risiko ekonomi global, termasuk Indonesia, karena kebijakan tarif Trump yang berpotensi mengubah tatanan perdagangan global.

5 Saham dengan Porsi Ekspor Terbesar ke AS, Begini Nasibnya
Berikut ini dampak dan deretan emiten di IDX yang punya porsi ekspor besar ke AS. Kira-kira bagaimana nasibnya ya?

Kedua, pahami kita itu teri di tengah lautan

Langkah berikutnya adalah memahami arus big fund. Kita itu di pasar saham yang luas hanyalah layaknya teri yang hanya bisa mengikuti arus. 

Jadi, kalau big fund sedang banyak melego suatu saham, janganlah menampung dengan asal-asalan dengan target jangka pendek alias trading, jika tidak mau terjebak menangkap pisau jatuh.

Kita harus paham kalau dalam perdagangan saham itu ada VOLUME. 

Jika ingin trading, kita tidak hanya memperhatikan pergerakan harga saham, seperti sudah mengalami penurunan signifikan, sehingga berpotensi sudah jenuh jual dan berpotensi rebound. Sehingga, kita menjadi ingin borong dengan target jangka pendek 

Untuk memastikan momentum untuk trading, kita perhatikan dulu volume-nya bagaimana, karena pada akhirnya jumlah saham yang terjual dan terbeli itu akan SAMA. Namun, jumlah orang yang transaksi itu beda. 

Ibaratnya, ketika suatu broker asing yang jadi perpanjangan tangan big fund jualan dengan modal puluhan triliun, butuh lebih dari lima broker lokal atau ribuan ritel untuk menampung itu. 

Jadi, sebagai ikan teri kita ikuti dulu saja arusnya dengan wait and see, sampai saatnya aksi lego itu mulai tipis. Kita baru bisa manfaatkan peluang momentum-nya untuk mulai akumulasi untuk trading. 

Ketiga, Selektif Deploy Cash & Wajib Cicil Beli

Langkah terakhir, memaknai quotes Warren Buffet adalah kita tetap boleh deploy cash ke saham-saham yang kita rasa menarik dengan target jangka menengah panjang, tetapi harus tetap selektif. 

Di kondisi seperti sekarang ini, alangkah lebih baik kita mencari saham-saham yang “sehat” secara fundamental, misalnya minim utang berbunga bank, punya cash tebal, minim ekspor ke negara-negara rawan konflik atau tarif tinggi, hingga punya prospek pertumbuhan bisnis yang menarik di masa depan. 

Jadi, nantinya kita connect the dot dengan kondisi ekonomi yang sedang tidak pasti, jika nantinya ekonomi mulai pulih, maka saham-saham pilihan itu akan pulih lebih dulu. 

Last but not least, buat beli saham pilihan itu juga JANGAN ALL IN! di kondisi ekonomi lagi gak pasti saat ini, susah untuk menerka di mana bottom market, tetapi kita bisa cicil beli dengan combine analisis teknikal untuk menentukan area beli dari support-support terdekat atau momentum teknikal dengan peluang cuan lebih optimal.

Konsultasikan dan Diskusi Kondisi Portomu dengan Join Mikirdividen

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini