Indeks LQ45 Ganti Anggota, Begini Efeknya ke Harga Saham
Indeks LQ45, IDX30, dan IDX80 berganti anggota. Ternyata ada efek ke harga sahamnya. Kira-kira menarik untuk trading atau investasi ya?
Mikir Duit – Indeks LQ45, IDX30, dan IDX80 melakukan rebalancing alias perubahan saham yang ada di dalamnya.Perubahan indeks ini dilakukan dua kali setahun di awal dan akhir tahun. Memang, apa efek saham yang masuk ke indeks tersebut?
Saham LQ45 akan melakukan rebalancing pada akhir Juli 2023 dan berlaku hingga Januari 2024. Ada beberapa proyeksi saham yang keluar dan masuk ke indeks tersebut.
Dari pengumuman resmi BEI, ada 2 saham baru yang masuk dan 2 saham lama yang keluar dari indeks 45 saham paling likuid se-Indonesia. Kedua saham yang masuk indeks antara lain, PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI).
Lalu, dua saham yang keluar dari indeks LQ45 antara lain, PT Timah Tbk. (TINS) dan PT Japfa Comfeed Tbk. (JPFA).
Memang apa efeknya jika sebuah saham masuk dan keluar dari indeks LQ45?
BACA JUGA: Efek Saham yang Keluar Masuk Indeks MSCI
Efek Saham Masuk Indeks LQ45, IDX30, dan IDX80
Salah satu efek saham masuk ke indeks LQ45, IDX30, dan IDX80 adalah berpotensi mendapatkan daya beli dari investor institusi seperti, manajer investasi reksa dana, dana pensiun, asuransi, dan lainnya.
Artinya, setelah pengumuman sampai masa efektif, ada potensi harga sahamnya akan mengalami kenaikan untuk jangka pendek. Namun, untuk jangka menengah panjang akan kembali kepada fundamental dan sentimen besar yang menaunginya.
Bahkan, beberapa kali trennya, ketika pengumuman harga saham yang masuk ke indeks tersebut mencatatkan kenaikan, tetapi ketika periode aktif masuk ke indeks itu berlaku, harga saham malah turun.
Adapun, jika mau masuk ke saham-saham yang baru masuk ke indeks tersebut tetap perhatikan posisi analisis teknikal dan fundamentalnya. Soalnya, saham yang masuk ke indeks itu belum tentu fundamentalnya bagus untuk jangka panjang.
Toh, saham seperti PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) hingga PT Hanson International Tbk. (MYRX) pernah masuk indeks LQ45. Padahal, waktu itu BUMI masih bergelut masalah utang, sedangkan saham MYRX malah disuspensi setelah beberapa bulan masuk ke indeks LQ45.
Soalnya, saham yang masuk indeks ini lebih diperhitungkan dari segi rata-rata likuiditas yang tercermin dari nilai transaksi. Lalu, per 2021, perhitungannya juga sudah dimasukkan indikator tingkat free float alias porsi jumlah saham beredar di masyarakat.
Perbedaan Indeks LQ45, IDX30, dan IDX80
Sebenarnya, perbedaan dari ketiga indeks itu adalah periode waktu rilis serta lingkup saham paling likuid selama periode tertentu.
Namun, indeks yang cukup disegani adalah LQ45, alias indeks 45 saham paling likuid di BEI. Alasannya, indeks LQ45 ini dibuat sejak 1997, dan merupakan salah satu indeks saham tertua di Indonesia.
Sampai akhirnya, BEI berinovasi dengan membuat indeks IDX30 yang berisi 30 saham paling likuid di bursa pada 2012. Tujuannya, untuk mempersempit pilihan saham yang paling likuid di bursa.
Lalu, IDX80 juga baru dirilis pada 2019 dengan tujuan memberikan pilihan lebih banyak ke investor untuk mencari 80 saham paling likuid di bursa.
Keberadaan indeks itu pun kerap direferensikan ke instrumen exchange traded fund (ETF) alias reksa dana indeks yang transaksinya seperti transaksi saham. Paling banyak adalah indeks LQ45 dan IDX30 yang dijadikan ETF. Meski, instrumen ETF di Indonesia belum terlalu likuid dan menarik sebagai salah satu aset investasi.
Kesimpulan
Saham yang masuk ke indeks LQ45, IDX30, dan IDX80 menjadi pertanda kalau saham tersebut menjadi yang paling aktif dan likuid, serta sedikit tambangan indikator saham fundamental yang bagus. Namun, bukan berarti saham di indeks itu sudah pasti bagus secara jangka panjang.
Meski, ketika resmi diumumkan masuk ke indeks itu, saham-saham yang masuk ke dalam indeks cenderung naik, sedangkan yang keluar cenderung turun.
Kira-kira, apa saja saham di LQ45, IDX30, dan IDX80 yang jadi koleksi di portofoliomu?
Disclaimer: Artikel ini tidak mengajak kamu membeli atau menjual salah satu saham. Artikel ini hanya memberikan informasi yang bisa jadi pertimbanganmu untuk membeli atau menjual sebuah saham. Investasi saham memiliki risiko yang harus ditanggung oleh diri sendiri.