Pinjaman Online Paling Cepat Cair Bahayakan Dompet Kita?
Pinjaman online kian menjamur dan berlomba-lomba memberikan pinjaman paling cepat cair. Namun, kamu harus tahu bahayanya pinjaman online di sini.
Mikir Duit – Iklan pinjaman online di media sosial makin masif. Ada salah satu iklan pinjaman online berwarna hijau yang berkali-kali muncul dengan penawaran pinjam uang sekarang bisa dapat hingga Rp80 juta. Lalu, apa masalah dari iklan itu? apakah pinjaman online berbahaya untuk keuangan kita? semua akan diulas di sini.
Fenomena pinjaman online muncul setelah tren teknologi mulai mendisrupsi perusahaan konvensional. Dari belanja bisa via online, pesan ojek dan taksi via online, dan menjalar hingga mengajukan bisa via online. Patut diacungi jempol, proses pencairan pinjaman online memang mudah. Namun, itu bisa jadi bukanlah sebuah solusi, melainkan masalah bagi keuangan kita. Kok bisa?
Begini, jika melihat beberapa iklan pinjaman online yang gencar di media sosial, mereka memberikan penawaran bagi orang yang butuh uang dengan mengambil pinjaman di sana. Tawarannya, bisa dibayar setiap gajian dengan bunga 0,1 persen PER HARI. Yaps, per hari. Artinya per bulan sama dengan 3 persen dan per tahunnya 36 persen.
Jika kita pinjam Rp10 juta dengan tenor setahun. Berarti, kita harus mengembalikan senilai Rp13,6 juta.
Masalahnya lagi, mayoritas pinjaman online itu dilakukan untuk kebutuhan konsumtif. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Februari 2023,sebanyak 58 persen outstanding atau penyaluran pinjaman online itu diberikan ke perseorangan non-UMKM atau kredit konsumtif.
Hal ini menjadi masalah besar karena masyarakat yang terbiasa menggunakan pinjaman online untuk kehidupan sehari-harinya akan terjebak dalam lingkaran jerat utang berbunga tinggi tersebut. Bahkan, bisa jadi penghasilan setiap bulannya hanya habis untuk bayar cicilan sehingga untuk kehidupannya akan membutuhkan pinjaman online lainnya.
Bayang-bayang Kredit Pinjaman Online Bermasalah
Eksposure kredit konsumsi di pinjaman online tidak hanya membahayakan para orang yang ngutangnyasaja, tetapi juga ke perusahaan pinjaman online dan juga pemberi dana yang menyimpan uang di platform tersebut.
Pasalnya, kredit konsumtif itu sangat rentan bermasalah jika kondisi ekonomi memburuk. Bayangkan, jika ada PHK massal, dan salah satu karyawan yang di-PHK sedang terjebak di pinjaman online. Seharusnya, dia membayar cicilan dari gajinya, tapi kini tanpa gaji sehingga mulai bayar terlat. Jika sudah telat lebih dari 90 hari, berarti orang itu akan jadi salah satu debitur bermasalah.
Bayangkan lagi, jika hal itu tidak hanya menimpa satu orang, tapi 100 orang atau 100.000 orang yang terdampak daya tarik pinjaman online?
Kalau melihat data OJK per Februari 2023, industri pinjaman online masih mencatatkan tingkat keberhasilan bayar sebelum 90 hari (TKB90) sebesar 97,31 persen. Tren TKB90 perusahaan pinjaman online memang masih stabil dalam setahun terakhir di sekitar 97 persen.
Lalu, tingkat wanprestasi pembayaran setelah 90 hari (TWP90) masih di bawah 3 persen. Meski, jika dilihat setahun terakhir, trennya terus naik dari rata-rata 2,3 persen menjadi 2,69 persen.
Apakah berarti aman-aman saja? tunggu dulu, itu semua tadi data industri, sedangkan per perusahaan pinjaman online bisa punya angka berbeda.
OJK mencatat ada 19 penyelenggara pinjaman online yang punya TWP90 di atas 5 persen. Angka itu terhitung tinggi, jika di industri bank, saat rasio kredit bermasalah bersih tembus 5 persen, bank itu akan masuk dalam pengawasan khusus.
Artinya, industri pinjaman online juga harus lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Agar tidak mencatatkan tingkat gagal bayar yang tinggi dan berefek kepada kerugian dari pemberi dana.
Apa Efek yang Terjadi Jika Perusahaan Pinjol Bangkrut?
Jika sebuah perusahaan pinjaman online bangkrut, ada risiko mempengaruhi likuiditas bank yang menyalurkan uang ke sana. Sebagai catatam 55 persen dana pinjaman online yang berasal dari dalam negeri itu disalurkan oleh bank.
Memang, bagi perbankan nilainya cukup kecil hanya Rp21 triliun. Namun, jika ada bank kecil yang mencoba peruntungan menyalurkan kredit via pinjaman online lalu dananya nyangkut gara-gara bangkrut, hal itu bisa memicu kekeringan likuiditas dan jadi efek domino untuk sistem keuangan di Indonesia.
Belum lagi investor perorangan yang menyimpan dana di perusahaan pinjaman online itu juga cukup banyak, totalnya sekitar 16 persen dari total pendanaan dalam negeri. Nominalnya setara dengan Rp6,5 triliun.
BACA JUGA: Begini Nasib Uang Nasabah Ketika Bank Mengalami Kebangkrutan
Apa yang Harus Dilakukan oleh Kita untuk Pinjaman Online?
Masyarakat pun harus memahami bagaimana mengelola keuangannya agar terkendali. Caranya, pengeluaran sehari-hari harus diatur tidak boleh melebihi pendapatan. Ya, kasarnya jika tidak cukup, berarti harus ada yang diefisiensikan.
Jangan sampai ada keinginan yang melebihi pengeluaran membuat kita tergoda menggunakan pinjaman online. Soalnya, itu akan jadi titik kita terjerat utang yang tidak penting dan justru membebani hidup.
Kecuali dalam kasus khusus, kita butuh uang karena untuk pengobatan akibat tidak memiliki asuransi dan biayanya tinggi. Kondisi itu jelas berbeda dari keinginan, karena itu adalah kebutuhan darurat dan kita terpaksa menggunakan pinjaman online untuk dapat dana segar.
Jadi, kamu belum kena jeratan bunga pinjaman online yang selangit kan?