Kelebihan Saham Dividen, Bisa Ukur Risk-Reward Lebih Pasti
Saham yang rutin membagikan dividen memberikan kemudahan bagi holdernya untuk mengukur harga saham yang menarik untuk posisi beli. GImana caranya? simak di sini
Mikirduit – Saham dividen bukan hanya memberikanmu peluang cuan dengan pendapatan bagi hasilnya dari laba bersih saja, tapi juga bisa menjadi gambaran seberapa menarik saham layak dibeli saat mengalami penurunan harga yang signifikan. Dengan catatan tidak ada masalah fundamental yang signifikan.Bagaimana maksudnya?
Saham yang secara rutin bagi dividen dan karakter bisnisnya bukan cyclical akan memiliki level bottom yang mudah diprediksi dibandingkan tanpa dividen. Alasannya, saham tersebut punya titik beli terendah paling menarik dengan berbagai asumsi dividen dari proyeksi kinerja keuangannya.
Seperti, ketika saham BBRI turun ke Rp4.000-an per saham. Banyak yang memprediksi saham BBRI bsia ke Rp1.900 per saham. Namun, peluang ke harga itu sangat rendah, kenapa? karena BBRI rutin membagikan dividen.
Jika harga saham BBRI turun ke Rp1.900 per saham, serta kita menggunakan asumsi kinerja 2024 dengan pendekatan twelve trailing months (TTM), yakni kinerja laba bersih BBRI dari periode kuartal I/2023 hingga kuartal I/2024 yang terhitung 12 bulan. Hasilnya, laba bersih per saham BBRI sekitar Rp399 per saham.
Dengan asumsi dividend payout ratio menurun jadi 60 persen karena kondisi kinerja keuangan yang sedikit kurang kondusif akibat kenaikan rasio kredit bermasalah naik, berarti dividen per saham senilai Rp239 per saham. Jika harga BBRI berada di Rp1.900, berarti tingkat dividen yield yang diterima jika membeli di harga tersebut sebesar 12,57 persen. Jelas ini tingkat dividen yield yang sangat besar.
Bahkan, harga saham BBRI di Rp3.000 per saham pun masih memberikan tingkat dividend yield sebesar 7,96 persen dengan asumsi dividen tersebut. Apakah tingkat yield itu menarik? jelas menarik jika dibandingkan dengan tingkat yield SBN yang tersedia. Serta, menjadi tingkat dividend yield yang tinggi secara historis BBRI.
Dengan tingkat harga saham BBRI di Rp4.000 per saham pun tingkat dividend yield BBRI sekitar 5,97 persen. Dividend yield yang cukup menarik dengan skala saham yang punya bobot besar ke IHSG. Artinya, setiap harga saham menyentuh level Rp4.000, bahkan mendekati Rp3.900 per saham, tingkat beli akan meningkat sehingga akan sulit saham BBRI turun lebih dalam.
Fenomena Saham ACES Desember 2020 - Desember 2022
Ada dua saham dividen lainnya yang sempat mengalami penurunan harga yang cukup signifikan, tapi mampu bangkit dengan cepat. Kedua saham itu adalah ACES.
Harga saham ACES pernah mengalami penurunan sebesar 78 persen dalam periode Desember 2020 hingga Desember 2022. Penurunan itu ada hubungannya dengan prospek ACES saat suku bunga tinggi karena sepanjang 2022 mulai berjalan pengetatan moneter. Dengan bisnis cyclical dan harga yang sudah kadung ketinggian, banyak yang ingin take profit saham tersebut.
Harga terendah ACES ada di Rp392 per saham pada 20 Desember 2024. Saat itu, banyak yang panik dan menilai ada hal yang buruk dengan ACES. Padahal, ACES salah satu saham zero debt atau tidak punya utang berbunga.
Sebenarnya, dengan asumsi tingkat dividen payout rasio ACES yang normal ada di 50 persen, prospek dividen ACES dari tahun buku 2022 hanya Rp19,5 per saham. Dengan harga saham terendah di Rp392 per saham berarti tingkat dividen yield 4,97 persen. Apakah itu menarik?
Jika dibandingkan dengan instrumen lain, jelas tingkat yield itu kurang menarik. Toh, di SBN ritel bisa dapat 6 persen per tahun.
Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata historisnya, tingkat yield ACES itu menarik. Sebelumnya, rata-rata tingkat dividend yield ACES ada di 2-3 persen.
Apalagi, ditambah kejutan ternyata dividend payout rasio ACES dinaikkan menjadi 79 persen pada tahun buku 2022. Total dividen yang diberikan Rp31,06 per saham. Artinya, para holder di harga Rp392 per saham bisa dapat tingkat yield 7,9 persen. Dari sini, tingkat permintaan beli saham ACES perlahan meningkat.
Penyebab Saham UNVR Turun
Jika teori saham dividen tersebut benar, lalu kenapa harga saham UNVR turun terus, padahal perseroan rutin bagi dividen dengan tingkat dividend payout ratio hingga 100 persen. Apa yang salah dengan UNVR?
Harga saham UNVR turun bukan terkait siklus atau sentimen eksternal, melainkan permasalahan internal, yakni perseroan sulit mendorong pertumbuhan bisnisnya bisa lebih tinggi lagi. Bahkan, UNVR mulai mencatatkan penurunan laba bersih per 2019 sebesar 22,16 persen menjadi Rp7,09 triliun.
Penurunan laba bersih UNVR berarti membuat tingkat dividen juga ikut turun. Apalagi, selama ini mereka rutin membagikan dividen 100 persen laba bersih. Artinya, tidak ada ruang yang bisa diotak-atik untuk membuat dividen UNVR menjadi terlihat menarik.
Bahkan, hingga 2023, laba bersih UNVR hanya tersisa Rp4,8 triliun. Kondisi itu yang membuat saham UNVR sulit naik ke level akhir 2019 yang berada di Rp8.000 per saham. Alasannya, tidak ada daya tarik saham UNVR, terutama dari dividen karena kinerjanya terus turun.
Saat pembagian dividen tahun buku 2019 di 2020, UNVR masih bisa memberikan insentif dengan mendorong dividen per saham naik menjadi senilai Rp107 per saham dibandingkan dengan tahun buku 2018 senilai Rp86 per saham (adjusted stock split).
Namun, tingkat dividen itu jelas sudah tidak menarik bagi holder di Rp8.000 per saham, karena tingkat yield hanya 1,25 persen. Bahkan, saat posisi hold di Rp5.500 per saham pun juga kurang menarik karena tingkat yield hanya 1,81 persen.
Ditambah, prospek kinerja UNVR sudah diperkirakan terus menurun sehingga prospek dividen ke depan juga makin rendah.
Meski begitu, UNVR mencoba menormalisasi harga sahamnya agar menjadi menarik dengan membagikan dividen tingkat payout rasio sebesar 111 persen menjadi Rp140 per saham. Jika hold di harga bawah Rp2.300 per saham, tingkat dividen yield menjadi 6 persen. Angka ini jelas menarik dan menjadi penyebab harga UNVR sempat naik dalam beberapa waktu terakhir.
Namun, masalahnya pembagian dividen itu memiliki tingkat payout rasio hingga 111 persen. Sementara, UNVR belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan kinerja. Untuk itu, harga saham UNVR akan menyesuaikan dengan prospek dan realisasi kinerja keuangan hingga banyak investor besar mulai tertarik membeli sahamnya kembali.
Jika kinerja UNVR cenderung stagnan, harga saham UNVR akan menarik di sekitar Rp2.500 karena dengan asumsi laba bersih per saham di Rp126 per saham, serta dividend payout rasio tetap 100 persen. Harga rata-rata Rp2.500 per saham menjadi titik terbaik untuk mendapatkan tingkat dividend yield 5,04 persen.
Namun, ketika kinerja UNVR mulai tumbuh, harga saham perseroan akan beranjak mulai naik dengan menjaga tingkat rentang dividend yield yang menarik sekitar 4-5 persen..
Bagaimana dengan Saham Cyclical?
Untuk melihat saham cyclical dari sisi dividennya lebih rumit dibandingkan non-cyclical. Pasalnya, kinerja keuangan saham cyclical bergerak sesuai dengan kondisi siklus pendukungnya. Misalnya, harga komoditas akan menjadi penentu bagaimana nasib bisnis emiten komoditas tersebut.
Salah satu contoh menarik adalah ITMG. Saham ITMG pernah turun sangat dalam hingga ke level Rp4.300 per saham pada 2015. Penurunan itu bukan karena aksi stock split karena emiten ini belum pernah stock split, tapi murni fluktuasi harga sahamnya.
Kenapa harga saham ITMG bisa turun sangat dalam dan bisa naik lagi? jawabannya ada di realisasi kinerja dan pembagian dividen.
ITMG menjadi emiten yang rutin bagi dividen dengan bisnisnya cukup cyclical, yakni di sektor pertambangan batu bara. Harga saham ITMG turun sangat drastis dari level Rp57.000 per saham pada 2011 menjadi Rp4.300 per saham pada Januari 2016. Apa yang menyebabkan harga saham ITMG turun drastis?
Penurunan harga saham itu terjadi karena seiring dengan penurunan dividen yang diberikan. Penurunan dividen terjadi karena adanya penurunan kinerja keuangan akibat siklus harga batu bara yang terus turun.
ITMG terus mencatatkan penurunan tingkat dividen dari tahun buku 2012 total senilai Rp3.130 per saham hingga tahun buku 2015 senilai Rp812 per saham. Sehingga total penurunan dividen dalam 4 tahun itu sebesar 74 persen.
Penurunan dividen itu juga selaras dengan penurunan kinerja keuangan dari rata-rata laba bersih Rp4 triliun di 2011-2012, menjadi Rp2 triliun di 2013-2014, hingga hanya Rp871 miliar pada 2015.
Namun, setelah laba bersih kembali naik dan dividen kembali bertumbuh, harga saham juga mulai naik. Kenapa? karena saham ITMG kembali dinilai menarik.
Kesimpulan
Dividen menjadi salah satu metriks alasan investor membeli saham tersebut. Jika dividen meningkat, harga saham akan naik karena peminatnya bertambah. Namun, saat dividen turun, harga saham akan turun karena peminatnya juga turun.
Bicara dividen akan berhubungan erat dengan kinerja keuangan perseroan. Semakin bagus kinerja perseroan, berarti ada potensi dividen terus bertumbuh sehingga peminat beli saham tersebut di harga lebih tinggi juga makin banyak.
Hal itu membuat harga saham bisa naik lebih tinggi lagi dan memberikan keuntungan bagi holder yang pegang di bawah. Untuk itu, tips investasi saham dividen beli di harga bawah, jika tidak sabar gunakan strategi dollar cost averaging secara konsisten.
Mau Tau Saham Dividen Apa yang Lagi Murah? Kami Akan Tulis di 24 Digest Juni (Publikasi Bulanan Mikirdividen)
Join Mikirdividen sekarang untuk mendapatkan banyak benefit serta strategi investasi dan diskusi dengan para investor saham. Berikut benefit gabung mikirdividen:
- Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
- Event online bulanan
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini