Deretan Saham yang Buyback di 2024, Menarik untuk Diborong?
Buyback saham jadi salah satu aksi korporasi yang bisa mengerek harga saham. Apalagi jika nominal buyback jumbo dan tujuannya agar harga saham bisa sesuai dengan fundamentalnya. Siapa saja saham yang menarik di-buyback?
Mikirduit – Aksi buyback saham kerap mendorong harga saham naik saat transaksi beli oleh emiten terjadi. Sepanjang 2024 ini, ada beberapa emiten yang telah menyiapkan rencana buyback, kira-kira gimana prospek sahamnya ya? simak selengkapnya di sini.
Ada beberapa alasan kenapa emiten melakukan buyback sahamnya sendiri, yakni untuk meningkatkan kepercayaan investor saham terhadap saham terkait. Biasanya alasan ini terjadi saat harga saham emiten turun cukup dalam. Untuk itu, emiten melakukan pembelian agar tekanan jual bisa mereda.
Selain itu, aksi buyback saham juga dilakukan untuk pemberian bonus kepada karyawan, direksi, dan komisaris. Beberapa emiten kerap memberikan bonus saham dengan cara melakukan buyback saham tersebut.
Aksi buyback juga dinilai kalau prospek emiten masih cukup bagus di masa depan. Alasannya, tidak mungkin emiten buyback jika ke depannya harga saham bakal turun terus. Pasalnya, dari aksi buyback ini, emiten juga bisa mendapatkan tambahan kas setara kas jika mendapatkan selisih keuntungan dari kenaikan harga sahamnya sendiri.
Sesuai aturan, emiten harus kembali mengalihkan saham buyback-nya paling lama 3 tahun. Kira-kira, apakah emiten yang melakukan buyback menjadi pertanda harganya mau bangkit? begini prospek 5 saham yang siap buyback di 2024.
Saham JPFA
JPFA mengumumkan rencana melakukan buyback saham dengan modal sekitar Rp350 miliar atau setara maksimal 1,5 persen dari seluruh saham perseroan. JPFA menjadi saham yang paling rutin melakukan buyback tiap tahunnya. Sampai 31 Januari 2024, JPFA mencatatkan sekitar 98,9 juta lembar saham treasury hasil buybacknya.
Alasan JPFA melakukan buyback antara lain untuk menjaga tren harga sahamnya tetap menarik bagi para holder atau pemegang saham eksisting. Pasalnya, dengan aksi buyback juga bisa meningkatkan return on equity (ROE) perseroan.
Jika melihat valuasi JPFA sekarang, bisa dibilang cukup tinggi dengan price to earning ratio (PE) di 14,52 kali. Posisi itu di atas rata-rata PE 5 tahun sekitar 13,34 kali. Lalu, apakah mahal? kami coba kasih gambaran dengan ekspektasi kinerja JPFA di 2023.
Dengan menggunakan asumsi laba bersih per saham JPFA 2023 di Rp104,93 per saham. Dengan asumsi harga wajar PE di 13,34 kali, berarti harga wajar JPFA ada di sekitar Rp1.399 per saham. Posisi harga itu lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasar 27 Februari 2024 sebesar 21 persen yang senilai Rp1.150 per saham.
Menariknya, laba bersih JPFA di 2024 diperkirakan naik lebih tinggi sebesar 29,8 persen menjadi Rp1,47 triliun dibandingkan dengan proyeksi kinerja perseroan sepanjang 2023. Dengan perkiraan laba bersih per saham di 2024 sekitar Rp135,87 per saham, berarti harga wajar dengan PE rata-rata 13,34 kali menjadi Rp1.800 per saham.
Meski murah, kami melihat salah satu risiko terbesar adalah tingkat utang yang cukup tinggi, debt to equity ratio (DER) per kuartal III/2023 tembus 0,94 kali. Hal itu juga yang menekan laba bersih perseroan karena ada kenaikan beban keuangan hingga 23 persen menjadi Rp737 miliar.
Saham GOTO
GOTO juga menjadi salah satu emiten yang berencana buyback. Rencana itu diungkapkan CEO GOTO Patrick Walujo setelah transaksi TikTok akuisisi Tokopedia rampung.
Perseroan mengaku berencana melakukan buyback karena memiliki arus kas yang mumpuni. Sampai kuartal III/2023, GOTO memang punya kas dan setara kas senilai Rp24 triliun. Meski, kalau dari operasional, kas operasinya masih negatif Rp4,21 triliun.
Aksi buyback GOTO ini tampaknya dipersiapkan menghadapi risiko tekanan daya jual terkait dua momen.
Pertama, momen penyesuaian keuangan setelah Tokopedia lepas dari GOTO yang berakibat ada catatan kerugian sekitar Rp80 triliun. Namun, kerugian itu hanya catatan saja atas hilangnya goodwill dan beberapa komponen Tokopedia yang dilepas ke TikTok, jadi bukan kerugian nyata.
Kedua, ada potensi tekanan jual akibat masa lock-up saham seri B milik para founder dan eks direksi bakal dilepas ke direksi saat ini. Hal itu dikhawatirkan bisa menjadi sentimen negatif untuk saham GOTO.
Lalu, apakah saham GOTO akan kembali menguat? hal itu akan tergantung seberapa besar daya buyback GOTO. Kami ekspektasi, nilai buyback paling besar GOTO sekitar Rp4,68 triliun yang setara dengan 5 persen dari total saham perseroan. Keuntungannya, jika harga saham GOTO berhasil naik, mereka bisa meningkatkan kas dan setara kasnya.
Apakah saham GOTO sudah murah? kami tidak merekomendasikan investasi jangka panjang di saham GOTO, kecuali jika kamu yakin model bisnis GOTO bisa menghasilkan profitabilitas yang luar biasa di masa depan.
Saham BNGA
BNGA berencana melakukan buyback dengan nilai sekitar Rp500 juta. Aksi buyback ini bertujuan untuk program remunerasi dalam bentuk saham untuk manajemen perseroan. Jadi, tujuannya akan berbeda dari JPFA yang memang berencana memberikan value kepada pemegang saham dengan harapan aksi buyback bisa mengerek harga sahamnya.
Di sisi lain, posisi harga saham BNGA juga berada di harga yang cukup tinggi. BNGA memiliki price to book value (PBV) sebesar 1,08 kali. Posisi PBV itu menjadi yang tertinggi diantara bank menengah seperti, NISP, BJBR, BDMN, maupun BBTN. Bahkan, secara historis PBV BNGA dalam 5 tahun terakhir maupun 10 tahun terakhir sudah ada di atas standard deviasi plus 2. Terakhir kali, BNGA berada di valuasi ini saat periode 2015-2016.
Menariknya, kinerja BNGA masih diproyeksikan lanjut bertumbuh hingga 2025. Pada 2024, laba bersih per saham BNGA diperkirakan naik 10,7 persen, sedangkan di 2025 naik sebesar 5,41 persen.
Meski, tren pertumbuhan itu memang lebih cenderung melambat dibandingkan dengan pencapaian perseroan pada 2023 yang tumbuh 28,41 persen. Sehingga jika baru ingin masuk sekarang dengan plan jangka panjang cenderung berisiko.
Saham NISP
NISP juga berencana melakukan buyback dengan dana sekitar Rp800 juta. Tujuan NISP melakukan buyback juga sama dengan BNGA untuk kebutuhan remunerasi kepada manajemen dan karyawan perseroan.
Secara valuasi dengan price to book value (PBV), posisi NISP menjadi yang termahal ketiga di segmen bank menengah. PBV NISP sebesar 0,83 kali, di bawah dari BJBR sebesar 0,85 kali dan BNGA di 1,08 kali.
Di sisi lain, secara historis 10 tahun terakhi, saham NISP bisa dibilang berada di posisi yang nggak murah, tapi juga nggak mahal. Posisi PBV-nya berada sedikit di atas rata-rata 10 tahunnya yang berada di 0,82 kali.
Meski begitu, dalam jangka menengah, saham NISP bisa dibilang sudah cukup mahal. Soalnya, posisi PBV NISP dalam 5 tahun terakhir sudah mendekati standard deviasi plus dua di 0,86 kali.
Saham AVIA
AVIA sudah mengumumkan rencana buyback jumbo senilai Rp1 triliun yang setara 2,3 persen dari total sahamnya. Aksi buyback itu dilakukan dengan tujuan untuk menjaga stabilitas harga saham perseroan yang dinilai sudah undervalued jika dilihat dari segi price to earning ratio (PE).
Adapun, proses buyback akan dilakukan pada periode 8 Desember 2023 hingga 7 Juni 2025. Harga saham AVIA pun sudah naik sekitar 8 persen sepanjang tahun ini.
Secara valuasi, AVIA memiliki PE sekitar 22,91 kali. Jika dilihat PE rata-rata tiga tahun, saham AVIA masih cukup murah karena berada di area standard deviasi minus 1 yang berada di level 21,84 kali.
Kami mengasumsikan, harga wajar AVIA berada di PE 29,55 kali atau level rata-rata 3 tahunnya. Dengan asumsi pertumbuhan laba bersih per saham AVIA di 2023 sebesar 11 persen menjadi Rp25,1 per saham. Berarti, harga wajar AVIA bisa berada di Rp741 per saham.
Bahkan, kinerja AVIA diperkirakan lanjut tumbuh 7,49 persen menjadi Rp26,98 per saham pada 2024. Dengan berasumsi harga wajar AVIA masih di PE 29,55 kali, berarti harga wajarnya ada di Rp797 per saham.
Artinya, saham AVIA punya potensi naik hingga 37 - 47 persen dalam tiga tahun ke depan, periode holding saham hasil buyback tersebut.
Kesimpulan
Nominal aksi buyback bisa menentukan seberapa efek aksi korporasi tersebut terhadap harga sahamnya. Bayangkan, emiten menggelontorkan Rp1 triliun untuk buyback, artinya dari sisi manajemen emiten yakin seharusnya harga saham perseroan dihargai lebih tinggi.
Berbeda dalam kasus saham BNGA dan NISP yang buyback dengan kebutuhan remunerasi atau bonus ke manajemen. Sehingga nominalnya memang sangat kecil.
Dari kelima saham buyback ini, mana yang menarik perhatianmu?
DISKON UNTUK PEMBURU SAHAM DIVIDEN DI BULAN PENUH CINTA
Kami berikan promo untuk member baru dengan potongan harga hingga Rp200.000 langsung hingga Akhir Februari 2024. (kuota promo terbatas siapa cepat dia dapat)
baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini