Jejak Prajogo Pangestu, dari Proyek Petrokimia Orde Baru hingga Jadi Raja Panas Bumi

Saham BREN bikin heboh lagi setelah kembali gagal untuk kedua kalinya masuk FTSE. Kali ini bukan BEI yang jegal, tapi masalah free float. Berikut ini jejak bisnis Grup Prajogo Pangestu.

Jejak Prajogo Pangestu, dari Proyek Petrokimia Orde Baru hingga Jadi Raja Panas Bumi

Mikirduit – Saham BREN kembali terdepak dari FTSE sebelum sempat merasakan aliran deras masuk investor asing dari fund pasif. Apa yang sebenarnya terjadi dengan BREN? lalu bagaimana jejak bisnis Grup Barito?

Lagi-lagi langkah BREN masuk FTSE harus terjegal, kali ini bukan masuk notasi khusus dari BEI, tapi karena tidak memenuhi syarat free float. Pasalnya, 97 persen saham BREN hanya dimiliki oleh 4 pihak saja. Akhirnya, harga saham BREN langsung auto reject bawah (ARB) pada 20 September 2024. 

Dari sini, banyak yang bertanya-tanya, karena jika dilihat dari data RTI teranyar per 31 Agustus, saham BREN memiliki 16.403 pihak. Lalu, bagaimana disebut kalau 97 persen dimiliki oleh 4 pihak saja? 

Sebenarnya, kami sudah mengulas ini saat harga BREN menembus market cap nomor satu di IDX mengalahkan BBCA. Kami menjelaskan alasan kenapa saham BREN dengan fundamental biasa saja bisa meroket. Jawabannya, karena jumlah ritel perorangan lokal cuma kurang dari 0,3 persen. 

Per akhir Agustus 2024, hanya 330,91 juta lembar saham BREN yang dipegang oleh perorangan Indonesia yang jumlahnya mencapai 16.058 pihak. Jumlah itu hanya setara 0,24 persen dari total keseluruhan saham beredar dari BREN. 

Lalu, sisanya dimiliki oleh siapa? Sebanyak 65,04 persen dimiliki oleh perseroan terbatas sebanyak 74 pihak. Lalu, 34,68 persen dimiliki badan usaha asing sebanyak 81 pihak. 

Sisa dengan jumlah yang lebih sedikit dimiliki oleh koperasi, yayasan, dana pensiun, asuransi, hingga perorangan asing. Jumlahnya juga kurang dari 0,1 persen. 

Jika melihat porsi kepemilikan saham BREN, sebanyak 64 persen dimiliki oleh Barito Pacific, sedangkan Green Era Energi memiliki sekitar 23 persen. 

Lalu, dua pihak lainnya yang dianggap free float antara lain Prime Asia Aset Management sebesar 4,36 persen, dan Jupiter Tiger Holdings sebeasr 4,36 persen. Kalau ditotal, dari keempat pihak utama yang punya saham BREN sejak IPO itu saja sudah 97 persen. 

Apakah itu hal yang buruk dan sebuah tindakan tercela? jawabannya nggak sih. Hanya saja jika dalam kondisi normal akan membuat harga saham menjadi tidak likuid karena pergerakan free float yang sesungguhnya hanya 3 persen. Namun, harga saham BREN ternyata mampu digerakkan karena ada perebutan saham BREN di pasar yang cukup langka. Apalagi, di investor perorangan cuma tersebar 0,2 persen dari total lembar saham perseroan. 

Sehingga, dari sisi risiko, tingkat fluktuasi harga saham BREN menjadi sangat tinggi. Sekarang bisa naik kenceng, tapi ketika daya jual meningkat bisa turun signifikan akibat jumlah free float yang sangat rendah tersebut.

Jejak Grup Barito Prajogo Pangestu

Awalnya, bisnis Barito Pacific (dulu Barito Timber) adalah di sektor perkayuan. Namun, setelah krisis ekonomi 1998, Prajogo Pangestu disebut membeli sebuah perusahaan yang punya proyek Petrokimia besar saat era Orde Baru, yakni PT Chandra Asri Petrochemical. 

Prajogo Pangestu mulai masuk ke Chandra Asri pada 1998. Kala itu, Prajogo cuma membeli Chandra Asri senilai Rp1.000. Namun, syaratnya Prajogo harus menyelesaikan pembayaran utang Chandra Asri kepada Marubeni senilai 870 juta dolar AS dan negara Rp1,2 triliun. 

Tanda tanya terjadi ketika Chandra Asri diambil alih BPPN ketika sudah ada kesepakatan pengambilalihan ke Prajogo Pangestu pada tahun yang sama. Meski begitu, nama Prajogo tetap muncul sebagai pemegang saham Chandra ASri pada 2002 sebesar 47 persen bersama Marubeni sebesar 24 persen, dan BPPN sebesar 29 persen. 

Bahkan, Commerzbank dan Temasok juga sempat masuk ke saham Chandra Asri pada 2003 dan 2006. Sampai akhirnya, kinerja Chandra Asri mulai membaik pada 2007, Prajogo mengambil alih seluruh saham Chandra Asri pada 2007 melalui PT Barito Pacific Tbk (BRPT).

Di sini, BRPT mulai berubah menjadi perusahaan holding yang membawahi bisnis megaproyek petrokimia orde baru tersebut. 

Lalu, puzzle terakhir proyek petrokimia itu adalah perusahaan bernama PT Tri Polyta Indonesia Tbk. (TPIA). Emiten itu sejatinya adalah paket proyek Petrokimia bersama Chandra Asri. Jadi, Chandra Asri bikin bahan baku petrokimia dan TPIA produksi hasil hilirnya berupa plastik. 

Adapun, dalam salah satu klausul akuisisi Chandra Asri oleh Prajogo Pangestu pada 1998 disebutkan, kalau Prajogo ingin mengakuisisi Buma Kimia Citra milik Bimantara Citra (pengendali TPIA), maka dia harus melunasi utang Chandra Asri tersebut. Artinya, jika utang Chandra ASri lunas, Prajogo bisa dapat TPIA via akuisisi Bima Kimia Citra. 

Namun, Prajogo Pangestu baru mengakuisisi TPIA pada 22 Mei 2008, saat emiten itu kembali re-listing di IDX. Dari situ, Prajogo masuk 76 persen ke saham tersebut sehingga menjadi pengendali TPIA. 

Setelah itu, Prajogo melakukan merger TPIA dengan Chandra Asri yang ditaksir memiliki nilai transaksi hingga Rp8,36 triliun. Tujuannya agar operasional menjadi lebih efisien. Lalu, TPIA juga di bawah kendali BRPT, perusahaan holding company milik Prajogo Pangestu. 

Hingga kini, jadilah TPIA si raja Petrokimia dari Indonesia hingga saat ini.

Jangan Ditunda Lagi! Ini Alasan Pentingnya Investasi Saham
Banyak yang bilang kalau investasi itu enaknya menunggu modal besar, tapi asumsi itu salah besar. Berikut ini alasan kenapa kamu harus mulai investasi sejak dini.

Lahirnya BREN dan Kisah CUAN

Cerita BREN sudah dimulai sejak 2007. Kala itu, ada perusahaan energi bernama Star Energi yang sudah dimiliki oleh Prajogo Pangestu secara pribadi dan minoritas. 

Star Energi merupakan perusahaan energi panas bumi yang memegang pembangkit listrik tenaga panas bumi Wayang Windu, Jawa barat. Kini, Star Energi juga memegang beberapa proyek Panas Bumi dari Gunung Salak hingga Darajat, Garut. 

Niat Prajogo menjadi pengendali sudah muncul sejak 2009. Prajogo mengincar akuisisi Star Energi, cikal bakal BREN, dengan nilai Rp5,1 triliun saat itu. 

Langkah memiliki Star Energi dimulai dengan menguasai 40 persen saham perusahaan tersebut. Prajogo membeli tambahan saham Star Energi dari pendirinya, yakni Supramu Santoso. Sisanya, saham Star Energi dimiliki oleh Nusantara Capital dan perusahaan keuangan asal London dengan masing-masing kepemilikan 30 persen. 

Lalu, BRPT melakukan right issue pada 2018 untuk mendapatkan dana segar Rp8,9 triliun. Tujuannya untuk membeli 66,67 persen saham di perusahaan tersebut. 

Adapun, transaksi itu disebut sudah rampung pada 29 Juni 2018. BRPT memiliki 66,67 persen saham Star Energi. 

Hingga akhirnya, muncul nama induk usaha baru, yakni BREN yang membawahi Star Energi Geothermal. BREN pun IPO pada Oktober 2023 dan pergerakan harga sahamnya sangat sensasional. Bahkan, beberapa kali, BREN mengalahkan BBCA yang sempat nyaman di pucuk deretan saham big caps terbesar di IDX.

Adapun, untuk bisnis batu bara Prajogo Pangestu, yakni PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) adalah emiten yang didirikannya sendiri pada 2008. 

Tidak banyak cerita CUAN sebelum IPO, tetapi setelah IPO, CUAN terus melejit. Apalagi, perusahaan Prajogo ini mengakuisisi anak usaha INDY, yakni MUTU, serta eks anak usaha INDY lainnya, yakni PT Petrosea Tbk. (PTRO). 

Sejalan dengan arah saham Prajogo Pangestu lainnya, PTRO juga langsung melejit setelah diakuisisi oleh Prajogo  Pangestu.

Selain BREN yang hanya memiliki pemegang saham individu perorangan yang benar-benar ritel cuma 0,2 persen dari total lembar saham beredar. Beberapa saham Grup Barito lainnya juga serupa.

Misalnya, dari data Laporan Bulanan Registrasi Pemegang Efek, saham TPIA memang punya sekitar 10,6 persen saham publik. 

Selain BREN dan CUAN, Prajogo disebut berencana membawa satu perusahaannya untuk listing di IDX, yakni PT Chandra Daya Investasi. Perusahaan itu adalah anak usaha dari TPIA yang bergerak di bidang investasi, khususnya infrastruktur. Bisnisnya adalah memiliki perusahaan air terbesar dan terintegrasi, yakni pembangkit listrik siklus gabungan turbin gas di Indonesia. 

Lalu, Chandra Daya Investasi juga punya portofolio di perusahaan patungan pembangkit listrik ramah lingkungan dengan kapasitas 200 MW dengan Posco Internasional. Lalu, portofolio lainnya adalah pengelolaan dermaga terintegrasi yang berbasis di kawasan industri terkemuka di Pulau Jawa. 

Adapun, meski market cap BREN turun Rp400 triliun, tapi menurut Bloomberg Billionaires Prajogo masih menjadi orang terkaya ke-61 atau yang pertama di Indonesia secara individu (kalau digabung, keluarga Grup Djarum masih di atas). Total kekayaan Prajogo mencapai 29,1 miliar dolar AS atau RP441 triliun rupiah.

Mulai Langkah Investasi Saham-mu Bersama Mikirdividen

Kamu bisa mengetahui gambaran benefit jadi member mikirdividen dengan klik di sini.

Secara umum, kamu akan mendapatkan beberapa benefit dengan menjadi member mikirdividen seperti:

  • Analisis 31 Saham Dividen yang Cocok untuk Investasi Jangka Panjang (Di-update fundamentalnya per 3 bulan dan harga wajar secara real-time)
  • 24 Digest, Publikasi bulanan yang bisa memandumu investasi saham dengan fenomena yang bakal terjadi di bulan selanjutnya
  • Grup Diskusi di Whatsapp
  • Event Online Bulanan

Kamu bisa jadi member Mikirdividen dengan Harga Diskon 33% menjadi Rp400.000 per tahun. Untuk join jadi member bisa klik di sini. | Promo Paket Ini Berlaku Hingga 31 Desember 2024

Selain itu ada promo lainnya seperti:

  • Paket Lengkap Mikirdividen 1 Tahun + Paket e-Book Saham Pertama: DISKON 44% menjadi Rp500.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket ini hanya berlaku hingga 30 September 2024
  • Paket e-Book Saham Pertama dengan Benefit (e-Book Saham Pertama, Rekaman Event Saham Pertama, Kalkulator Harga Wajar): DISKON 33% menjadi Rp200.000. Tertarik dengan paket ini, klik link di sini | Promo Paket Ini Berlaku hingga 31 Desember 2024

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

💡
Yuk, Mulai Investasi Saham Bersama Kiwoom Sekuritas, Lagi ada Promo Saham Bluechip Gratis Untukmu Nih. Daftar Sekarang di Sini ya

Referensi