Data Neraca Pembayaran Bikin Saham Big Bank Kolaps, Begini Penjelasannya
Saham big bank kompak kolaps, bahkan BMRI turun hingga 4 persen, sedangkan BBCA turun 2 persen. Apakah tanda kiamat kinerja bank? begini penjelasannya efek data neraca pembayaran terhadap saham big bank
Mikirduit – Saham big bank rata-rata kompak turun saat memasuki jam 10:00 WIB 20 Mei 2024, padahal saat pembukaan sempat naik tipis. Penurunan saham big bank itu berhubungan erat dengan rilis data neraca pembayaran Indonesia. Apa hubungan neraca pembayaran Indonesia dengan saham big bank? kami akan ulas selengkapnya di sini.
Bank Indonesia merilis data Neraca Pembayaran Indonesia pada 20 Mei 2024 pagi. Hasilnya, Indonesia mencatatkan defisit neraca pembayaran hingga 5,97 miliar dolar AS. Posisi ini berbalik arah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang surplus 6,3 miliar dolar AS.
Pertanyaannya, apa sebenarnya neraca pembayaran Indonesia ini dan hubungannya terhadap saham big bank di Indonesia?
Apa Itu Neraca Pembayaran?
Neraca pembayaran adalah catatan atas seluruh transaksi ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain berupa perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan antar penduduk Indonesia dengan luar negeri dalam satu periode biasanya per kuartal.
Neraca pembayaran terdiri dari beberapa kompoenen seperti:
Pertama, transaksi berjalan yang berhubungan dengan ekspor dan impor seperti transaksi barang, jasa, pendapatan primer, dan pendapatan sekunder. Peran transaksi berjalan terhadap neraca pembayaran bisa dibilang cukup besar
Kedua, transaksi modal yang kontribusinya cukup rendah. Transaksi modal ini terdiri dari aset tetap dan hibah investasi.
Ketiga transaksi finansial yang memberikan informasi perubahan aset dan kewajiban keuangan seperti, investasi langsung, investasi portofolio, derivatif finansial, dan investasi lainnya.
Meski begitu, ada beberapa transaksi antar negara yang belum termasuk neraca pembayaran seperti, transaksi e-Commerce, shuttle trade di wilayah perbatasan, dan barang selundupan yang seharusnya juga masuk dalam transaksi barang.
Lalu, apa yang akan terjadi jika neraca pembayaran defisit?
Biasanya, neraca pembayaran mengalami defisit karena nilai impor lebih besar daripada ekspor. Secara teori kondisi ini kurang begitu bagus karena berpotensi membuat cadangan devisa tergerus, kurs mata uang melemah, dan efeknya bisa membuat pertumbuhan ekonomi menjadi lebih lambat.
Apa Efeknya ke Saham Big Bank?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai detik ini masih didorong oleh pertumbuhan kredit perbankan. Di sisi lain, keempat saham big bank, yakni BBRI, BMRI, BBCA, dan BBNI memiliki pangsa pasar kredit sebesar 50 persen dari total industri, sedangkan 50 persen sisanya diperebutkan oleh sekitar 100 bank di Indonesia.
Di sisi lain, neraca pembayaran yang mengalami defisit ini bisa berdampak terhadap laju pertumbuhan ekonomi jika tidak diatasi segera. Jika pertumbuhan ekonomi melambat, berarti prospek pertumbuhan kredit melambat. Hal itu berpotensi membuat kinerja big bank dan saham bank keseluruhan agak tertekan.
Tekanan kinerja saham bank bukan soal risiko perlambatan kredit saja, tapi juga risiko kenaikan kredit bermasalah yang bisa menggerus laba bersih karena adanya kebutuhan pencadangan lebih besar.
Namun, apakah kondisi saat ini sudah gawat?
Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya neraca pembayaran Indonesia mengalami defisit. Bisa dibilang kondisi saat ini masih terkendali. Apalagi, defisit transaksi berjalan masih sekitar 0,64 persen dari PDB, masih lebih rendah ketimbang defisit pada kuartal kedua 2023 yang mencapai 0,67 persen.
Hanya saja, kurs rupiah yang masih terbenam di Rp15.983 per dolar AS, serta tren cadangan devisa yang turun sebesar 6,84 persen menjadi 136 miliar dolar AS yang menjadi perhatian.
Meski, angka cadangan devisa ini juga masih aman dari indikator standar internasional yang sekitar 3 bulan impor. Toh, dengan penurunan cadangan devisa itu, posisinya masih setara 6 bulan pembiayaan impor serta 6 bulan pembayaran impor yang diakumulasikan dengan utang luar negeri pemerintah.
Namun, dengan kondisi tingkat suku bunga tinggi, akan cukup sulit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih agresif agar neraca pembayaran membaik. Hal itu memunculkan keluar dari saham big bank dalam jangka pendek.
Kesimpulan
Secara teknis, ada salah satu hal yang dikhawatirkan investor asing dalam ekonomi Indonesia. Dengan situasi defisit neraca pembayaran ini, Indonesia akan memasuki pemerintahan baru di Oktober 2024. Dalam pemerintahan baru itu juga ada sinyal perubahan formasi Menteri Keuangan.
Perubahan posisi menteri keuangan sangat krusial yang bisa menentukan strategi pengelolaan keuangan Indonesia. Dengan kondisi neraca pembayaran yang defisit 6 miliar dolar AS, ada potensi ekonomi Indonesia mengalami perlambatan saat periode transisi menteri keuangan.
Jika tidak ada nada penurunan suku bunga dari Federal Reserve di Juni-September 2024, artinya pasar saham secara keseluruhan (bukan hanya big bank) akan mendapatkan tekanan pasang surut sementara. Namun, jika ada kepastian penurunan suku bunga bisa meredakan tensi tekanan di pasar saham maupun perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Jadi, apa yang harus dilakukan investor saham? tetap tenang dan masuk saat ada peluang, terutama di saham big bank yang ada peluang diberikan level murah lebih banyak lagi ke depannya. Namun, jangan jor-joran dan tetap jaga porsi cash dingin untuk masuk di waktu terbaik.
Mau dapat strategi investasi saham terupdate dan pilihan saham dividen yang bagus untuk jangka panjang?
Kamu bisa dapatkan semua itu di Mikirdividen. Dengan join Mikirdividen, kamu bisa mendapatkan 5 benefit ini:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
- Event online bulanan
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini