Ekonomi Indonesia Naik 5,31 Persen, Tapi Kok Banyak PHK?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia boleh tumbuh 5,31 persen, tapi kenapa jadi lebih banyak PHK ya? baca selengkapnya di sini
Mikir Duit – Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,31 persen pada 2022. Pertumbuhan itu mendekati level tertinggi pada 2013. Namun, kenapa banyak pemutusan hubungan kerja yang terjadi? apakah pertumbuhan ekonomi tidak berkorelasi dengan kinerja bisnis?
Ekonomi Indonesia tumbuh kencang 5,31 persen pada 2022 dibandingkan 3,71 persen pada 2021. Namun, jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia malah terus berlanjut di 2023.
Fakta Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara dilihat dari pertumbuhan nominal produk domestik bruto (PDB). Indikator itu dibentuk dari rumus penjumlahan konsumsi rumah tangga (konsumsi masyarakat), investasi (penambahan modal bisnis dalam bentuk aset pabrik, mesin, infrastruktur, dan lainnya), pengeluaran pemerintah, dan selisih antara ekspor dan impor.
Sampai 2022, ekonomi Indonesia didorong oleh 51 persen dari konsumsi rumah tangga, 29 persen dari investasi, 24 persen ekspor, dan sisanya oleh pengeluaran pemerintah.
Artinya, konsumsi rumah tangga berperan penting dalam menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di sisi lain, investasi dan ekspor juga berkontribusi untuk mendorong konsumsi masyarakat.
Lalu, apa yang terjadi dengan ekonomi Indonesia di 2022 yang tumbuh 5,31 persen, tapi malah banjir PHK?
Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,31 persen itu adalah angka kumulatif dari Januari-Desember 2022. Dengan basis pertumbuhan di 2021 yang rendah, maka persentase pertumbuhan ekonomi 2022 terlihat besar.
Di sisi lain, jika dilihat pertumbuhan ekonomi kuartalan secara tahunan memberikan fakta yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tampak mulai melambat di kuartal IV/2022 setelah hanya naik 5,01 persen. Padahal, di kuartal III/2022 tumbuh 5,73 persen, sedangkan di kuartal IV/2021 tumbuh 5,03 persen.
Adapun, kalau dirinci pembentuk ekonomi Indonesia, konsumsi rumah tangga sempat turun pada kuartal III/2022 sebesar 0,3 persen dibandingkan dengan kuartal II/2022. Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal IV/2022 juga tidak setinggi di periode tahun sebelumnya setelah hanya naik 2,12 persen vs 3,02 persen pada kuartal IV/2021.
Konsumsi rumah tangga yang melambat menjadi tanda adanya penurunan penghasilan masyarakat sehingga konsumsinya turun. Penurunan juga disebabkan masyarakat yang lebih berhemat.
Jadi, apa yang membuat konsumsi rumah tangga melambat?
Penyebab Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Melambat
Ada dua faktor yang bisa menjadi penyebab melambatnya konsumsi rumah tangga pada semester II/2022.
Pertama, investasi dalam perhitungan PDB mencatatkan penurunan sepanjang semester I/2022. Investasi mengalami penurunan sebesar 2,56 persen dan 3,66 persen sepanjang kuartal I dan II/2022 jika dibandingkan dengan kuarta sebelumnya.
Penurunan investasi berarti menjadi penanda bisnis mengurangi produksi sehingga pembentuk modal tetapnya menjadi berkurang. Hal itu bisa berhubungan dengan tenaga kerja yang dioptimalkan dalam setiap bisnis.
Kedua, penurunan ekspor pada kuartal I dan IV/2022, serta perlambatan di kuartal III/2022 secara kuartalan. Hal ini memang berlawanan dengan keindahan rekor surplus perdagangan yang dicatatkan Indonesia selama beberapa bulan terakhir.
Ekspor Indonesia mengalami penurunan 2,79 persen pada kuartal I/2022. Sempat menanjak di kuartal II/2022 setelah tumbuh 9,14 persen, tapi kembali melambat sebesar 8,51 persen di kuartal III/2022, dan kembali turun sebesar 0,25 persen di kuartal IV/2022.
Kenapa turun? padahal kan dapat banyak dari ekspor batu bara? jawabannya karena permintaan global untuk produk lainnya seperti sepatu, tekstil, dan sebagainya juga menurun akibat kondisi ekonomi di beberapa negara cenderung melambat, terutama di Eropa, China, dan Amerika Serikat.
Sektor Bisnis yang Paling Terpukul di 2022
Jika dilihat dari sektor usahanya, mayoritas ekonomi Indonesia ditopang oleh 5 sektor utama ini, yakni Industri, Perdagangan, Pertambangan, Pertanian, dan Konstruksi. Kelima sektor itu menopang sekitar 65 persen dari ekonomi Indonesia.
Namun, jika dilihat secara rinci, pertumbuhan ke-5 sektor bisnis itu cenderung melambat di kuartal IV/2022. Bahkan, sektor pertanian sampai turun 17,56 persen di kuartal IV/2022 setelah naik 2,18 persen di kuartal III/2022 secara kuartalan.
Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi yang kokoh masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang masih naik lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, hal itu lebih disebabkan oleh basis pertumbuhan di 2021 yang masih lebih rendah.
Di sisi lain, pertumbuhan di 2022 setiap kuartalnya cenderung tidak konsisten dan cenderung melambat. Hal itu bisa disebabkan oleh kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia sepanjang 2022.
Kenaikan suku bunga pastinya menjadi penekan laju ekonomi untuk naik lebih tinggi. Artinya, laju ekonomi masih berpotensi lebih lambat pada semester I/2023.
Akan tetapi, jika kenaikan suku bunga BI dan The Fed sudah terhenti di tahun ini. Ada peluang ekonomi bisa kembali mulai bergerak positif. Hal itu berpotensi kembali menyerap tenaga kerja yang sempat terkena PHK di 2022 dan semester I/2023.
Jadi, kamu sudah paham kan penjelasan kenapa ekonomi tumbuh tinggi di 2022, tapi bisa banyak PHK?