Jejak Investasi SRTG yang Didirikan Anak Founder Astra

Sebenarnya, SRTG ini beda dengan Grup Konglomerasi lain. Soalnya, SRTG ini sifatnya adalah investasi aktif bukan memiliki sejak didirikan. Tapi, bagaimana jejak investasi SRTG?

Jejak Investasi SRTG yang Didirikan Anak Founder Astra

Mikirduit – PT  Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) memang lebih dekat dengan nama Sandiaga Uno. Namun, di balik SRTG adalah putra dari pendiri Astra, yakni Edwin Soeryadjaya. Bagaimana kisah SRTG berkembang hingga sekarang, begini kisahnya. 

SRTG didirikan oleh Edwin, anak dari William Soeryadjaya, pendiri Astra bersama wonderkid Sandiaga Uno pada 1997. Kala itu, Edwin sempat memiliki misi untuk mengambil alih kembali Astra dengan mengikut tender setelah dilepas satu dekade sebelumnya. Sayangnya, konsorsium SRTG kalah tender, dan yang memenangkan kepemilikan ASII adalah Jardine, yang kini masih menjadi pengendali di emiten konglomerasi tersebut. 

Bisnis SRTG sendiri adalah private Equity yang bersifat aktif, artinya perseroan tidak hanya sekadar investasi, tapi juga mengembangkan bisnisnya.Perjalanan Investasi SRTG secara historis hingga saat ini terbagi menjadi 5 tahap.

2002-2006: Batu bara, Energi, Perkebunan, dan Infrastruktur

Beberapa perusahaan yang diinvestasikan ketika awal SRTG didirikan hingga 2006 antara lain seperti, PT Adaro Indonesia, PT Banyan Mas, PT Tenaga Listrik Gorontalo, PT Lintas Marga Sedaya, dan PT Provident Agro. 

Dari keempat perusahaan yang jadi aset investasi awal SRTG, kini hanya tersisa tiga, yakni Adaro Indonesia (ADRO), PT Banyan Mas (sekarang PT Tower Bersama Tbk. (TBIG)), dan PT Provident Agro Tbk. (PALM). 

Adapun, PT Tenaga Listrik Gorontalo disebut sudah pailit pada 10 Agustus 2022 karena masalah utang. Sebelumnya, PLTU itu sempat dapat pinjaman senilai 20 juta dolar AS pada 2010 untuk membangun PLTU berkapasitas 2 x 10 megawatt. Namun, kabarnya proses pembebasan lahan yang berlarut-larut membuat perusahaan milik SRTG itu termasuk menjadi independent power producer (IPP) yang mengalami kendala. 

Sementara itu, PT Lintas Marga Sedaya, yang juga pemegang konsensi ruas tol Cikopo-Palimanan (Cipali) sudah dilepas SRTG ke Grup Astra pada 2017. Kala itu, nilai divestasi tersebut mencapai RP2,5 triliun. Namun, dari total nilai divestasi itu termasuk pengambilan alih segala piutang yang bisa dikonversi menjadi saham. 

Lalu, SRTG memiliki saham ADRO dengan porsi secara langsung hanya 3,67 persen, tapi juga melalui PT Adaro Strategic Capital dan PT Adaro Strategic Lestari. SRTG tercatat menjadi pemegang saham 25 persen di Adaro Strategic Capital dan 29,79 persen di Adaro Strategic Lestari.

Adapun, Adaro Strategic Capital dan Adaro Strategic Lestari memiliki ADRO via kepemilikan tidak langsung di PT Adaro Strategic Investment. 

Kemudian, SRTG juga masih memiliki TBIG dari dua entitas. Pertama, dimiliki melalui PT Wahana Anugerah Sejahtera dengan kepemilikan sebesar 31,61 persen. Kedua, kepemilikan TBIG melalui Bersama Digital Infrastructure Asia Pte. Ltd dengan kepemilikan di TBIG sebesar 22,25 persen.  TBIG adalah perusahaan menara telekomunikasi dan termasuk 3 besar bersama TOWR dan MTEL. 

Lalu, SRTG juga masih punya 8,97 persen saham PALM melalui PT Saratoga Sentra Business. Di sisi lain, PALM juga sudah berganti bisnis dari perkebunan kelapa sawit menjadi perusahaan investasi seperti SRTG.

Dalam periode ini, investasi SRTG mencakup sektor batu bara, telekomunikasi, infrastruktur, dan perkebunan.

Menghitung Nasib ADRO Setelah Berencana Lepas Bisnis Batu Bara Thermal
Saham ADRO berencana spin off bisnis batu bara termalnya. Pertanyaannya, mayoritas laba bersih ADRO saat ini dihasilkan oleh bisnis tersebut, lalu bagaimana nasib ADRO ke depannya?

2010: SRTG Investasi ke MPMX

SRTG memperluas investasinya pada 2010 dengan masuk ke beberapa perusahaan seperti, PT Agro Maju Raya, PT Etika Karya usaha, dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX). Namun, nama dua perusahaan yang pertama disebut tidak diketahui kabarnya kini. Namun, untuk MPMX masih beroperasi dan terus berkembang. Terakhir, MPMX juga berencana masuk ke bisnis ekosistem kendaraan listrik. 

Saat ini, bisnis MPMX adalah terkait distribusi dan penjualan motor Honda di beberapa wilayah, perusahaan pembiayaan, dan asuransi umum. Adapun, SRTG memegang 56,69 persen saham MPMX secara langsung.

Dalam periode ini, sektor investasi utama SRTG ada di otomotif dan komponen pendukungnya (dulu MPMX juga menjual pelumas Federal Oil). Sementara itu, bisnis Agro Maju Raya ada indikasi terkait perkebunan CPO, sedangkan Etika Karya usaha tidak ditemukan jejaknya.

Si Paling Royal, Saham MPMX Lanjut Tebar Dividen Jumbo?
Saham MPMX memang dikenal sebagai emiten yang paling royal bagi dividen jumbo. Namun, kenapa dia bisa bagi dividen jumbo dan akankah berlanjut? cek faktanya di sini

2011-2014: SRTG Ekspansi ke Komoditas Logam

Dalam periode 4 tahun tersebut, SRTG bisa dibilang cukup ekspansi, terutama berinvestasi di saham tambang logam, energi, dan emas. Tercatat, ada 7 aset investasi barunya pada periode tersebut yang terkait dengan sektor migas, energi, dan tambang logam, yakni PT Medco Power Indonesia, PT Tri Wahana Universal, Sihayo Gold, Interra Resources (eks pemegang saham PT Mitra Investindo Tbk. (MITI) saat masih punya bisnis migas) Sumatera Copper & Gold, Finder Resources, dan PT Trimitra Karya Jaya, yang merupakan pemegang saham MDKA. 

Selain sektor komoditas dan energi, SRTG juga berinvestasi di entitas pendukung seperti perkapalan melalui, Seroja Investment, serta perusahaan konstruksi seperti PT Nusa  Raya Cipta Tbk. (NRCA) yang dimiliki secara langsung sebanyak 6,97 persen. 

Dari catatan kami, dari 10 investasi SRTG pada periode ini, hanya Medco Power Indonesia yang sudah dilepas ke MEDC pada 2017. 

Lalu, SRTG juga masih memiliki Sihayo Gold Plc dengan kepemilikan 5,6 persen, serta Seroja Investment Limited sebesar 23,26 persen. (Untuk Seroja Investment, SRTG sempat divestasi PT Pulau Seroja Jaya pada 2017 yang merupakan anak usaha Seroja Investment. Adapun, kondisi saham Seroja saat ini sudah tidak aktif, serta Seroja telah mengembalikan modal kepada para pemegang saham, termasuk SRTG. Sehingga aset neto yang tersisa hanya berupa instrumen keuangan. 

Sisanya, tidak ada kabar divestasi, tapi ada kemungkinan masih dimiliki secara tidak langsung melalui entitas anaknya. 

Di sisi lain, SRTG sempat memiliki MDKA melalui Trimitra Karya Jaya. Namun, kini perseroan memiliki emiten tambang emas dan tembaga itu secara langsung sebesar 18,84 persen. 

Selain sektor komoditas, energi dan pendukungnya, SRTG juga sempat berinvestasi ke PT Gilang Agung Persada (GAP) yang memiliki bisnis di bidang Fashion, gaya hidup, dan barang mewah. Ini menjadi salah satu segmen bisnis konsumer yang dibeli SRTG setelah sebelumnya ke MPMX. 

GAP sendiri mengelola beberapa brand seperti, Guess, Celine, Givenchy, La Senja, Gap, Banana Republic, Raoul, dan VNC,serta beberapa merek jam tangan seperti Nautica, Gc, Swarovski, SUperdyr, dan Victorinox Swiss Army. 

Namun, tidak ada kabar terbaru apakah SRTG masih memiliki saham di GAP atau sudah divestasi.

Geng Pebisnis Terbesar di Pasar Modal Indonesia
Bukan Grup Salim, Djarum, atau siapapun, ternyata inilah geng pebisnis terbesar di Bursa Efek Indonesia. Kamu punya sahamnya nggak?

2015-2018: Investasi ke Sektor Kesehatan

Dalam periode 2015-2018, mayoritas investasi SRTG ada di sektor kesehatan. Meski, beberapa masih terkait di sektor energi seperti akuisisi PT Paiton Energi melalui PT Batu Hitam Perkasa pada 2015. Namun, investasi SRTG di Paiton hanya singkat, yakni sekitar 3 tahun, setelah akhirnya perseroan melakukan divestasi di PT Batu Hitam Perkasa pada 2018. Kala itu, kepemilikan SRTG di Paiton dilepas ke TOBA. 

Selain itu, investasi SRTG di periode ini dilakukan ke bisnis yang terkait dengan kesehatan. Seperti, investasi ke PT Farmon Awal Bross yang memiliki jaringan rumah sakit Awal Bross (kini bernama Primaya Hospital), Deltomed Laboratories (produsen produk farmasi seperti obat OB Herbal hingga Antangin, serta PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII).

Untuk AGII, bisnisnya memang tidak langsung berhubungan ke rumah sakit, tapi emiten tersebut juga menjadi supplier berbagai jenis gas seperti oksigen ke rumah sakit. 

Dari deretan investasi sektor kesehatan ini, SRTG telah melakukan divestasi di Farmon Awal Bross atau PRAY pada 2023. 

Lalu, SRTG juga sempat melepas sebagian saham AGII pada 2021, tapi sampai saat ini masih memiliki sekitar 10 persen saham milik Grup Samator tersebut. 

Selain sektor kesehatan dan energi, pada periode ini SRTG juga mengakuisisi perusahaan logistik Mulia Bosco Logistic. Perusahaan ini disebut memiliki spesialisasi untuk fasilitas cold storage dan cold-chain logistic. 

Periode 2019- saat ini: Energi Terbarukan dan Digital Ekosistem

Untuk periode saat ini, mayoritas investasi SRTG ada di perusahaan yang memiliki bisnis terkait dengan Renewables dan Green Economy. Misalnya, seperti Forest Carbon dan Xurya Daya Indonesia. 

SRTG berinvestasi di Forest Carbon pada 2022. Nantinya, Forest Carbon akan berinvestasi untuk memitigasi perubahan iklim lewat ekspansi pembangkit listrik tenaga surya dan energi terbarukan lainnya, serta pengembangan proyek hutan karbon. Model bisnis dari Forest Carbon adalah menawarkan model bisnis restorasi lahan gambut dan menjual karvon ke brand global premium. 

Selain Forest Carbon, SRTG juga berinvestasi di startup pembangkit listrik tenaga surya atap, yakni PT Xurya Daya Indonesia. SRTG masuk ke perusahaan itu dalam pendanaan seri A bersama East Venture senilai Rp323 miliar. 

Di luar sektor energi baru terbarukan, SRTG juga berinvestasi di sektor digital seperti City Vision, perusahaan Digital Media dan Advertising. Lalu, ada Julo Teknologi Finansial terkait platform peer to peer lending, Sirclo yang merupakan startup yang menyediakan layanan software as a service (SaaS), serta Fuse yang merupakan platform untuk memudahkan konsumen menemukan produk asuransi, dan Skystar Capital yang merupakan venture capital untuk startup tahap awal.

Arah Investasi SRTG Selanjutnya

Ada empat sektor utama yang jadi incaran investasi SRTG ke depannya. 

Pertama, sektor yang berkaitan dengan hilirisasi nikel untuk ekosistem Electric vehicle (EV). Dari portofolio eksisting, MDKA sudah masuk ke bagian hilirisasi nikel dan MPMX juga berencana masuk ke ekosistem kendaraan listrik seperti penyediaan pengisian listrik hingga battery swap. 

Kedua, Sektor energi baru terbarukan, yang sampai saat ini SRTG sudah punya dua porto terkait sektor tersebut, yakni Forest Carbon dan Xurya. 

Namun, Investor Relation SRTG Ryan Sual mengungkapkan perseroan juga berencana untuk investasi langsung ke perusahaan lain atau anak perusahaan untuk melakukan proyek renewable energy. 

Untuk entitas yang eksisting seperti ADRO yang sedang menggarap hydro power plant (pembangkit listrik tenaga air).

Ketiga, pelayanan kesehatan. Meski SRTG sudah divestasi saham PRAY pada 2023, tapi perusahaan milik Edwin Soeryadjaya ini disebut bakal mencari investasi lainnya di sektor kesehatan. Pasalnya, sektor kesehatan dinilai masih punya potensi pertumbuhan yang tinggi selaras dengan fasilitas layanan kesehatan di Indonesia yang belum merata.

Untuk portofolio eksisting, SRTG masih ada Deltomed yang bergerak di sektor kesehatan.

Keempat, sektor konsumer. SRTG disebut lagi mencari peluang di sektor konsumer yang berada di level Business to Business, jadi bukan di bagian produksi barang jadi. Asumsinya, sektor penyokong infrastruktur konsumer memiliki risiko lebih rendah dibandingkan dengan sektor pengembangan produk akhir.

Mulai Langkah Investasi Saham-mu dengan Dua Program Mikirduit Ini!

Kamu bisa mulai perjalanan investasi saham-mu dari nol dengan Saham Pertama, yang bisa dijadikan guideline dasar untuk membentuk strategi investasimu sendiri.

Promo Saham Pertama September: Diskon Rp100.000 menjadi Rp200.000 dengan benefit:

  • e-Book Saham Pertama
  • Rekaman Seminar Saham Pertama
  • Kalkulator harga wajar

Checkout sekarang dengan klik di sini

Jika kamu mau paket lengkap dengan analisis 31 saham dividen untuk jangka panjang, grup diskusi, publikasi bulanan, dan event online bulanan, bisa join PAKET SEPTEMBER CERIA diskon Rp400.000 menjadi Rp500.000 (untuk periode satu tahun Mikirdividen). Benefitnya:

  • Semua yang di Saham Pertama
  • Member Mikirdividen (1 tahun)
  • 31 Ulasan Saham Dividen (update per 3 bulan)
  • 24 Digest Publikasi Bulanan (update setiap akhir bulan)
  • Grup Diskusi
  • Event online bulanan

Daftar sekarang dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

Referensi