Dua Saham Ini Cocok untuk Growth Investing? Mana yang Terbaik?
Salah satu strategi investasi saham yang bisa mendulang capital gain lumayan adalah growth investing. Jadi, kita berinvestasi di saham yang secara bisnis terus bertumbuh. Efeknya dividen kecil, tapi capital gain bisa lumayan. Dari dua ini, mana yang menurutmu menarik?
MIkirduit – Ada dua saham yang dalam beberapa tahun terakhir mencatatkan pertumbuhan kinerja yang fantastis. Kedua saham ini memiliki lini bisnis yang berbeda jauh, pertama bisnisnya terkait produksi produk konsumsi primer ke ritel (masyarakat), yang satu lagi bisnisnya memiliki segmen business to business. Kali ini, kami akan membongkar jeroan dari dua saham tersebut.
Dalam melakukan screening saham ini, kami menggunakan empat indikator.
Pertama, market cap minimal Rp5 triliun. Jadi, saham third liner tidak termasuk.
Kedua, pertumbuhan pendapatan dari laporan keuangan terakhir di atas 30 persen.
Ketiga, pertumbuhan laba bersih dari laporan keuangan terakhir di atas 30 persen.
Keempat, mencatatkan tren pertumbuhan laba bersih sebanyak minimal 3 kali.
Hasilnya, ada beberapa saham seperti PBSA, DYAN, MTLA, SMDM, CLEO, dan RAJA. Namun, dari keenam saham tersebut, kami menilai hanya CLEO dan RAJA yang secara bisnis bisa menarik untuk dibandingkan.
Sementara itu, PBSA karakternya itu perusahaan konstruksi proyek industri yang pastinya fluktuatif juga. Begitu juga dengan MTLA dan SMDM yang merupakan emiten properti dan masih tergantung dengan penjualan rumah belum memiliki recurring income atau pendapatan berulang yang mumpuni.
Lalu, untuk DYAN juga bisnisnya bisa dibilang tergantung proyek Event organizer yang lagi diurus setiap tahunnya.
Kalau begitu, bagaimana perbandingan saham CLEO dan RAJA sebagai saham yang dianggap bisa jadi pilihan growth investing?
Saham CLEO
Kami terakhir bahas CLEO itu pada Mei 2024. Nah, kali ini, kami akan ulas juga termasuk performa perseroan di semester I/2024.
CLEO adalah produsen air mineral. Bisa dibilang seluruh produknya hanya terkait air mineral dengan berbagai jenis.
Jika dilihat dari data historis tahunan sejak 2015, CLEO terus mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang sangat konsisten hingga 2023. Secara rata-rata tahunan sejak 2015 sampai 2023, CLEO mencatatkan pertumbuhan pendapatan 21,36 persen per tahun, sedangkan laba bersih naik 58,96 persen per tahun.
Salah satu yang mendorong pertumbuhan pendapatan dan laba bersih CLEO bisa meroket itu antara lain, perseroan konsisten ekspansi pembangunan pabrik baru setiap tahunnya. Dari periode 2015 sampai 2023 itu ada sekitar 18 pabrik baru yang didirikan. Lalu, ada sekitar 7 produk baru yang dirilis.
Sepanjang semester I/2024, CLEO mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 32,88 persen menjadi Rp1,29 triliun. Nominal pendapatan itu menjadi level tertinggi yang perseroan catatkan sejak 2015.
Dari sisi laba bersih, CLEO mencatatkan kenaikan sebesar 70,97 persen menjadi Rp220,22 miliar. Level itu juga menjadi yang tertinggi bagi perseroan sejak 2015.
Lonjakan laba bersih dipicu oleh biaya operasional yang tetap lebih efisien meski pendapatan naik cukup tinggi. Hal itu terlihat dari gross profit margin yang naik menjadi 58,55 persen dibandingkan dengan 54,15 persen, serta net profit margin menjadi 16,99 persen dibandingkan dengan 13,2 persen pada periode sebelumnya.
Apalagi, CLEO yang masih terus ekspansi kapasitas produksinya tidak memiliki permasalahan serius dari segi utang. Sampai semester I/2024, tingkat utang berbunga CLEO malah turun 8,25 persen menjadi Rp439 miliar dibandingkan dengan akhir tahun 2023. Tingkat debt to Equity rasio (DER) CLEO terbilang aman di 0,27 kali.
Lalu, tingkat interest coverage rasio (ICR) semester I/2024 CLEO juga ada di 20,82 kali. Artinya, laba operasional masih sangat cukup untuk menutup pembayaran cicilan beban bunga utang.
Lalu, bagaimana dengan prospek saham CLEO ke depannya?
Sepanjang tahun ini (2024), CLEO berencana untuk kembali membangun 3 pabrik baru di Palu, Pontianak, dan Pekanbaru yang mulai dibangun pada kuartal II/2024 kemarin. Harapannya pabrik itu sudah bisa beroperasi di akhir tahun 2024 atau awal tahun 2025.
Untuk membangun pabrik itu, CLEO menggelontorkan dana belanja modal sekitar Rp450 miliar. Dana itu disebut akan diambil dari kas internal karena posisi cash operation dan cashflow yang cukup kuat.
Manajemen sendiri menargetkan pertumbuhan kinerja CLEO sepanjang 2024 cukup agresif. Pendapatan ditargetkan naik 37 persen. Jika dihitung dari angka pendapatan 2023, berarti akan menjadi Rp2,86 triliun.
Target laba bersih 2024 dipatok naik 92 persen. Jika dihitung dengan pencapaian 2023, berarti nominalnya menjadi Rp589 miliar.
Perseroan optimis bisa mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang agresif karena memiliki jaringan yang luas dan biaya distribusi yang lebih rendah.
Perseroan mencatat memiliki jaringan distribusi yang terafiliasi, yakni PT Sentralsari Primasentosa yang memiliki lebih dari 350 cabang. Lalu, perseroan memiliki lebih dari 5.000 partner untuk distribusikan produk CLEO. Apalagi, jangkauan pabrik CLEO juga makin luas dengan posisi saat ini ada 31 pabrik di seluruh Indonesia.
Adapun, dari konsensus analis (meski hanya ada satu analis yang proyeksikan), kinerja CLEO diperkirakan naik lebih rendah dari target manajemen. Pendapatan CLEO diperkirakan naik 29 persen menjadi Rp2,71 triliun, sedangkan laba bersih naik 51 persen menjadi Rp466 miliar.
Selain masalah fundamental, sisi menarik saham CLEO adalah jumlah saham yang dimiliki ritel atau perorangan itu hanya 7,18 persen atau sebanyak 862,56 juta lembar dari 12.046 investor.
Jumlah itu jelas cukup sedikit dibandingkan dengan total saham free float CLEO yang mencapai 21,74 persen.
Adapun, 91 persen saham CLEO dipegang oleh perseroan terbatas sebanyak 11,03 miliar lembar terdiri dari 32 investor. Sisanya minoritas dipegang asing 0,78 persen, serta asuransi dan dana pensiun sekitar 0,04 persen.
Secara valuasi, jika menggunakan asumsi PE justified (PE yang diasumsikan wajar dengan data proyeksi kinerja 2024) dengan metode cost of Equity menggunakan CAPM, hasilnya sekitar 47,82 kali. Berarti, harga wajar CLEO dengan asumsi proyeksi kinerja 2024 itu ada di Rp1.858 per saham.
Jika menggunakan data perhitungan discounted cash flow CLEO dari Simply Wallstreet, harga wajar perseroan ada di Rp1.343 per saham.
Lalu, jika menggunakan metriks price to earning rasio growth (PEG) juga terhitung masih cukup murah di 0,5 kali. Dengan begitu, berarti tingkat pertumbuhan laba bersih CLEO masih lebih tinggi dibandingkan dengan pergerakan harga sahamnya.
Saham RAJA
RAJA adalah emiten yang bergerak di industri gas. Secara umum, RAJA punya sekitar 7 lini bisnis, yakni industri hulu, infrastruktur dan utilitas, usaha penunjang migas, terminal dan penyimpanan migas, distribusi dan perdagangan gas, pembangkit listrik, dan petrokimia, yang menjual amonia.
RAJA memiliki beberapa area operasional seperti, untuk industri hulu ada blok di daerah Sumatra dan Blok Jabung Tengah, serta Blok Cepu di Jawa Timur.
Untuk infrastruktur dan utilitas, RAJA punya di blok Rokan, Cilegon, Bandung, Cirebon, dan Gresik.
Untuk usaha penunjang migas, RAJA punya area operasional di Blok Rokan,Kampar, Jambi Merang, Payo Selincah, Ramba, Sembakung, Bogor, dan Cierbon.
Untuk terminal penyimpanan migas, RAJA punya di Rembang, Jawa Tengah. Terakhir, untuk distribusi perdagangan gas, RAJA punya di Sei Gelam, Payo Selincah, Purwodadi (Sumatra Selatan), Cilegon, Bitung, Semarang, Cibitung, dan Tegal Gede.
Karakter bisnis RAJA sebenarnya lebih kompleks karena mereka harus mencari kontrak baru untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya.
Adapun, pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sejak 2015 kurang begitu agresif dibandingkan dengan CLEO. Rata-rata pertumbuhan pendapatan RAJA dari periode 2015-2023 hanya sebesar 1,84 persen per tahun, sedangkan rata-rata pertumbuhan laba bersih RAJA dari periode yang sama cukup bagus sebesar 15,38 persen.
Sayangnya, data laporan keuangan semester I/2024 belum dirilis karena harus diaudit.
Jika merujuk ke kinerja kuartal I/2024, RAJA mencatatkan pertumbuhan yang cukup solid, yakni pertumbuhan pendapatan sebesar 66,54 persen menjadi 61,64 juta dolar AS. Lalu, pertumbuhan laba bersih 34,5 persen menjadi 7,2 juta dolar AS.
Pendapatan RAJA melejit didorong oleh kenaikan pendapatan distribusi migas sebesar 46 persen menjadi 36,75 juta dolar AS. Lalu, munculnya pendapatan lifting migas yang sebelumnya tidak ada senilai 13,49 juta dolar AS.
Catatannya, meski pertumbuhannya double digit, tapi tren margin keuntungan menurun. Gross profit margin RAJA turun menjadi 26,23 persen dibandingkan dengan 27,79 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Lalu, net profit margin turun 11,68 persen dibandingkan dengan 14,46 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Tekanan margin keuntungan datang dari bisnis lainnya RAJA, seperti bisnis penunjang migas dan lainnya. Margin keuntungan sebelum pajak bisnis itu mengalami penurunan menjadi 20,78 persen dibandingkan dengan 39,58 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, margin dari bisnis distribusi migas justru naik menjadi 8,64 persen dibandingkan dengan 5,96 persen. Lalu, margin dari bisnis lifting migas sangat besar, yakni 41,42 persen.
Untuk tingkat risiko utang, Debt to Equity rasio (DER) RAJA cukup fluktuatif. Sampai kuartal I/2024, tingkat DER-nya mencapai 0,92 kali. Posisi itu lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya yang sebesar 1,04 kali. Namun, jika kami cek Interest coverage rate (ICR) secara twelve trailing months (TTM) masih aman di 5,36 kali. (ICR yang kurang aman jika di bawah 1 kali)
Lalu, bagaimana dengan prospek RAJA?
Dalam jangka menengah, RAJA dalam mode ekspansi. Perseroan disebut menyiapkan anggaran belanja modal senilai 110 juta dolar AS atau setara Rp1,78 triliun. Dana belanja modal itu digunakan untuk proyek gas compressor dan pembangunan pipa bahan bakar minyak (BBM).
Dari rencana itu, RAJA menunjukkan arah bisnisnya akan lebih ke midstream dan downstream migas. Untuk proyek downstreamnya, RAJA akan jadi pemasok gas ke PLN, Grup Sinarmas, dan beberapa konsumen besarnya di Jawa Barat.
Namun catatannya, rencana ekspansi ke depan, RAJA akan menggunakan pinjaman eksternal untuk membiayai belanja modal.
Untuk proyeksi kinerja RAJA, konsensus analis hanya memproyeksikan pendapatan perseroan dan itu diperkirakan turun 11,16 persen menjadi 181 juta dolar AS pada tahun ini.
Dengan kondisi ini, pencapaian RAJA yang konsisten terus bertumbuh bisa terputus. Apalagi, risiko saham ini lainnya adalah adanya keterkaitan dengan politik mengingat Happy Hapsoro sebagai pengendali adalah suami dari Puan Maharani, anak dari Megawati, yang juga yang punya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Masalahnya, posisi PDIP sekarang berada di area oposisi.
Jika mengasumsikan RAJA sebagai saham yang punya potensi growth ke depannya, tingkat PEG RAJA masih cukup bagus di 0,06 kali. Sehingga harga saham saat ini masih lebih murah dibandingkan dengan pertumbuhan laba bersihnya.
Namun, jika melihat asumsi harga wajar RAJA dengan perhitungan DCF Simply Wallstreet, harga saat ini sudah terlampaui tinggi dengan asumsi wajar di Rp331 per saham.
Begitu juga menggunakan asumsi PE Band, posisi PBV RAJA sudah ada di standard deviasi +1 5 tahunnya di 2,47 kali. Adapun, jika menggunakan asumsi PBV wajar RAJA ada di PBV Band Mean 5 tahunnya, berarti harga wajar RAJA sekitar Rp723 per saham.
Dengan pertumbuhan RAJA yang berpotensi fluktuatif ke depannya, kami lebih menilai harga wajar RAJA dengan PBV Band dibandingkan dengan PEG-nya, yang mana saat ini wajarnya di Rp723 per saham.
Kesimpulan
Dalam mencari saham growth investing, sebenarnya kita mencari saham yang secara konsisten bisnisnya bisa bertumbuh. Biasanya, karakter bisnis itu adalah memiliki produk yang dijual. Sehingga dia bisa meningkatkan penjualan produk secara signifikan, sedangkan karakter bisnis seperti RAJA yang cenderung kontrak jasa dan pengelolaan area wilayah kerja ini bisa fluktuatif.
Untuk itu, dari kedua saham ini, kami menilai CLEO lebih cocok untuk growth investing karena emiten tersebut punya visi memperkuat bisnisnya dengan ekspansi pabrik lebih luas lagi dan menjaga tingkat margin lebih baik. Sementara itu, melihat ekspansi RAJA yang cenderung fokus di midstream dan downstream migas ini tantangannya adalah tingkat margin tidak setinggi di upstream (atau bisnis hulu). Sehingga secara akumulasi kinerja bisnis RAJA berpotensi fluktuatif ke depannya.
kalau kamu lebih suka CLEO atau RAJA?
Event Perdana Mikirduit: Saham Pertama, step by step investasi saham hingga bisa taking profit
Mikirduit bakal mengadakan event online secara umum pada 31 Agustus 2024 pukul 10:00 Wib sampai dengan selesai. Event ini terbatas hanya untuk 150 peserta.
Sesuai saran dan permintaan beberapa subscriber dan followers, harga pre-sale harga Rp150.000 (dari harga normal Rp300.000) di-perpanjang sampai 28 Agustus 2024 (jadi pas gajian masih bisa ikut dengan harga spesial, kalau masih kebagian)
Benefit join event:
- Harga tiket event termasuk e-Book panduan investasi saham ala Mikirduit bertajuk Saham Pertama
- Review 10 saham untuk investing jangka panjang yang ada dalam e-Book
- Grup belajar dan diskusi (bukan grup rekomendasi saham) after event selama sebulan
Beli tiket harga pre-sale di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini