Deretan Emiten dengan Belanja Modal Jumbo, Lagi Mode Ekspansi?

Anggaran belanja modal bisa jadi gambaran apakah emiten lagi ekspansi atau ya diem-diem aja. Berikut ini deretan emiten yang punya anggaran belanja modal jumbo, apakah selalu pertanda ekspansi?

Deretan Emiten dengan Belanja Modal Jumbo, Lagi Mode Ekspansi?

Mikirduit – Belanja modal atau Capital Expenditure sering dianggap sebagai pertanda emiten lagi ekspansi bisnisnya. Artinya, ada prospek pertumbuhan kinerja keuangan setelah melakukan ekspansi bisnisnya. Berikut ini 5 emiten yang memiliki tingkat belanja modal terbesar di 2024, apakah tanda ekspansi atau nggak ya? 

Sebenarnya tanda emiten itu melakukan ekspansi agresif adalah ketika mereka menganggarkan belanja modal lebih besar dibandingkan rata-rata tahun sebelumnya. Jika belanja modal yang dianggarkan hanya setara rata-rata atau malah turun, berarti mereka lagi mode bertahan dulu.

💡
Belanja Modal adalah anggaran yang digunakan untuk kebutuhan pembelian yang sifatnya menjadi aset tetap dan lainnya. Misalnya, bikin pabrik, maintenance pabrik, beli kapal, beli mesin, sampai akuisisi perusahaan.

Modal Kerja adalah anggaran rutinitas operasional perusahaan, seperti bayar gaji, beban umum dan administrasi, beban operasional.

Untuk itu, kami akan ulas 5 emiten (tapi ada yang sektoral karena sektor telekomunikasi memang padat capex, jadi kalau dibandingkan dengan emiten lain pasti lebih besar). Kira-kira, mana emiten capex jumbo yang lagi ekspansi? simak ulasan lengkapnya di sini.

Saham ADRO

PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) menganggarkan belanja modal sekitar 600 juta - 700 juta dolar AS. Jika dirupiahkan dengan kurs Rp16.100 per dolar AS, berarti belanja modal ADRO sekitar Rp9,66 triliun sampai Rp11,27 triliun. 

Jika dilihat secara historis, tingkat belanja modal ADRO per 2023-2024 sudah berada di atas 2019 (periode sebelum Covid-19). Jadi, sebenarnya ADRO bisa dibilang memang lebih ekspansif saat ini. 

Jika dilihat secara historis, tingkat belanja modal ADRO per 2023-2024 sudah berada di atas 2019 (periode sebelum Covid-19). Jadi, sebenarnya ADRO bisa dibilang memang lebih ekspansif saat ini. 

Adapun, untuk penggunaan dana belanja modal itu, sekitar 200 juta dolar AS untuk alat berat, 100 juta dolar AS untuk belanja modal, sedangkan sisanya untuk keperluan tambang. Salah satunya investasi pada infrastruktur PT Muruwai Coal, serta pembangunan smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya. Seluruh dana belanja modal itu akan menggunakan kas internal perseroan.

ADRO menjelaskan perseroan tidak akan ekspansi untuk batu bara termal lagi (batu bara untuk PLTU), mereka justru melirik pengembangan batu bara metalurgi. Namun, tidak ada indikasi rencana ADRO via ADMR untuk akuisisi tambang batu bara metalurgi lagi. 

Adapun, dari rencana ADRO di 2024, perseroan menargetkan bisa menjual 65 juta - 67 juta ton batu bara yang terdiri dari, 61 juta - 62 juta ton batu bara termal, dan sisanya batu bara metalurgi.

Saham AMMN

PT Amman Mineral International Tbk. (AMMN) menggelontorkan belanja modal senilai 2 miliar dolar AS atau setara Rp32,2 triliun. 

Secara rinci, belanja modal jumbo itu akan digunakan untuk beberapa rencana seperti, 415 juta dolar AS untuk smelter dan pemurnian logam mulia. Lalu, 438 juta dolar AS untuk PLTGU, LNG, dan fasilitas T&D. Lalu, 540 juta dolar AS untuk ekspansi pabrik konsentrator, 205 juta dolar AS infrastruktur, dan 114 juta dolar AS untuk desain ulang pabrik konsentrator. AMMN juga menyiapkan sustaining capex sekitar 303 juta dolar AS. 

Adapun, tingkat belanja modal AMMN di 2024 ini naik sebesar 31,57 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Sampai semester I/2024, AMMN sudah menggelontorkan belanja modal sekitar 867 juta dolar AS.

Selain itu, AMMN juga sempat dirumorkan berencana akuisisi PSAB. Jadi, ada kabar dari Bloomberg Technoz yang menyebutkan Grup Salim lagi bersaing dengan DOID untuk akuisisi PSAB. 

Grup Salim berencana akuisisi 92,5 persen saham PSAB dengan harga Rp350 per saham via AMMN. Artinya, butuh modal sekitar Rp9,26 triliun untuk akuisisi PSAB tersebut. Adapun, pihak AMMN masih menapik rencana akuisisi tersebut.

Menjawab Mitos Saham Dividen Sulit Mendorong Pertumbuhan Bisnis
Saham dividen dianggap sulit berkembang karena hasil keuntungan ada yang dibagikan ke pemegang saham. Tapi apakah benar begitu? simak ulasan lengkapnya di sini

Saham JSMR

PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) juga mengalokasikan belanja modal jumbo senilai Rp10 triliun. Meski terlihat besar, tapi jumlah belanja modal itu masih lebih rendah dibandingkan dengan 2023 yang mencapai Rp20 triliun. 

Di sisi lain, belanja modal jumbo JSMR ini juga memiliki periode lagging untuk menjadi pendapatan perseroan. Soalnya, belanja modal itu termasuk untuk biaya pembebasan lahan yang prosesnya memakan waktu lama. 

Dengan begitu, tingkat belanja modal jumbo JSMR agak berisiko menganggu free cashflow. Meski, itu bisa diselesaikan dengan divestasi aset-asetnya yang dinilai tidak memberikan kontribusi optimal. 

JSMR mengungkapkan pembiayaan belanja modal akan berasal dari bank dan pasar modal, bisa dalam bentuk obligasi hingga menjadikan aset-nya sebagai DIRE (Dinfra).

Saham Sektor Telekomunikasi

Ada tiga saham sektor telekomunikasi yang pasang budget belanja modal jumbo di sini, yakni PT Telkom (Persero) Tbk. (TLKM), PT Indosat Ooredoo Hutchinson Tbk. (ISAT), dan PT XL Axiata Tbk. (EXCL). Ketiga emiten telekomunikasi ini memang selalu anggarkan kebutuhan belanja modal jumbo di atas Rp5 triliun setiap tahunnya. 

Jika dilihat penyerapan belanja modal 2019-2024, ketiga emiten telekomunikasi ini tidak ada rencana ekspansi besar-besaran. Pasalnya, tingkat belanja modal yang dianggarkan masih sesuai dengan rata-rata tahunan sebelumnya. 

Misalnya, TLKM menganggarkan belanja modal Rp34 triliun. Angka ini masih wajar karena rata-rata belanja modal TLKM sekitar Rp33 triliun - Rp36 triliun pada periode 2019-2024. 

Belanja modal TLKM itu akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur jaringan telekomunikasi misalnya,  meningkatkan kualitas dan kapasitas jaringan 5G, pengembangan teknologi 5G, dan penggelaran sistem komunikasi kabel laut serta Hyperscale Data Center di Cikarang dan Batam.

Sepanjang semester I/2024, TLKM sudah menyerap belanja modal sekitar Rp11,7 triliun. 

Begitu juga dengan ISAT yang mematok belanja modal 2024 sekitar Rp12 triliun. Belanja modal itu digunakan untuk bisnis seluler terkait layanan data, serta segmen multimedia, komunikasi data dan internet, dan informasi teknologi. 

Tingkat belanja modal ISAT juga tergolong standar jika dibandingkan dengan anggaran tiga tahun terakhir. Sampai semester I/2024, ISAT sudah menyerap belanja modal sekitar RP4,52 triliun. 

Terakhir, EXCL juga menganggarkan belanja modal Rp8 triliun. Seluruh belanja modal EXCL digunakan untuk investasi meningkatkan kualitas jaringan. Secara keseluruhan, EXCL sudah menggunakan belanja modal sekitar RP4,14 triliun sepanjang semester I/2024. 

Belanja modal EXCL ini juga tergolong standar dalam periode 2019-2024. Rata-rata belanja modal EXCL sekitar Rp7,5 triliun sampai Rp9 triliun.

Saham ASII

ASII menganggarkan belanja modal jumbo senilai Rp32 triliun pada 2024. 70 persen belanja modal itu akan dialokasikan ke anak usahanya, yakni UNTR. 

Nilai belanja modal ASII pada 2024 memang terlihat lebih rendah dibandingkan dengan 2023. Namun, manajemen menjelaskan, nilai belanja modal itu tidak termasuk rencana investasi perseroan. 

Sementara itu, nilai belanja modal pada 2023 senilai Rp46 triliun itu termasuk investasi seperti akuisisi perusahaan. Saat ini, pihaknya masih menunggu progres untuk anggaran belanja modal untuk investasi tersebut. 

Grup ASII melalui UNTR memang lagi digadang-gadang berencana ikut masuk ke right issue PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL). Namun, rencana akuisisi NCKL itu masih dalam tahap due diligence. 

Sementara itu, meski belanja modal ASII terlihat turun, tapi kami menilai belanja modal ASII itu cukup agresif jika dibandingkan dengan periode post-covid-19. 

Hingga semester I/2024, ASII sudah menyerap atau menggunakan sekitar RP9 triliun dari dana belanja modal tersebut.

Kesimpulan

Apa yang bisa kita simpulkan dari data belanja modal tadi? secara keseluruhan para emiten dengan belanja modal jumbo tidak ada yang melakukan rencana besar. Hanya ASII yang menurut kami masih cukup ekspansif dengan anggaran belanja modal non-investment sekitar Rp32 triliun. 

Lalu, AMMN juga menganggarkan belanja modal cukup agresif senilai 2 miliar dolar AS karena ada kebutuhan pembangunan smelter. 

Sisanya, seperti ADRO, JSMR, dan saham telekomunikasi cenderung untuk melakukan ekspansi kecil-kecilan saja. 

Dengan begitu, sebenarnya saham ASII ini masih menarik untuk jangka panjang, meski dalam jangka pendek bakal ada sentimen penekan dari kinerja yang konsolidasi karena dua bisnis utamanya otomotif dan pertambangan lagi mengalami penurunan kinerja. Apalagi, ditambah mobil hybrid dicoret dari pemberian insentif oleh pemerintah. 

Meski begitu, harga saham ASII yang lagi murah jelas cukup menarik, mengingat tingkat dividen yang diberikan juga cukup tinggi.

Mau Belajar Saham Langsung Praktek dan Bisa Diskusi Langsung? Dapat Pilihan Saham Dividen untuk Jangka Panjang Serta Strategi Investasinya Lagi!

Join Mikirdividen sekarang untuk mendapatkan banyak benefit serta strategi investasi dan diskusi dengan para investor saham. Berikut benefit gabung mikirdividen:

  • Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
  • Event online bulanan

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini