JNE Akuisisi Anteraja Punya ASSA? Ini 4 Skema yang Bisa Terjadi
Kabar mengejutkan datang dari rumor JNE mau akuisisi Anteraja. Meski belum detail, kami melihat ada 4 skema yang bisa terjadi dalam transaksi ini, lalu gimana efeknya ke ASSA?
Mikirduit – Kabar JNE mau mencaplok Anteraja membuat saham PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) naik 3,27 persen dalam sehari. Namun, kami menilai ada empat kemungkinan yang terjadi dalam proses akuisisi JNE terhadap Anteraja, di mana keempatnya bisa berefek positif kepada kinerja ASSA. Jadi, bagaimana prospek ke depannya?
Presiden Direktur JNE Mohamad Feriadi belum bersedia mengonfirmasi kabar rencana akuisisi Anteraja. Namun, pihaknya memang membuka pintu untuk ekspansi secara organik.
"Kami masih mengeksplorasi potensi bisnis yang bisa dikolaborasikan," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg Technoz.
Lalu, jika JNE benar mengakuisisi Anteraja, kira-kira gimana nasib saham ASSA? sebelum itu, kami akan mengulas dua peluang transaksi untuk akuisisi Anteraja ini.
Empat Skema Transaksi Akuisisi Anteraja yang Berpotensi Terjadi
Anteraja adalah perusahaan logistik ekspedisi yang dimiliki oleh beberapa investor. Tercatat, ada ASSA yang awalnya memegang secara langsung sebesar 55 persen, Tokopedia, dan Time Prestige Investments mendirikan perusahaan ekspedisi itu pada 2018.
Adapun, Anteraja mendapatkan tambahan investor pada April 2022, yakni Garibaldi Thohir alias Boy Thohir. Waktu itu, Boy Thohir menyerap seluruh saham baru yang diterbitkan Anteraja sebagai pintu untuk investasi. Di sini, pemegang saham eksisting tidak mengeksekusi saham baru sehingga terkena efek dilusi. Porsi kepemilikan ASSA di Anteraja pun susut menjadi 49,5 persen dibandingkan dengan 55 persen pada periode sebelumnya.
Dengan investor terdiri dari beberapa orang ini, berarti ada empat kemungkinan skema JNE akuisisi Anteraja.
Pertama, JNE akan mengakuisisi sebagian kecil saham Anteraja miliki Tokopedia dan Time Prestige Investment yang totalnya sekitar 40,5 persen. Jika yang dilakukan skema pertama, tidak ada yang berubah dalam konsolidasi Anteraja di ASSA. Pasalnya, ASSA tetap tercatat sebagai pemegang saham mayoritas.
Dalam skema pertama ini, ASSA malah diuntungkan karena Anteraja bisa berkolaborasi dengan salah satu bisnis ekspedisi terbesar di Indonesia. Harapannya, dengan begitu Anteraja makin lebih dekat untuk mencatatkan laba bersih.
Kedua, JNE mengakuisisi seluruh saham Anteraja yang dimiliki Tokopedia, Time Prestige Limited, dan Boy Thohir. Artinya, Posisi Anteraja bukan lagi dikonsolidasikan ke ASSA karena JNE menjadi pemilik mayoritas. Nantinya, Anteraja menjadi entitas asosiasi ASSA.
Efeknya, dari segi pendapatan pasti akan susut cukup dalam saat masa transisi. Pasalnya, saat ini Anteraja tercatat sebagai kontributor pendapatan terbesar bagi ASSA, meski dari segi bottom line masih rugi.
Nah, untungnya, pencatatan kerugian Anteraja akan sebatas kepemilikan saham ASSA sehingga dari segi laba bersih dan beban akan jauh lebih bagus bagi ASSA.
Soalnya, sampai kuartal III/2023, Anteraja berkontribusi sebesar 39 persen terhadap beban pokok pendapatan ASSA secara keseluruhan dari total 5 segmen bisnis. Begitu juga dari segi beban operasional berkontribusi terbesar, yakni 44,47 persen dari total 5 segmen bisnisnya tersebut.
Ketiga, JNE mengakuisisi penuh 100 persen kepemilikan Anteraja dari seluruh pemegang saham, termasuk ASSA. Jika ini terjadi, hasilnya pendapatan ASSA akan turun drastis, tapi laba bersih justru bisa naik. Kenaikan laba bersih bisa terjadi karena ada cash dari penjualan, serta penyesuaian rugi Anteraja yang hilang sehingga justru membuat operasional ASSA menjadi lebih menguntungkan.
Keempat, JNE masuk ke Anteraja lewat skema penerbitan saham baru seperti yang dilakukan oleh Boy Thohir pada 2022. Di sini, nantinya pemegang saham eksisting tidak akan menyerap saham baru sehingga terdilusi.
Efeknya ke ASSA akan tergantung seberapa banyak porsi saham baru yang diserap JNE dan tingkat dilusi yang diterima. Jika ujung-ujungnya ASSA tetap jadi pemegang saham mayoritas berarti efeknya seperti poin pertama, sedangkan jika JNE jadi mayoritas berarti efeknya seperti poin kedua.
Seberapa Menguntungkan ASSA Jika Menjadi Minoritas hingga Melepas AnterAja?
Kinerja AnterAja di 2023 memang turun dtastis jika dibandingkan dengan periode boomingnya di 2021-2022. Pada 2021, Anteraja sempat mencatatkan laba operasi senilai Rp4,02 miliar,sayangnya kinerja itu langsung jeblok di 2022 dengan kerugian operasi Rp243 miliar. Sampai kuartal III/2023, kinerja Anteraja rugi Rp135,02 miliar.
Penurunan volume barang serta kenaikan biaya pengangkutan seperti harga BBM dan sebagainya menjadi penekan margin keuntungan bisnis ekspedisi ini. Untuk itu, jika ASSA melepas Anteraja secara keseluruhan, sebenarnya, kinerja ASSA sendiri bisa jadi lebih oke.
Kami menghitung secara kasar dengan menggunakan laporan keuangan kuartal III/2023, jika pos pendapatan dari Anteraja dikeluarkan dari ASSA, perseroan malah bisa mencatatkan kenaikan laba sebelum pajak hingga 151,08 persen menjadi Rp216 miliar. Lalu, laba operasi juga naik 61,29 persen, meski laba kotor masih turun 15,7 persen, dan pendapatan turun 49,89 persen.
Apalagi, secara umum, tiga bisnis ASSA mencatatkan pertumbuhan yang lumayan, seperti sewa kendaraan masih mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 8,3 persen menjadi Rp1,51 triliun, penjualan kendaraan bekas mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 34,59 persen menjadi Rp776,36 miliar, dan jasa lelang mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 33,23 persen menjadi Rp140,56 miliar.
Meski, margin keuntungan kotor ketiga bisnisnya itu memang lagi turun. Seperti, sewa kendaraan memiliki gross profit margin di kuartal III/2023 sebesar 28,87 persen dibandingkan dengan 30,23 persen. Lalu, penjualan kendaraan bekas memiliki margin kotor 17,97 persen dibandingkan dengan 21,47 persen, serta jasa lelang memiliki margin keuntungan kotor 85,13 persen dibandingkan dengan 85,54 persen. Namun, tetap saja ketiga lini bisnis perseroan itu memiliki tingkat margin keuntungan yang cukup menarik.
Pekerjaan rumah utama ASSA adalah bagaimana mengendalikan biaya, terutama sehingga kinerja keuangannya menjadi lebih menguntungkan. Apalagi, jika skema yang terjadi adalah Anteraja dilepas sepenuhnya ke JNE.
Kesimpulan
Jika ASSA melepas seluruh kepemilikannya di Anteraja, kami memperkirakan harga nilai buku per saham ASSA yang telah disesuaikan dengan asumsi tanpa Anteraja dari laporan keuangan kuartal III/2023 menjadi Rp516 per saham. Dengan asumsi harga wajar ASSA ada di PBV rata-rata 10 tahunnya yang sebesar 1,92 kali, berarti harga wajar ASSA ada di Rp991 per saham.
Kami tidak menggunakan PE karena ada distraksi penyesuaian pajak ke laba bersih. Sehingga asumsi kinerja ASSA tanpa Anteraja hanya sampai di laba sebelum pajak.
Lalu, apakah saham ASSA menarik? jika melihat harganya masih di bawah perkiraan wajar dari perhitungan kammi (per 8 Maret 2024 pukul 09.25 WIB di Rp810 per saham), jelas masih menarik. Namun, ingat pergerakan harga saham ASSA ini berbasis sentimen sehingga jika semuanya terealisasi, bisa jadi harga saham ASSA berpotensi koreksi.
Kalau kamu tertarik incar fluktuasi saham ASSA jangka pendek atau malah mengincar jangka panjang?
MEMBURU DIVIDEN DI MUSIM RUPS TAHUNAN? YUK BELAJAR DAN DAPATKAN PILIHAN SAHAM DIVIDEN TERBAIK DI MIKIRDIVIDEN
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi bundling ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini