Harga Minyak Lagi Goyang, Siapa yang Untung dan Buntung?
Harga minyak mentah sejak awal tahun masih betah dalam zona penurunan, bahkan sempat ke bawah US$ 60 per barel. Dampaknya juga terasa sampai komoditas lain yang ikut turun dan jadi sinyal pelemahan ekonomi dunia . Kira-kira gimana dampaknya ke Indonesia sampai emiten yang punya bisnis minyak?

Mikirduit - Harga minyak mentah dunia terus bergerak dalam zona pelemahan bahkan sempat terjun ke bawah US$ 60 per barel setelah Trump memutuskan tarif resiprokal ke lebih dari 160 negara. Lantas gimana dampaknya buat Indonesia dan sederet emiten minyak?
Membahas soal minyak mentah dunia, dalam tiga tahun ini sebenarnya tren-nya terus turun.
Dan paling parah pada pekan lalu sempat turun ke bawah US$ 60 per barel yang menandai level terpuruk sejak empat tahun lalu atau sekitar pertengahan April 2021.
Secara teori, ada dua hal yang membuat harga minyak turun yaitu dari permintaan yang semakin melemah atau pasokan yang meningkat.
Dalam hal ini, permintaan minyak saat ini dibayangi oleh risiko tensi perang dagang yang semakin memanas, utamanya dari Amerika Serikat (AS) dan China.
Sebelumnya, pada awal April Trump mengumumkan tarif resiprokal atau timbal balik ke lebih dari 160 negara, kemudian menundanya untuk lebih dari 70 negara, kecuali China.
Terbaru pada Sabtu kemarin (12/4/2025), pemerintah negeri Tirai Bambu melakukan manuver signifikan terhadap pemberlakuan tarif impor barang dari AS sebesar 125%.
Pemerintahan Xi Jinping ini mengatakan bahwa tarif itu tidak akan naik lagi dan mereka mengatakan tidak akan gentar dengan ancaman AS yang sehari sebelumnya menyatakan tambahan tarif 20% sehingga secara total mencapai 145%.
Namun, baru-baru ini ada kabar bahwa Trump mulai goyah dan membebaskan tarif untuk elektronik seperti smartphone, komputer, dan perangkat, serta komponen teknologi lain dari ancaman tarif.
Energy Information Administration's (EIA) memproyeksikan demand minyak tahun ini akan berkurang jadi 900ribu barel per hari pada tahun ini.
Menurut EIA sekarang diperkirakan hanya akan ada peningkatan sebesar 900.000 barel per hari tahun ini dan 1 juta barel per hari tahun depan. Sebelumnya, peningkatan yang diharapkan adalah 1,2 juta barel per hari.
Oleh karena itu, EIA menurunkan asumsi harga minyak dan juga mengurangi target produksi minyak AS sebesar 300.000 barel per hari pada 2025 dan hampir stagnan untuk tahun depan.
Harga Minyak Turun, Komoditas Lain Makin Tertekan
Minyak mentah dunia seringkali mendapatkan julukan sebagai “the mother of all commodities”. Ini karena hampir semua aktivitas ekonomi modern bergantung pada minyak, begitu harga minyak beruba, akan ada efek domino ke semua sektor.
Pengaruh minyak ini digunakan ke berbagai sektor, mulai dari :
→ Bahan bakar alat berat (di tambang, pertanian, logistik)
→ Bahan bakar untuk pengiriman global (truk, kapal, pesawat)
→ Bahan campuran kimia (pupuk, plastik, dll)
Minyak punya peran penting sebagai “biaya dasar” dalam rantai pasok komoditas lain yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global.
Penurunan minyak saat ini mempengaruhi CRB index, salah satu indikator yang merepresentasikan pergerakan harga rata-rata dari berbagai komoditas utama dunia yang sudah turun 4,06% dalam sebulan terakhir.
Hal ini kemudian semakin dibuktikan pada tabel berikut yang menunjukkan harga beberapa komoditas dunia yang rata-rata dalam tren turun dari awal tahun :
Gimana Dampak ke Indonesia?
Berbicara soal dampak, untuk Indonesia sebenarnya ini akan menguntungkan dari sisi penghematan APBN. Kenapa? Karena selama ini kita merupakan net importir dan banyak memberikan subsidi untuk BBM sampai puluhan triliun.
Menurut data kementerian ESDM, sampai 2024 dana yang digelontorkan untuk subsidi BBM mencapai Rp21,60 triliun. Jika dilihat dalam lima tahun, tren nya cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Adapun pada tahun ini, pemerintah menganggarkan belanja subsidi untuk BBM naik menjadi Rp 26,7 triliun.
Dari nilai tersebut, jika pemerintah bisa mengoptimalkan momentum harga minyak acuan dunia yang sedang murah ini, maka penghematan untuk APBN bisa dilakukan.
Jika hitung berdasarkan dokumen Nota Keuangan APBN 2025 yang menyebutkan, setiap kenaikan (Indonesian Crude Price/ICP) sebesar rata-rata US$ 1/barel dari asumsi, maka penerimaan negara akan bertambah Rp 3,2 triliiun.
Namun pada saat yang sama, belanja negara akan membengkak Rp 10,1 triliun. Jadi secara netto, setiap kenaikan ICP sebesar US$ 1/barel dari asumsi akan berisiko membuat defisit APBN 2025 bertambah Rp 6,9 triliun.
Dari skenario itu, yang terjadi sekarang adalah sebaliknya di mana harga minyak acuan dunia rata-rata masih turun dan berada di level US$ 60 per barel. Jika dibandingkan asumsi makro pemerintah yang menetapkan harga minyak di rentang US$ 75 - 85 per barel pada tahun ini, maka sekarang ada selisih US$ 15 - 25 per barel.
Jadi, secara total jika diakumulasi selisih tersebut masih memberikan keuntungan pada penerimaan negara berkisar Rp48 triliun - Rp68 triliun.
Namun, pada saat yang sama kita harus memahami bahwa postur APBN kita masih mengalami defisit, jadi setidaknya hal ini bisa meredam defisit terlalu lebar atau setidaknya bisa ke arah target pemerintah di 2,53% terhadap PDB.
Sebagai catatan juga, APBN tahun ini mengalami perubahan yang signifikan dengan adanya Danantara yang mengambil alih dividen BUMN dari penerimaan negara, kemudian ada efisiensi yang diberlakukan di mayoritas kementerian/lembaga pemerintah.

Buat Emiten Minyak Apa Kabar Nasibnya?
Beralih ke nasib emiten minyak yang rasanya mereka punya nasib berbeda dari pemerintah yang punya momentum menguntungkan dari penurunan harga minyak.
Kami melihat ada dua emiten yang paling kena dampak, yaitu PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), karena bisnis mereka mayoritas berasal dari penjualan hasil eksplorasi dan produksi minyak mentah dan gas bumi (migas).
MEDC sampai akhir 2024, mencatat kontrak penjualan migas US$ 2,17 miliar, setara lebih dari 90 persen dari total penjualan senilai US$ 2,39 miliar.
Pada periode yang sama, ENRG mencatat penjualan dari eksplorasi dan produksi migas mencapai US$ 443,80 juta, setara 95 persen dari total penjulan.
Jadi, dengan harga minyak turun, maka harga jual akan ikut turun yang mana mempengaruhi pendapatan mereka.
Lantas, Emiten Mana yang Diuntungkan?
Di sisi lain kami melihat penurunan harga minyak ini bisa jadi momentum positif buat perusahaan yang bergerak di pelayaran kargo. Mereka diantaranya ada PT Trans Power Marine Tbk (TPMA), PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), dan PT Temas Tbk (TMAS).
Tiga emiten itu memiliki bisnis utama di bidang jasa pelayaran. Untuk TPMA dan SMDR memiliki layanan logistik di kawasan domestik dan Asia. Sementara TMAS memiliki keunggulan lebih banyak di domestik.
Dengan harga minyak yang lebih murah, perusahaan pelayaran ini bisa memanfaatkan momentum meningkatkan persediaan bahan bakar lebih banyak.
Jadi, nantinya untuk beban langsung dari penyusutan bahan bakar akan lebih bisa dihemat, mengingat pos ini rata-rata memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap beban perusahaan.
Beralih ke hal lain, khusus untuk TPMA rencananya pada tahun ini akan ada penambahan armada lagi. Proyeksinya mulai paruh kedua 2025 akan menambah enam armada lagi untuk TPMA, empat untuk anak usahanya, BEST dan enam untuk TLP, lalu satu floating crane lagi.
Jika aset itu bisa beroperasi, akan ada potensi penambahan volume pengangkutan sampai 11,3% lebih banyak. Hal ini tentunya akan meningkatkan pendapatan.
Jadi menurutmu harga minyak yang turun ini bisa jadi peluang atau wait and see dulu?
Konsultasikan dan Diskusi Kondisi Porto dan Keuanganmu dengan Join Mikirdividen
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .
Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.
Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Beberapa benefit baru:
- IPO Digest Premium
- Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
- Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini