Cara Mencari Harga Wajar Sebuah Saham

Banyak salah kaprah soal harga wajar saham dari book value per share dianggap harga wajar hingga asumsi harga saham dengan PE di bawah 10 kali dan PBV di bawah 1 kali adalah saham murah. Jadi, gimana menentukan harga wajar?

Cara Mencari Harga Wajar Sebuah Saham

Mikirduit – Dalam beberapa diskusi, banyak yang salah kaprah dengan harga wajar saham seperti, book value per share adalah harga saham hingga PBV di bawah 1 kali dan PE di bawah 10 kali jadi acuan cari saham murah. Jadi, bagaimana cara mencari harga wajar saham? 

Harga wajar saham adalah posisi harga yang layak untuk pembelian dan penjualan sebuah saham. Ibaratnya, sepatu olahraga dengan kualitas wahid dinilai wajar jika harganya senilai Rp500.000 per pcs, meski harga pokok pendapatannya Rp200.000. 

Asumsi wajar itu akan mengacu ke beberapa hal seperti: 

  • Kompetitor yang menjual sepatu dengan harga serupa
  • Segmen market yang dikejar dan tertarik dengan sepatu tersebut
  • Serta perkembangan harga pasar historis sepatu tersebut

Jika dijual Rp1 juta, akan menjadi tidak wajar dan tidak banyak konsumen tertarik membelinya. Jika di jual Rp300.000, akan ada banyak pembeli dan terkena hukum Supply and demand yang mana harganya bisa naik ke Rp500.000 lagi. Alasannya, Supply pabrik terbatas sehingga harga di pasar sekunder jadi naik. 

Itu kurang lebih bagaimana harga wajar bisa terbentuk. Lalu, bagaimana cara mencari harga wajar di pasar saham?

Cara Mencari Harga Wajar Sebuah Saham

Salah satu cara mencari harga wajar bisa menggunakan valuasi relatif yang umum, yakni price to earning ratio (PE) maupun price to book value (PBV). PE menggambarkan pergerakan harga dibandingkan dengan kinerja laba bersih per saham, sedangkan PBV menggambarkan pergerakan harga dibandingkan dengan tingkat kekayaan emiten per sahamnya. 

PE bisa digunakan untuk saham yang secara konsisten mencatatkan pertumbuhan laba bersih dalam 10 tahun terakhir. Namun, kurang cocok untuk emiten yang pernah mengalami kerugian atau mencatatkan laba bersih yang sangat berfluktuasi naik-turunnya. 

PBV bisa digunakan untuk saham keuangan, tambang, telekomunikasi, serta posisi saham yang masih merugi. Soalnya, cara kedua akan mengeliminasi potensi pos pembentuk laba bersih di luar operasional dan tidak berbentuk uang tunai. Sedangkan ekuitas mayoritas berisi saldo laba ditahan dan modal disetor, meski masih bisa terdistraksi dengan goodwill jika ada aksi akuisisi yang cukup besar. 

Sebenarnya, ada banyak metrik valuasi relatif lainnya seperti EV per Ebitda, tapi perhitungan harga wajar akan lebih mudah dengan dua valuasi relatif yang sudah umum ini. 

Lalu, ada dua cara untuk mencari harga wajar dengan kedua metriks ini? 

Pertama, mencari berapa PBV dan PE wajar emiten tersebut dengan melihat kondisi sektoralnya. Cara termudah bisa ambil rata-rata PBV atau PE sektoral untuk tahu berapa posisi wajar di sektor tersebut. Namun, dalam membandingkan secara sektoral, kamu juga harus membandingkan dengan skala bisnis yang sama. Misalnya, big bank cukup dibandingkan dengan big bank saja, bank menengah cukup dibandingkan dengan bank menengah, sedangkan bank kecil cukup dibandingkan dengan bank kecil. 

Soalnya, skala bisnis akan mempengaruhi prospek bisnis dan memiliki tantangan berbeda dengan skala bisnis lainnya 

Misalnya, kita ambil dua contoh dari saham bank besar dan consumer goods. 

Ada 4 saham bank besar yang bisa dibandingkan secara apple to apple seperti, BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI. Hingga per 10 Juni 2024, rata-rata PBV dari keempat bank besar itu sebesar 2,55 kali. 

Artinya, kita bisa menggunakan angka 2,55 kali itu sebagai acuan harga wajar saham big bank. Dengan begitu, berarti:

  • Harga wajar BBCA senilai Rp4.697 per saham
  • Harga wajar BBRI senilai  Rp4.929 per saham
  • Harga wajar BMRI senilai Rp6.573 per saham
  • Harga wajar BBNI senilai Rp9.916 per saham

Lalu, kami juga akan mencoba bandingkan harga saham consumer goods produk konsumsi seperti ICBP, MYOR, UNVR, dan GOOD. Jika menggunakan data PBV per 10 Juni 2024, berarti rata-rata PBV keempat saham consumer goods tersebut sebesar 8,66 kali. 

Dengan menggunakan asumsi itu, harga wajar saham consumer goods ini antara lain:

  • Harga wajar GOOD Rp836
  • Harga wajar ICBP Rp31.990
  • Harga wajar MYOR Rp6.252
  • Harga wajar UNVR Rp1.099

Dari contoh ini, kita bisa menilai salah satu kelemahan dari perhitungan harga wajar dengan melihat rata-rata sektoral adalah adanya harga wajar saham yang anomali tinggi seperti ICBP hasilnya bisa Rp31.990. 

Hal itu terjadi, karena kita menghitung basis harga wajar dari rata-rata sektoral yang secara jenis produk dan kondisi masing-masing kinerja bisnis.

Saham PBV di Bawah 1 Kali, Pasti Bisa Meroket? Begini Faktanya
Saham PBV di Bawah 1 kali sering dianggap murah. Pertanyaannya, seberapa besar peluang harga saham murah itu bisa meroket hingga harga sahamnya lebih tinggi dari nilai buku?

Kedua, menghitung harga wajar dari rata-rata valuasi secara historis di periode tertentu. Biasanya, kami menggunakan rata-rata valuasi 5 tahun terakhir agar tidak terlalu terdistraksi dengan momentum besar jika ambil terlalu jauh hingga 10 tahun, serta tidak terdistraksi booming saham jangka pendek jika ambil dalam 3 tahun. 

Dengan menggunakan valuasi rata-rata dengan PBV atau PE, kita bisa mengambil kesimpulan harga wajar berdasarkan prospek emiten. Misalnya, jika tren pertumbuhan bisnis emiten tumbuh normal dalam jangka pendek, kita bisa ambil harga wajar di rata-rata. Namun, jika kinerja emiten lagi turun karena faktor eksternal, bukan masalah internal, kita bisa ambil harga wajar di standard deviasi -1, sedangkan dalam kasus khusus harga saham terus naik secara konsisten lebih dari 10 tahun, kita bisa ambil harga wajar di standard deviasi +1 (sejauh ini, asumsi ini hanya digunakan untuk BBCA). 

Apa maksud itu semua? dan bagaimana cara tahu harga wajar emiten dengan periode historis valuasi relatifnya?

Periode historis valuasi relatif PE dan PBV menggambarkan posisi harga saham berada di berapa PE dan PBV selama periode tertentu. Dari situ, akan terlihat posisi standard deviasi +2, +1, rata-rata, -1, dan -2. Apa artinya itu? 

Standard deviasi +2 menggambarkan valuasi emiten sudah sangat mahal atau bisa diartikan Strong Overvalued. Lalu, standard deviasi +1 bisa dianggap harga emiten sudah mahal atau Overvalued. Untuk posisi rata-rata bisa diartikan, berarti posisi PE dan PBV rata-rata itu menjadi nilai wajar yang disepakati investor dari perilaku pembelian selama beberapa periode tertentu. Untuk posisi Standard deviasi -1 menggambarkan emiten sudah murah atau undervalued, sedangkan jika berada di standard deviasi -2 berarti emiten sudah sangat murah atau Strong Undervalued.

Misalnya, saham BBRI jika dilihat secara historis rata-rata 5 tahun memiliki tingkat PBV sebesar 2,54 kali. Padahal, PBV per 10 Juni 2024 berada di level 2,79 kali. Kalau begitu, berapa harga wajar BBRI? 

Kita bisa menggunakan book value per saham BBRI per 10 Juni 2024 itu senilai Rp1.933 per saham. Jika dikalikan dengan asumsi PBV wajar BBRI dari rata-rata historis 5 tahunnya sebesar 2,54 kali, berarti harga wajar BBRI sekitar Rp4.909 per saham. 

Saat menggunakan PE, kita bisa menggunakan asumsi proyeksi laba bersih untuk menilai prospek sebuah emiten. Misalnya, SIDO diproyeksikan mencatatkan posisi laba bersih per saham senilai Rp38,67 per saham pada 2024. Lalu, rata-rata PE SIDO secara historis 5 tahun terakhir itu sekitar 22,08 kali. Artinya, harga wajar saham SIDO sekitar Rp853 per saham. Dengan posisi harga saham SIDO saat ini berada di Rp755 per saham, berarti kita bisa berasumsi harga saham SIDO sudah murah jika kinerjanya di 2024 sesuai proyeksi tersebut.

Kesimpulan

Ada banyak cara mencari nilai wajar sebuah saham, dari yang sederhana dengan PE dan PBV, hingga yang rumit seperti discounted cashflow (DCF) hingga dividend discount model (DDM).

Untuk dua cara terakhir, kita benar-benar memperhitungkan nilai intrinsik perusahaan dari proyeksi kinerja bisnisnya. Misalnya, kami menghitung harga wajar BBRI dengan dividend discounted model (DDM). Ketentuannya kurang lebih begini: (ini perhitungan menggunakan kalkulator, beberapa angka otomatis keluar setelah memasukkan angka utama seperti Dividend Payout Ratio, ROE, perkiraan dividen, risk free rate, market risk premium, dan cost of equity)

  • Dividend payout rasio 2023 80 persen
  • Return on Equity 20,64 persen
  • Expected growth rate: 4,12 persen
  • Perkiraan dividen tahun buku 2024: Rp291,56 
  • Risk free rate: yield obligasi 10 tahun sebesar 7,08 persen (per 10 Juni 2024)
  • Market risk premium: 2,56 persen
  • Beta: 0,63
  • Cost of Equity: 8,7 persen

Hasilnya, nilai intrinsik BBRI dengan DDM senilai Rp6.377 per saham.

Dari sini,hasil sampel dengan menggunakan sektoral, historis, dan valuasi absolut seperti DDM hasilnya berbeda. Jadi, mana yang dijadikan acuan? 

Untuk bisa menentukan acuan yang cocok, kamu bisa sesuaikan dengan kinerja keuangan terbaru perseroan. Lalu, dilihat, apakah arah bisnisnya bakal naik lebih cepat atau sedikit menantang. Jika arah bisnisnya bakal naik lebih cepat, bukan tidak mungkin kita ambil wajar di Rp6.377 per saham dengan DDM tersebut karena sangat inline dalam jangka menengah. Tapi, jika kinerja lagi turun, kita bisa bertindak konservatif dengan ambil asumsi lebih moderat di Rp4.900-an per saham. 

Selain itu, kita juga bisa cek konsensus analis untuk menyamakan persepsi tentang saham tersebut. 

Jadi, harga wajar sebuah saham itu bukan berarti saham tersebut bakal ke posisi itu dalam jangka pendek. Harga wajar itu adalah guideline kita untuk bisa mendeteksi apakah posisi harga saham saat ini sudah murah atau masih mahal. 

Kami sendiri lebih suka dengan metode perbandingan historis rata-rata periode tertentu. Alasannya, posisi wajarnya disesuaikan dengan kesepakatan rata-rata harga beli investor. Sementara itu, hasil dari valuasi absolut terkadang butuh waktu super jangka panjang, bisa 5-10 tahun hingga benar-benar sesuai perkiraan. Soalnya, proyeksi valuasi absolut itu juga lebih panjang. 

Kalau kamu biasanya menggunakan cara apa untuk mencari harga wajar sebuah saham?

Telah Dirilis Ulasan 31 Saham Dividen Paling Oke untuk Jangka Panjang Periode 2024

Yuk join Mikirdividen sekarang juga, kamu akan mendapatkan semua benefit di bawah ini:

  • Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
  • Event online bulanan

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini