Harga Minyak ke 90 dolar, Pilih Saham MEDC atau ELSA?
Harga minyak lagi naik akibat beberapa faktor nih. Harga minyak Brent sudah dekati 90 dolar AS. Kalau begitu, apa nih saham related minyak yang menarik?
Mikirduit – Harga minyak dunia terus menanjak dengan berbagai sentimen dari kebijakan OPEC+ hingga serangan ke Rusia dan Konsulat Iran di Damaskus. Pertanyaannya, apa saham related minyak terbaik yang paling terpengaruh dari sentimen harga minyak dunia tersebut?
Harga minyak Brent naik sekitar 8,5 persen dalam sebulan terakhir mendekati level 90 dolar AS per barel. Kenaikan itu dipicu oleh beberapa faktor yang bisa menganggu supply minyak dunia.
Pertama, OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi hingga Juni 2024. Hal itu dilakukan karena ada anggota yang tidak patuh dengan kebijakan organisasi. Salah satunya Irak yang memproduksi minyak lebih banyak daripada target yang disepakati pada Maret 2024. Jika anggota mulai patuh, ada risiko penurunan produksi di OPEC+. (anggota OPEC+ adalah negara OPEC ditambah Rusia).
Kedua, kilang-kilang minyak di Rusia mendapatkan serangan dari Ukraina yang bisa menganggu pasokan BBM di kawasan Asia dan Eropa.
Ketiga, pasokan minyak mentah AS dan bensin per pertengahan Maret 2024 mencatatkan penurunan yang menjadi indikator adanya kenaikan permintaan.
Empat, konflik Timur Tengah berpotensi meningkat setelah Israel menyerang Konsulat Iran di Damaskus, Suriah. Jika ada aksi balas dendam dari Iran bisa menganggu distribusi dan produksi minyak dari kawasan tersebut.
Dalam kondisi harga minyak naik tinggi, biasanya ada tiga saham favorit yang dianggap related dengan minyak, yakni MEDC dan ELSA. Lalu, mana yang terbaik saat harga minyak naik?
Saham MEDC
MEDC bisa dibilang menjadi saham yang paling berhubungan erat dengan kenaikan harga minyak dunia. Alasannya, MEDC menjadi satu-satunya emiten di BEI yang fokus di segmen hulu migas.
Saat ini, MEDC mengelola sekitar 13 blok migas yang terdiri dari, blok A di Aceh, Blok Corridor, Blok Rimau, Blok South Sumatra, Blok Lematang, Blok South Natuna Sea B, Blok North Sokang, Blok Tarakan, Blok Simenggaris, Blok Bangkanai dan West Bangkanai, Blok Sampang, Blok Madura Offshore, dan Blok Senoro Toili.
Di luar negeri, MEDC juga mengelola blok migas di beebrapa negara seperti Thailand, Tanzania, Yaman, Oman, Libia, dan Meksiko.
Sepanjang 2023, kinerja MEDC memang mengalami penurunan. Dari segi laba bersih turun 37,71 persen menjadi 330,67 juta dolar AS. Penurunan itu disebabkan pendapatan yang turun 2,72 persen selaras dengan tren penurunan harga minyak dunia di periode 2023 dan kenaikan beban yang membuat net profit margin perseroan tergerus menjadi 14,7 persen dibandingkan dengan 22,95 persen pada tahun sebelumnya. Ditambah, adanya penurunan kontribusi laba bersih dari AMMN karena curah hujan tinggi, serta adanya penundaan izin ekspor.
Di sisi lain, posisi tingkat debt to equity ratio (DER) MEDC membaik jadi 1,8 kali dibandingkan dengan 2,02 kali pada periode sama tahun sebelumnya. Meski, sebenarnya tingkat utang MEDC naik 4,58 persen menjadi 3,29 miliar dolar AS, tapi tingkat ekuitas kepada entitas induk juga naik 17,42 persen menjadi 1,82 miliar dolar AS.
Tingkat utang yang tinggi dari MEDC bisa cukup ditoleransi karena margin keuntungan perseroan juga besar, berbeda dalam kasus BUMN karya yang margin bisnisnya tipis. Meski, tetap saja saham dengan tingkat utang tinggi punya risiko besar jika ada hal tidak terduga terjadi seperti saat pandemi Covid-19. Saat itu kinerja MEDC langsung merugi.
Dengan pencapaian kinerja 2023 itu, kami ekspektasikan MEDC akan membagikan dividen final dengan payout ratio sebesar 15 persen dari laab bersih pada 2024, sehingga dividennya menjadi sekitar Rp15,45 per saham. Jika mengacu ke harga pasar per 4 April 2024, berarti tingkat dividend yield-nya mencapai 0,98 persen.
Untuk prospek di 2024, saham MEDC diperkirakan mencatatkan kenaikan laba bersih hingga 16,43 persen. Jika harga minyak dunia terus bertahan di level 85 dolar AS hingga 90 dolar AS, peforma MEDC memang akan menanjak. Namun, konsensus analis memproyeksikan kinerja laba bersih MEDC turun 3,57 persen pada 2025.
Namun, jika ingin baru masuk saat ini, harga saham MEDC sudah cukup tinggi. Valuasi price to book value (PBV)-nya tembus 1,4 kali mendekati level standard deviasi +2 dalam 5 tahun terakhir yang berada di 1,43 kali.
Bagi yang punya, bisa memperhatikan target price dari konsensus analis di Rp1.957 per saham. Kami sendiri menyarankan perhatikan harga di Rp1.605 per saham. Jika sentimen setelah itu mereda, posisi Rp1.600-an ini bisa jadi posisi terbaik untuk ambil untung.
Saham ELSA
Saham ELSA bisa dibilang tidak memiliki korelasi langsung terhadap kenaikan harga minyak dunia. Namun, berhubung lini bisnis perseroan terkait dengan kontraktor pertambangan migas, jika harga migas naiknya konsisten ada potensi aktivitas proyek mengalami kenaikan.
Adapun, kinerja saham ELSA di 2023 juga tidak terlalu oke, meski laba bersih naik 33 persen. Alasannya, pendapatan operasional ELSA hanya naik 2,1 persen.
Untungnya, ELSA mampu manajemen biaya pokok pendapatan sehingga hanya naik 0,01 persen. Ditambah, ada kenaikan pendapatan keuangan sebesar 158 persen, serta penurunan beban keuangan 19,58 persen.
Dengan realiasi kinerja 2023 itu, ELSA berpotensi membagikan dividen sekitar Rp34,5 per saham. Nominal dividen itu dengan mengasumsikan tingkat dividend payout ratio mencapai 50 persen dari total laba bersih. Dengan mengacu ke harga saham per 4 April 2024, berarti tingkat dividend yield-nya sekitar 8,58 persen.
Beberapa rencana ELSA di 2024 antara lain menyediakan belanja modal senilai Rp526 miliar (angka ini lebih besar daripada 2023 yang senilai Rp500 miliar). Nantinya, 53 persen dari belanja modal akan digunakan untuk bisnis jasa hulu migas, 31 persen untuk jasa distribusi dan logistik energi, 9 persen untuk penunjang hulu, dan sisanya untuk pengembangan bisnis.
Terkait pengembangan bisnis, ELSA berencana mengembangkan teknologi untuk pembersihan dan inspeksi pipa yang akan mendukung produksi maupun distribusi migas. Rencana ini baru masuk dalam tahap focus group discussion dengan para pemangku kepentingan.
Dari segi valuasi harga, posisi saham ELSA masih akan menarik selama berada di bawah Rp676 per saham.
Kesimpulan
Jika bicara related minyak, jelas MEDC yang paling terdampak dari kenaikan harga minyak. Namun, posisi harga MEDC saat ini pun sudah cukup tinggi, sehingga cukup riskan untuk mengalami koreksi. Untuk itu, alternatifnya bisa massuk ke saham ELSA selama harganya masih di bawah Rp600 per saham. Apalagi, tingkat dividen ELSA juga lebih menarik dibandingkan dengan MEDC.
Kalau kamu lebih suka ELSA atau MEDC?
Musim Bagi Dividen Nih, Mau Tau Saham Dividen yang Oke dan Bisa Diskusi serta Tau Strategi Investasi yang Tepat?
Yuk join Mikirdividen, masih ada promo Berkah Ramadan hingga Rp200.000. Berikut ini benefit yang akan kamu dapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini