Jadi Kaya Raya dengan Bisnis Franchise, Yakin?
Menantea membuat orang lebih paham tentang bisnis franchise. Ternyata, kita harus berhati-hati pilih bisnis franchise agar tidak boncos kayak di Menantea.
Mikir Duit – Bisnis franchise garapan Jerome dan Jehian, Menantea, dituding scam. Alasannya, setelah keluar modal beli lisensi Menantea, para mitra malah kesulitan menjual produknya. Jadi, sebenarnya, apa bisnis franchise itu? bagaimana prospek bisnis franchise?
Skema bisnis franchise atau waralaba sudah ada di dunia sejak 1840-an. Jadi, para pembuat bir di Eropa kala itu disebut menggunakan sistem waralaba.
Jadi, para produsen bir membuka peluang bekerja sama untuk menjual produknya secara eksklusif di wilayah tertentu.
Dalam beberapa literasi lainnya, skema franchise muncul di Amerika Serikat pada 1850-an. Ada produsen mesin jahit bernama Singer yang menjual produknya dengan skema franchise. Jadi, Singer membuka kemitraan untuk jadi distributor produknya.
Konsep franchise distributor bukan cuma sebagai penjual, tetapi juga menyediakan layanan service produknya.
Tujuan Skema Franchise
Jika melihat skema franchise sejak awal, tujuannya adalah untuk meningkatkan distribusi produk dari perusahaan utama lebih luas tanpa perlu membuka cabang secara mandiri. Dengan begitu, perusahaan utama tinggal menentukan bagi hasil dari penjualan tanpa perlu keluar modal mengembangkan jaringan distributor sendiri.
Hal itu pun juga berlaku sampai saat ini, di mana skema franchise digunakan untuk memperluas jaringan dengan biaya lebih murah bagi perusahaan utama.
Ibaratnya, perusahaan utama tidak perlu keluar modal, malah mendapatkan pendapatan dari menjual lisensi franchisenya ke mitra. Nanti, tingga mitra franchise yang mengembangkan bisnis yang sudah terkonsep dan memiliki standar operasional.
Ada dua jenis skema franchise makanan dan minuman di Indonesia. Pertama, menjual lisensi dan ada bagi hasil keuntungan atau pendapatan. Kedua, menjual lisensi tapi tidak ada bagi hasil keuntungan dan pendapatan, jadi mitra cukup beli bahan baku dari perusahaan utama.
Biasanya, pola pertama berarti memang perusahaan induk memiliki operasional bisnis yang sama dengan produk franchisenya. Lalu, pola kedua berarti perusahaan induk adalah penjual bahan baku, bukan menjalankan produk franchisenya.
Apakah Bisnis Franchise Menguntungkan?
Jika melihat simulasinya pasti menguntungkan, tetapi simulasi tidak seindah kenyataan. Soalnya, ada beberapa faktor yang bisa membuat produk menjadi laku dan tidak. Seperti, lokasi, harga jual produk, persaingan bisnis, dan strategi marketing.
Masalahnya, banyak franchise yang hanya menjual lisensi tanpa mengatur posisi jualan tempatnya. Sehingga, antar franchise malah bisa saling membunuh penjualan yang berujung menjadi lesu.
Belum lagi ada franchise yang menjual produk mahal di lokasi yang upah minimumnya rendah. Hal itu jelas berdampak besar terhadap penjualan.
Untuk itu, perusahaan yang bisa menyediakan franchise harus memenuhi beberapa kriteria. Seperti, sudah terbukti selama 5 tahun terakhir bisnisnya menguntungkan, lalu memberikan pelatihan bisnis, serta model bisnis yang mudah dijalankan.
Namun, franchise yang terbukti 5 tahun terakhir juga bukan berarti pasti terus mencatatkan keuntungan yang konsisten. Pasalnya, perkembangan waktu melahirkan lebih banyak kompetitor dan selera masyarakat.
Gambaran Kinerja Keuangan Emiten Franchise
Jika dilihat kinerja emiten yang bisnisnya membeli lisensi franchise dari perusahaan lain seperti, PT KFC Indonesia Tbk. (FAST), PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB), dan PT Sari Melati Kencana Tbk. (PZZA). Kinerja pendapatan emiten franchise sebelum pandemi Covid-19 cukup konsisten naik.
Namun, pendapatan emiten franchise pergerakannya selalu naik, tapi cenderung melambat dan stagnan. Di sisi lain, pertumbuhan laba/rugi bersih cenderung fluktuatif.
Artinya, kinerja emiten franchise cenderung terbatas. Pengelolaan biaya bisa menjadi permasalahan pengelolaan bisnis franchise. Hal itu yang membuat margin cenderung terbatas dan kurang fleksibel.
Kesimpulan
Salah satu kelebihan bisnis franchise adalah alur operasional yang sudah ada standarnya. Sehingga, pemilik bisnis tinggal mempelajari alur bisnisnya tersebut saja. Ditambah, bahan baku produksi juga sudah tersedia. Jadi, tidak perlu pusing lagi mencari supplier.
Namun, itulah yang menjadi masalahnya. Gara-gara mayoritas franchise sudah ada standar hingga bahan bakunya, membuat bisnis ini kurang fleksibel. Sehingga margin keuntungan cenderung terbatas.
Sebenarnya, bisnis franchise bisa jadi tempat belajar, cuma ya kalau sampai ratusan juta terus nggak dapat untung secuil apapun, mending nggak usah sih ya.
Apalagi, kini banyak bisnis franchise yang mengandalkan nama besar orang atau tingkat keviralan makanan, tapi belum teruji keberlanjutan bisnisnya, apakah bisa bertahan lama atau sesaat.
Salah satu contoh, ketika Croffle lagi ramai, banyak yang menjajakan franchise Croffle. Yaps, tahap awal memang menguntungkan, tapi sifatnya temporer. Jadi, jika ingin bisnis franchise cari bujet yang sesuai serta franchise yang benar-benar bisa bertahan lama.