Efek Singapura Beli Ayam Indonesia ke Saham JPFA dan CPIN

Saham JPFA dan CPIN akhirnya bangkit juga. Namun, apakah kebangkitan ini hanya akan sementara atau bisa jangka panjang? baca penjelasan lengkapnya di sini

Efek Singapura Beli Ayam Indonesia ke Saham JPFA dan CPIN

Mikir Duit – Saham ayam-ayaman seperti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. atau CPIN dan PT Japfa Comfeed Tbk. atau JPFA mulai kembali bertaji setelah Singapura buka keran impor ayam hidup dari Indonesia. Pertanyaannya, setelah kinerja kuartal I/2023 yang merugi, apakah saham sektor ayam-ayaman ini punya prospek bagus?

Singapura mengumumkan akan impor ayam hidup dari Indonesia untuk pertama kalinya. Impor ayam hidup dari Indonesia pun telah tiba pada Sabtu 13 Mei 2023 kemarin.

Singapura mulai mengimpor ayam dari Indonesia untuk mengamankan pasokannya. Apalagi, setelah Singapore Food Agency (SFA) bekerja sama dengan Animal and Veterinary Service (AVS), otoritas Indonesia, dan pelaku industri untuk mendatangkan ayam hidup dari Indonesia. Hasilnya, SFA dan AVS memberikan akreditasi untuk ayam hidup dari peternakan Indonesia yang sudah teruji dari flu burung.

Sebelumnya, Singapura hanya impor ayam hidup dari Malaysia. Lalu, Indonesia hanya mengekspor ayam beku ke  Singapura.

Namun, apakah kabar baik ini bisa berefek bagus ke kinerja keuangan saham ayam-ayaman seperti JPFA dan CPIN?

BACA JUGA: Begini Kisah Founder Mikir Duit Beli Saat Beli Saham Pertama Kali, Coba Tebak Cuan Luber-luber atau Malah Boncos? cek ceritanya di sini

Efek Ekspor Ayam ke Singapura Terhadap Saham CPIN dan JPFA

Harga saham CPIN dan JPFA kompak langsung bangkit setelah ada kabar Singapura buka impor ayam dari Indonesia. Namun, seberapa besar efeknya ke fundamental kedua saham tersebut?

Jawabannya, sebenarnya tidak akan terlalu besar. Alasannya, saat ini porsi ekspor kedua perusahaan sangat kecil hanya di bawah 5 persen dari total penjualan. Artinya, jika naik potensinya tidak terlalu signifikan.

Di sisi lain, kedua saham itu juga lagi menghadapi kenaikan biaya dan tren penjualan yang melambat. Hal itu terefleksi dari CPIN yang mencatatkan penurunan laba bersih,sedangkan JPFA mengalami kerugian.

Review Kinerja CPIN

CPIN mencatatkan tren penurunan laba bersih kuartal I/2023 sebesar 79 persen menjadi Rp240 miliar dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.

Penurunan itu disebabkan oleh beberapa faktor seperti:

Pertama, pendapatan CPIN di kuartal pertama hanya mampu tumbuh 1,87 persen menjadi Rp14,56 triliun.

Lini bisnis yang berkontribusi besar ke CPIN, yakni ayam pedaging mencatatkan penurunan pendapatan hingga 4,82 persen menjadi Rp7,61 triliun. Meski, lini bisnis pakan ternak dan ayam olahan tetap tumbuh 17,67 persen dan 4,3 persen menjadi Rp4 triliun dan Rp2,11 triliun.

Kedua, beban CPIN cenderung meningkat seperti, beban pokok pendapatan naik 9,95 persen, beban penjualan naik 17 persen, dan beban keuangan naik 124 persen.

Kenaikan beban pokok pendapatan CPI disebabkan beberapa faktor seperti:

  • Kenaikan bahan baku 3,53 persen menjadi Rp10,74 triliun
  • Biaya pabrik naik 8 persen menjadi Rp1,72 triliun
  • Upah tenaga kerja naik 10,36 persen menjadi Rp242 miliar

Review Kinerja JPFA

Kinerja keuangan JPFA malah lebih buruk daripada CPIN. Perseroan mencatatkan kerugian Rp249 miliar pada kuartal I/2023.

Kinerja JPFA bisa menjadi rugi karena disebabkan beberapa hal seperti:

Pertama, JPFA mengalami penurunan pendapatan sebesar 3,22 persen menjadi Rp11,76 triliun. Hampir seluruh lini bisnis JPFA mencatatkan penurunan pendapatan, hanya lini bisnis perdagangan yang punya kontribusi terkecil ke pendapatan yang mampu naik1,06 persen.

Kedua, meski pendapatan turun, JPFA tetap mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan dan beban lainnya. Beban pokok pendapatan JPFA naik sebesar 4,54 persen, beban penjualan dan beban keuangan kompak naik 17 persen.

Permasalahan kenaikan beban JPFA dengan CPIN sama, yakni kenaikan bahan baku, pegawai, dan juga biaya keuangan.

Kesimpulan

Ekspor ke Singapura ini hanya akan menjadi sentimen sementara, sedangkan kinerja CPIN dan JPFA akan ditentukan prospeknya pada kuartal II/2023 nanti. Apakah, tren bulan ramadan bisa mengerek penjualan dan laba bersih perseroan atau tidak.

Meski bisa mengerek penjualan, hal itu belum tentu berefek kepada laba bersihnya. Pasalnya, penjualan boleh naik, tapi jika beban-beban ikut naik, pertumbuhan laba bersih juga akan terhalang.

Jadi, bisa dibilang emiten JPFA dan CPIN ini akan menghadapi tantangan dalam jangka pendek. Jika turun menyentuh level rendahnya, bisa mulai koleksi lagi. Pasalnya, kedua emiten ini adalah pemimpin pasar soal ayam-ayaman di Indonesia, ditambah ada ekspor ke Singapura.