Kenapa dan Sampai Kapan IHSG Turun? Ini 4 Saham yang Sudah Murah
IHSG melanjutkan tren penurunan 2 pekan berturut-turut, tekanan makin besar sertalah Donald Trump menjadi presiden AS. Kira-kira, apa yang bikin IHSG turun dan sampai kapan?
Mikirduit – IHSG mencatatkan penurunan hampir 6 persen dalam 2 pekan terakhir. Puncaknya, setelah Donald Trump memenangkan pemilu di AS, IHSG langsung jebol turun 1 persen dalam sehari. Pertanyaannya, bagaimana strategi investasi saat market dalam kondisi tertekan saat ini? dan apa yang sebenarnya terjadi?
Banyak pertanyaan yang muncul, kenapa saat Donald Trump terpilih menjadi presiden, IHSG langsung merah, dan saham big caps rata-rata mencatatkan penurunan yang signifikan?
Pertama, Ada kekhawatiran jika Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat, akan ada kebijakan proteksi dari AS seperti bea impor barang. Hal itu bisa membuat pemulihan ekonomi China menjadi semakin lama. Kondisi itu bisa berdampak buruk terhadap negara-negara eksportir komoditas, seperti Indonesia, yang berharap ekonomi China bisa pulih.
Kedua, Trump ingin memangkas pajak perusahaan untuk menjadikan kembali AS sebagai negara industri. Ini juga cukup berisiko karena jika pajak dipangkas, pendapatan AS bisa menurun. Padahal, dalam kondisi saat ini, ekonomi AS tengah mengalami defisit yang sangat besar. Hal ini yang tidak pernah dibahas oleh kedua calon kuat presiden AS kemarin. Kondisi ini berisiko untuk ekonomi AS, yang juga berefek ke ekonomi global.
Dari dua itu saja, banyak kekhawatiran efek Donald Trump menjadi presiden terhadap ekonomi dunia. Sehingga, beberapa investor besar juga melakukan wait and see dan stay di aset yang lebih aman. Meski, setelah Donald Trump terpilih harga emas dunia sempat turun.
Apa yang terjadi dan harus dilakukan oleh Investor?
Dalam kondisi ini, investor asing berpotensi melakukan aksi jual bersih dalam jangka pendek. Namun, nominal aksi jual bersih sudah mulai terbatas. Pasalnya, dalam sebulan terakhir, net sell asing sudah tembus Rp5,25 triliun.
Risiko terburuk pertama, kami menilai IHSG bisa turun hingga 7.000, sedangkan jika tidak disokong oleh saham-saham yang fenomenal seperti milik Prajogo Pangestu, AMMN, dan PANI, IHSG bisa tembus ke 6.700.
Jika IHSG tembus ke 6.700, penurunan tidak hanya terjadi di saham yang berbobot besar ke IHSG, tapi juga saham-saham secondliner. Namun, skenario terburuk ke 6.700 bisa tidak terjadi karena di saat yang sama ada prospek penurunan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia.
Federal Reserve (The Fed) bakal mengumumkan hasil rapat pada 8 November 2024, sedangkan Bank Indonesia akan melakukan rapat dewan gubernur pada 19-20 November 2024.
Sejauh ini, ekspektasinya The Fed akan turunkan 1-2 kali suku bunga dalam sisa 2 pertemuan (termasuk yang lagi berlangsung di November). Maksimal penurunan kemungkinan 50 bps dari total dua pertemuan tersebut.
Sementara itu, BI diperkirakan mulai menurunkan suku bunga bertahap sebesar 25 bps pada November dan 25 bps pada Desember jika The Fed melakukan penurunan suku bunga lebih dulu.
Dalam jangka pendek, penurunan suku bunga BI dan The Fed bisa menjadi obat dari tekanan di pasar saham oleh hasil Pilpres di AS. Secara jangka panjang, penurunan suku bunga yang dilakukan di sisa tahun ini akan mulai terasa ke sektor riil pada semester II/2025. Harapannya, kinerja keuangan emiten di semester II/2025 akan lebih baik.
Artinya, dalam jangka panjang, saham-saham yang punya fundamental bagus, tapi kinerjanya masih tertekan bisa berpotensi bangkit. Sehingga penurunan saat ini menjadi peluang bagus untuk koleksi saham-saham tersebut.
Sehingga saat kinerja keuangan emiten dengan bobot besar ke IHSG sudah pulih, ada potensi dilirik asing. Ditambah, jika ekonomi mulai membaik dan beberapa lembaga keuangan upgrade pasar saham Indonesia lagi, bisa jadi obat untuk kembali mendorong naik harga saham yang sering diborong asing. Meski, hal ini tidak akan terjadi di sisa tahun ini.
Pilihan Saham yang Murah dan Punya Potensi Naik
Ada beberapa saham dengan bobot besar ke IHSG yang sudah murah, tapi juga belum terlalu murah. Dari analisis kami, sektor saham yang akan menarik dilirik adalah perbankan, big caps di luar perbankan dengan free float dan bobot besar ke IHSG, saham defensif, dan saham logam industri (nikel dan tembaga). Untuk timah, harganya sudah terlampau tinggi sehingga risiko normalisasi harga sangat besar.
Dari 25 saham dengan market cap terbesar, kami menilai ada 4 saham yang posisinya sudah cukup murah dan punya potensi naik.
Pertama, BBRI yang sepanjang 2024 hingga 7 November 2024 sudah mencatatkan penurunan sebesar 19,3 persen. Penurunan kinerja saham BBRI selaras dengan perlambatan kinerja keuangannya dibandingkan dengan 3 big bank lainnya.
Namun, perlambatan kinerja keuangan BBRI juga disebabkan oleh faktor eksternal seperti suku bunga tinggi hingga dihapusnya insentif restrukturisasi UMKM sejak akhir Maret 2024. Hal itu membuat BBRI mencadangkan lebih banyak pencadangan yang mempengaruhi kinerja laba bersihnya.
Overall, BBRI di area Rp4.000 sampai Rp4.500 akan sangat menarik untuk periode hold 1-2 tahun (lebih panjang juga boleh). Soalnya, kinerja BBRI di 2025 berpotensi tumbuh lebih tinggi karena beban bunga berpotensi lebih rendah selaras dengan penurunan suku bunga.
Kedua, TLKM sudah mencatatkan penurunan harga saham sebesar 30,83 persen sepanjang 2024. Beberapa momen penurunan saham TLKM terjadi karena laba bersih perseroan terbebani oleh program pensiun dini, serta pertumbuhan pendapatan yang masih sangat lemah. Jika dibandingkan antara TLKM dan BBRI, kami lebih yakin dengan prospek BBRI.
Sementara itu, kami menilai saham TLKM akan menarik dalam periode mid-term saat asing mulai memburu saham di Indonesia lagi yang bisa terjadi di Desember hingga periode pembagian dividen.
Selain itu, momen terbesar saham TLKM adalah jika sudah ada kejelasan terkait prospek bisnis data center yang ingin dikembangkan perseroan, serta penetrasi 5G yang lebih agresif.
Saham TLKM cukup menarik diborong di area Rp2.600 - Rp2.800 untuk bisa mengejar target keuntungan mid term di Rp3.300.
Ketiga, Saham ASII mencatatkan penurunan harga saham sebesar 10,6 persen sepanjang 2024. Per 7 November 2024, kami menilai harga saham ASII belum berada di posisi terbaik untuk dibeli, meski masih terhitung murah untuk target jangka panjang.
Saham ASII akan menarik jika kita bisa masuk di bawah Rp5.000 per saham. Titik yang bisa dipantau untuk saham ASII antara lain, Rp4.900, Rp4.500, dan RP4.200.
Namun, melihat hasil kinerja keuangan ASII yang justru berbalik positif, dapat di harga Rp4.900 juga sudah cukup bagus. Pasalnya, kinerja ASII mulai ditopang oleh segmen keuangan dan UNTR yang pulih di atas ekspektasi sebelumnya.
Keempat, Saham KLBF mencatatkan penurunan sebesar 2,16 persen sepanjang 2024. Kami menilai saham KLBF menjadi yang salah satu cukup menarik karena perseroan mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih kembali setelah mengalami penurunan pada 2023 silam.
Pemulihan kinerja KLBF cukup konsisten hingga kuartal III/2024, sehingga kami optimistis, KLBF bisa mendapatkan pertumbuhan laba bersih minimal 11,31 persen.
Kami ekspektasi harga wajar KLBF ada di Rp1.934 per saham.
Hanya saja, kinerja KLBF memang dipengaruhi dengan nilai tukar rupiah. Sehingga saat rupiah melemah bisa jadi sentimen negatif untuk KLBF. Ditambah, saham KLBF bergerak cukup lambat dibandingkan dengan saham sektor lainnya.
Kesimpulan
Saat kondisi market kurang bagus seperti ini, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan.
Pertama, kamu bisa mulai take profit yang sudah untung tipis-tipis dan ada risiko koreksi, atau yang sudah untung besar dan valuasinya terlalu mahal, serta cut loss saham-saham yang lagi floating loss asal ikhlas. Dari situ, kita memiliki cash baru untuk bisa masuk ke saham-saham yang posisinya murah dan punya potensi upside besar.
Kedua, jika merasa average price yang dipegang di saham tersebut sangat rendah dan kamu tidak rela untuk take profit (karena beranggapan belum tentu mendapatkan harga rata-rata segitu lagi), kamu bisa menjual saham di porto yang untungnya tipis dan rugi tipis (kalau rugi dalam dan ikhlas di cut loss juga tidak apa-apa). Lalu, pindahkan ke saham lainnya yang masih murah sehingga harapannya keuntungan bisa lebih optimal.
Kondisi pasar saham saat ini penuh dengan ketidakpastian, sehingga dibutuhkan respons cepat dari setiap saham yang akan dibeli atau sudah dimiliki untuk mendapatkan keuntungan optimal, serta meredam kerugian.
Yuk Join Grup Mikirdividen untuk Dapat Pilihan Saham Investasi Jangka Panjang Serta Diskusi dan Update Saham Eksklusif Bersama Ratusan Investor Saham Lainnya
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini . Ada promo spesial diskon langsung Rp200.000 untuk langganan setahun! CUMA SAMPAI 31 Desember 2024 dan Kuota terbatas!
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini