Jika Saham Tiba-tiba Tidak Bagi Dividen, Pertanda Buruk?

GGRM, CFIN, dan DMAS tidak diduga-duga malah tidak bagikan dividen final. Kalau begitu, ada pertanda apa ya?

Jika Saham Tiba-tiba Tidak Bagi Dividen, Pertanda Buruk?

Mikirduit – Saham yang biasanya rutin bagi dividen, tiba-tiba tidak bagikan dividen. Apakah itu pertanda buruk atau bukan sesuatu yang signifikan? kami akan ulas di sini agar kamu tidak khawatir dengan nasib saham dividen yang lagi di-hold. 

Jika 2023 bisa dibilang sebagai tahunnya pesta saham dividen, maka 2024 ini adalah tahun yang sulit untuk saham dividen. Beberapa saham yang biasanya rutin bagi dividen tiba-tiba puasa, atau ada saham yang laba bersihnya naik tinggi dan bagi dividen di tahun sebelumnya, sekarang malah tidak bagikan. Apakah itu tanda saham dividen itu dalam kondisi tidak bagus?

Setidaknya ada dua saham dividen dan satu saham yang diekspektasikan bagi dividen ternyata malah tidak bagi dividen pada tahun ini. Ketiga saham itu antara lain, DMAS, CFIN, dan GGRM. 

Lalu, apakah itu pertanda buruk bagi ketiga saham tersebut? untuk itu, kami akan mengungkap alasan kenapa saham dividen bisa tiba-tiba tidak bagi dividen.

Kondisi Kas Kurang Bagus

Emiten memutuskan tidak bagi dividen itu bisa disebabkan oleh kondisi kas yang kurang bagus. Sehingga daripada dibagikan dalam bentuk dividen, lebih baik dikelola dulu untuk operasional perseroan. 

Kan dividen diambil dari laba bersih tahun sebelumnya? oke secara angka-angka pembagian dividen memang tergantung dengan kinerja laba bersih. Tapi, secara riil akan tergantung juga dengan seberapa besar dari hasil laba bersih yang berupa uang tunai dan masuk ke perhitungan kas. Soalnya, pembagian dividen itu berarti ada kas yang keluar, untuk itu jumlahnya akan disesuaikan juga seberapa besar kas yang masuk.

Dari situ, emiten akan memperhitungkan jika membagikan dividen akan membuat kas mereka terganggu atau tidak. Hal ini dialami oleh saham PTBA yang secara mengejutkan mengurangi porsi dividend payout ratio (DPR) di 2024 menjadi 75 persen. 

Per kuartal I/2024, PTBA mencatatkan kas dan setara kas senilai Rp3,71 triliun. Dengan asumsi pembagian dividen di kuartal kedua, sebenarnya PTBA punya tambahan kas lagi pada periode tersebut. Namun, dengan posisi laba bersih PTBA senilai Rp6,1 triliun pada 2023, dengan kondisi kas itu, PTBA sangat berisiko membagikan 100 persen dividen. 

Kondisi berbeda terjadi pada PTBA di 2023, kala itu hingga kuartal II/2023, PTBA punya kas setara kas Rp15,82 triliun. Sehingga akan mencukupi pembagian dividen 100 persen dari laba 2022 senilai Rp12 triliun meski kondisi kas di kuartal III/2023 langsung susut menjadi Rp5,31 triliun. Kenapa susutnya tidak jadi Rp3 triliun? karena ada tambahan kas lagi pada periode tersebut dari hasil operasional. 

Begitu juga dalam kasus CFIN yang kami bahas kemarin. Mereka tidak bagikan dividen di 2024 meski laba bersihnya melejit karena kondisi kasnya tidak memungkinkan. Sementara itu, pendapatan lain-lain dari kredit macet yang sudah dihapusbukukan ang kembali dibayar sudah digunakan untuk dividend 2023.

Sementara itu, CFIN bisa dibilang bukan saham yang rutin bagi dividen karena kondisi kas mereka juga tipis. Sehingga wajar jika CFIN tidak bagikan dividen.

Jadi, tidak bagikan dividen menjadi strategi agar operasional perusahaan menjadi tidak terganggu. Jika kondisi kas perusahaan membaik, emiten tersebut akan kembali bagi dividen lagi.

Rahasia PTBA Cuma Bagi Dividen 75 Persen dari Laba Bersih
Begini gambaran ringkas kenapa saham PTBA cuma bagi dividen 75 persen dari laba bersih. Angka ini udah bagus dibandingkan perkiraan kami cuma 50 persen.

Rencana Ekspansi atau Kebutuhan Kas Lebih Banyak

Selain itu, ada satu alasan lainnya kenapa saham dividen tiba-tiba puasa dividen, salah satunya mereka memiliki rencana untuk ekspansi bisnis yang membutuhkan modal dari kas internal. Sehingga daripada kasnya tergerus untuk pembagian dividen, lebih baik digunakan ekspansi. 

Kondisi ini jelas tidak buruk karena emiten akan berupaya mendorong pertumbuhan bisnisnya dengan kas internal tanpa perlu menambah eksposure utang berbunga. 

Dalam kasus ini, ada beberapa emiten yang jadi sorotan seperti DMAS ada indikasi penahanan dividen final disebabkan oleh rencana perseroan menambah land bank di area Deltamas tersebut. Rencana itu sempat terucap dari manajemen saat public expose akhir 2023, tapi sifatnya memang masih confidential. 

Apalagi, dengan kondisi kas dan setara kas DMAS terakhir senilai Rp1,4 triliun dengan kondisi mereka sudah bagikan 48 persen laba bersih di interim. Artinya, DMAS bisa bagikan sekitar Rp600 miliar dari total laba bersih Rp1,2 triliun untuk dividen final. Toh, rata-rata kondisi kas DMAS juga ada di kisaran Rp600 miliar - Rp1 triliun. 

Begitu juga dengan GGRM, secara kondisi kas, per kuartal I/2024, GGRM masih punya sekitar Rp4,46 triliun. Dengan laba bersih GGRM di 2023 sekitar Rp5,31 triliun, membagikan dividen dengan rasio 70 persen dari laba bersih masih mungkin. Namun, memang kondisi kas bakal lumayan tergerus.

Di sisi lain, GGRM lagi memiliki proyek pembangunan bandara dan Jalan Tol di Kediri dengan kondisi perseroan tidak mau meningkatkan eksposure utang berbunga lebih tinggi lagi. Hal itu disampaikan dalam public expose akhir 2023, meski saat itu belum terang-terangan tidak bakal bagi dividen. 

Dengan kondisi itu, serta bisnis rokok berpotensi makin tertekan dengan kenaikan cukai, pilihan GGRM adalah mengoptimalkan kas internal untuk menyelesaikan proyek tersebut. Jika nantinya proyek itu bisa menghasilkan kas tambahan untuk perseroan, dividen bisa kembali mengalir.

Penyebab Saham DMAS Turun 33 Persen Dalam 3 Tahun Terakhir
Saham DMAS dikenal salah satu saham dividen, tapi dalam 3 tahun terakhir harga sahamnya anjlok. Kira-kkira, apa yang menyebabkannya ya? simak selengkapnya di sini

Kesimpulan

Jadi, saham dividen yang tiba-tiba mengurangi porsi dividen atau tidak bagikan sama sekali itu bukan sebuah masalah. Hal itu berarti ada optimalisasi penggunaan kas untuk pertumbuhan bisnis yang lebih agresif. Dengan begitu, potensi dividen di masa depan bisa lebih besar lagi. Meski, kamu juga harus analisis lagi apakah aksi ekspansi bisnis itu akan memberikan keuntungan yang besar atau malah berisiko tinggi.

Satu hal lagi, investasi ke saham dividen tidak bisa hanya mengandalkan periode 1 tahun, tapi lebih kepada target jangka panjang. Soalnya, basis dividen tergantung dengan kinerja emiten juga sehingga akan menjadi risiko jika strategi yang digunakan hanya jangka pendek atau hit n run untuk mendapatkan dividen.

Lalu, untuk saham yang sejak awal memang tidak konsisten bagi dividen, lebih baik berhati-hati karena itu tanda kasnya juga tidak selalu cukup untuk dividen. Jadi, jangan berharap lebih terhadap saham yang dari awal memang tidak konsisten bagi dividen.

Mau Tau Saham Dividen  Apa yang Lagi Murah? Kami Akan Tulis di 24 Digest Juni (Publikasi Bulanan Mikirdividen)

Join Mikirdividen sekarang untuk mendapatkan banyak benefit serta strategi investasi dan diskusi dengan para investor saham. Berikut benefit gabung mikirdividen:

  • Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
  • Event online bulanan

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini