Dividen Tidak Relevan Bagi Investor Saham? BACA INI DULU

Ada Dividend Irrelevance Theory yang menilai dividen itu tidak berdampak terhadap harga saham, tapi bukan berarti dividen itu bukan sesuatu yang tidak menarik untuk dikejar. Simak penjelasannya di sini

Dividen Tidak Relevan Bagi Investor Saham? BACA INI DULU

Mikirduit – Dividen menjadi salah satu keuntungan dalam investasi saham, tapi ada nih teori tentang Dividend Irrelevance. Apa itu maksudnya? apakah dividen tidak relevan untuk investor saham?

Dividend Irrelevance Theory ini dikemabngkan oleh ekonom Merton Miller dan Franco Modigliani pada 1961. Adapun, Dividend Irrelevance Theory ini menilai dividen tidak mempengaruhi harga saham. Malah, dividen bisa merusak daya saing jangka panjang perusahaan. 

Miller dan Modigliani menilai dividen tidak memiliki dampak apapun terhadap harga saham perusahaan. Harga saham lebih dipengaruhi oleh bagaimana pertumbuhan laba bersih untuk menentukan nilai pasar perusahaan hingga bisa mempengaruhi kenaikan harga saham. 

Dividend Irrelevance Theory menilai dividen tidak menguntungkan investor dan dapat mengganggu kesehatan keuangan emiten. Jika pasar berjalan secara efisien, pembayaran dividen bisa menurunkan harga saham sebesar jumlah dividen. Untuk itu, investasi saham karena dividen tidak akan mendapatkan keuntungan apapun karena harga saham bisa turun sejumlah dividen tersebut. 

Jadi, apakah dividend investing itu merugikan investor?

Memahami Lebih Dalam Dividend Irrelevance Theory

Sebenarnya, Dividend Irrelevance Theory ini bukan menggambarkan saham yang bagi dividen itu jelek. tetapi terms yang berlaku saat itu jika saham bagi dividen harganya pasti naik. Serta, ada beberapa investor yang menilai saham dividen itu lebih bagus daripada tidak secara general.

Jadi, pernyataan Dividen tidak menaikkan harga saham itu jelas BENAR. Soalnya, perusahaan mengeluarkan cash-nya untuk pemegang saham, secara hitung-hitungan tingkat cash-nya berkurang dan berhubungan erat penurunan ekuitas yang berdampak ke tingkat price to book value jadi lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya. (Perubahan tingkat PBV-nya akan tergantung dengan jumlah dividen yang dibagikan ya). 

Sesuai dengan teori tersebut, hal yang bisa membuat kenaikan harga atau menarik minat beli lebih banyak adalah pertumbuhan kinerja keuangan emiten tersebut. Jika prospek bisnisnya terus bertumbuh, ya saham itu pasti menarik. 

Lalu, emiten yang membagikan dividen juga tidak bisa digeneralisir lebih bagus dibandingkan dengan yang tidak membagikan. Soalnya, ada juga saham-saham yang membagikan dividen cuma sekali-dua kali dan secara umum fundamentalnya tidak terlalu bagus. Malah, ada saham yang tidak bagi dividen, tapi kinerja bisnis terus bertumbuh dengan baik. 

Misalnya, saham PUDP sempat jadi sorotan pada 2023 setelah membagikan dividen jumbo karena dividend yield-nya saat itu mencapai 27 persen. Harga saham PUDP jelang pembagian dividen meningkat karena ada kenaikan permintaan beli berebut dividen jumbo tersebut. Padahal, tingkat dividen jumbo PUDP itu sifatnya tidak berkelanjutan karena berasal dari transaksi jual-beli putus dengan 1 pihak dan nilainya cukup besar. Namun, hal tersebut mungkin tidak terulang di tahun selanjutnya. Kini, saham PUDP juga sudah turun dari level tertinggi jelang pembagian dividen jumbo yang sempat mencapai Rp480 per saham. 

Di sisi lain, ada juga salah satu saham growth investing yang tidak pernah bagi dividen, yakni ADES. Sejak 2020 hingga saat ini, saham ADES sudah meroket dari Rp1.000 per saham hingga Rp9.000-an per saham. Padahal, saham ADES ini tidak pernah bagi dividen. Hal itu disebabkan oleh tingkat pertumbuhan kinerja yang cukup signifikan, serta supply free float-nya juga sangat terbatas. 

Namun, tidak semua saham dividen seperti PUDP juga. Ada juga saham dividen yang secara fundamental bagus dan bisnisnya terus bertumbuh, serta dividennya lancar dengan yield dari 5-10 persen per tahun. 

Tapi, dalam Dividend Irrelevance Theory disebutkan, saham yang bagi dividen itu berarti mengganggu kesehatan keuangan emiten, apakah saham dividen jelek?

Sebenarnya, dividen itu adalah kepentingan pemegang saham mayoritas. Misalnya, saham BUMN yang menghasilkan laba bersih pasti akan diminta dividen yang menarik. Namun, pemegang saham pengendali atau mayoritas juga akan mengukur risiko pembagian dividen dan kebutuhan modal emiten tersebut. Kecuali pengendalinya yang memang kurang bagus sehingga tidak memikirkan hal tersebut.

Dari sisi manajemen, dividen diputuskan jika memang tidak ada rencana ekspansi signifikan. Sehingga bisa memberikan value ke pemegang saham ketimbang hanya menjadi arus kas perusahaan yang belum tentu digunakan dalam jangka pendek.

Apalagi, bisnis-bisnis dengan karakter pendapatan berulang dari asetnya seperti pembangkit listrik atau layanan pelabuhan. Emiten itu akan terus mendapatkan pendapatan yang stabil sesuai permintaan layanan dalam jangka panjang. Dari hasil itu, perusahaan bisa mengatur cashflow lebih mudah. Apalagi, jika tidak ada rencana ekspansi yang lebih besar, diubah jadi dividen bisa lebih memberikan nilai ke pemegang saham.

Namun, ada beberapa karakter saham dividen yang perlu dipantau secara khusus karena berisiko menganggu kesehatan keuangannya seperti, saham yang membagikan dividen dengan tingkat payout ratio di atas 100 persen laba bersih, atau tiba-tiba emiten menaikkan rasio dividennya sehingga tingkat dividennya menjadi tinggi.

Sebenarnya, emiten pasti sudah mengukur tingkat pembagian dividen. Jika ada kenaikan rasio tiba-tiba berarti ada aksi jualan aset atau hal lainnya sehingga ada cash lebih yang diberikan ke pemegang saham. Namun, risikonya tingkat dividen itu tidak bertahan lama.

Selain itu, ada juga saham yang membagikan tingkat dividen dengan rasio cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir seperti MPMX. Rata-rata rasio dividen MPMX sempat di atas 100 persen, dan sekarang sekitar 90 persen. Kami menilai rasio dividen MPMX ini kurang berkelanjutan karena jika nantinya pertumbuhan laba tidak cukup tinggi dan MPMX butuh menurunkan rasio dividenya, tingkat dividen per saham yang dibagikan akan menyusut signifikan. Hal itu bisa mempengaruhi daya beli di saham tersebut.

5 Saham Dividen yang Menarik, tapi Sideways Mulu, Buy or Bye?
Ada 5 saham yang secara dividen menarik, tapi harga sahamnya cenderung sideways. Apakah saham seperti ini menarik jadi pilihan? simak ulasannya di sini

Jadi, Saham Dividen Tetap Relevan atau Tidak?

Saham dividen tetap relevan sesuai dengan peruntukkan rencana keuangannya. Bisa dibilang, saham dividen cocok untuk portofolio investasi jangka panjang. Dengan catatan, saham dividen ini sudah terbukti konsisten membagikan dividen dan prospek kinerjanya masih bertumbuh. 

Biasanya, saham dividen cocok untuk pensiunan atau investor dengan profil risiko konservatif. Soalnya dividen lebih bisa diukur dengan prospek kinerja keuangan di masa depan dibandingkan dengan fluktuasi pergerakan harga saham. 

Kami memilih saham dividen untuk porto saham dengan rencana jangka panjang lebih dari 3 tahun. Saham-saham yang dipilih juga dinilai punya prospek pertumbuhan yang masih positif. 

Selain itu, saham dividen juga menjadi opsi pilihan kami saat memilih saham value investing. Jadi, kami mencari saham yang secara valuasi sudah murah dengan prospek pertumbuhan yang diekspektasikan bisa bangkit di masa depan. Jika ada karakter saham value investing yang sudah murah, serta ada devidennya. Kami menjadikan dividennya itu adalah keuntungan sementara sambil menunggu harga sahamnya bangkit selaras dengan proyeksi pertumbuhan kinerja di masa depan.

Soalnya, butuh waktu cukup panjang untuk saham value investing dari harga murah hingga bisa bangkit. Dari situ dividennya bisa jadi cashflow investor untuk dikelola atau digunakan lagi. 

Namun, yang tidak disarankan adalah mengejar saham dividen dalam jangka pendek. Misalnya, ada saham baru mengumumkan dividen, dan investor baru beli setelah pengumuman atau jelang cum-dividen (periode ketika beli saham masih dapat hak dividen, ketika jual sudah tidak dapat hak dividen). 

Dividend Irrelavance Theory akan berlaku 100 persen dengan pola pembelian saat jelang cum-dividen dan jual saat ex-dividen. Soalnya, dividen tidak menaikkan harga saham, yang ada malah turun setara dengan nilai dividennya. Untuk itu, saham dividen SANGAT RELEVAN untuk investasi jangka menengah panjang. Apalagi, kalau belinya pas murah banget dan prospek sahamnya masih bagus.

PROMO JANUARI 2025: JOIN MIKIRDIVIDEN BONUS PAKET E-BOOK SAHAM PERTAMA

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru yang sedang disiapkan:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini