Ketika Saham WMUU dan WMPP Berhenti Berkokok
Saham WMUU pernah viral di masanya, tapi kini saham itu tidur nyenyak di Rp50 dengan tato notasi khusus. Apa yang membuat itu semua terjadi?
Mikirduit – WMUU bersama induknya WMPP sempat meramaikan kisah pendatang baru yang cukup heboh di pasar saham. IPO sejak 2021, WMUU mungkin lebih ramai bukan karena auto rejection atas berjilid-jilid, tapi fluktuasi harga sahamnya yang cukup tinggi. Kini, keduanya penghuni saham gocap, apa yang membuat kedua saham ini tidur?
WMUU adalah anak usaha WMPP yang bergerak di sektor perternakan ayam. Sementara itu, induk usahanya WMPP memiliki beberapa lini bisnis, dari peternakan ayam, sapi, olahan daging, dan konstruksi. Pengendali utama dari kedua emiten ini adalah Tumiyana, yang pernah menjabat bos PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
WMUU IPO pada Februari 2021 dengan menghimpun dana sekitar Rp349 miliar. Saat itu, WMUU menawarkan harga IPO di level Rp180 per saham. WMUU berencana menggunakan dana IPO itu sebanyak 74 persen untuk ekspansi bisnis seperti, membangun fasilitas Breeding PS Farm di Gunung Kidul, pembangunan fasilitas Layer Commercial Farm di Klaten, membangun faislitas hatchery di Sukabumi, membangun fasilitas broiler commercial farm di Wonogiri, membangun fasilitas Slaughterhouse di Cianjur, dan membangun Feedmill di Ngawi. Lalu, sisanya digunakan untuk modal kerja seperti bahan baku feedmill dan pembelian ayam broiler komersial untuk Slaughterhouse atau rumah potong.
Seluruh dana IPO WMUU itu pun sudah dilaporkan sudah digunakan sesuai dengan rencana dalam prospektus.
10 bulan kemudian, induk usahanya, yakni WMPP juga IPO dengan harga penawaran Rp160 per saham. Dari aksi ini, WMPP menghimpun dana sekitar Rp707 miliar. Dalam prospektusnya, WMPP berencana menggunakan sekitar 11,5 persen dana IPO untuk pengembangan kerja sama operasi export yard, logistik, dan rumah potong hewan di Australia. Lalu, 19 persen digunakan untuk membiayai pembangunan fasilitas peternakan terintegrasi dan perkebunan jagung di Sumatera,Sulawesi, dan Papua.Lalu, 19 persen-nya untuk penyetoran modal ke anak usaha, terakhir sisanya 50,5 persen untuk modal kerja.
Namun, di tengah jalan, WMPP mengubah rencana penggunaan dana IPO, di mana proyek di Australia dan pembangunan peternakan terintegrasi batal. Sehingga 80 persen dana IPO untuk modal kerja, dan sisanya penyetoran ke anak usaha. Sayangnya, kami tidak menemukan pernyataaan dan alasan WMPP mengubah rencana penggunaan dana IPO tersebut.
Kinerja Keuangan WMUU dan WMPP
Jika melihat kinerja tren tahunan hingga 2022. WMPP maupun WMUU cenderung mencatatkan penurunan kinerja setelah IPO. Gross profit margin WMPP sempat 14 persen pada 2020, tapi setelah IPO di 2021 turun menjadi 13,36 persen. Bahkan, hingga 2022 hanya 7,67 persen dengan kondisi rugi bersih Rp317 miliar.
Hingga kuartal III/2023, kinerja WMPP makin memburuk setelah pendapatan turun 77,92 persen menjadi Rp737 miliar. Posisi rugi bersih pun makin menumpuk menjadi Rp263 miliar. Masalahnya, WMPP punya total utang berbunga hingga Rp2,91 triliun di mana, 67 persennya berupa utang jangka pendek yang setara Rp1,95 triliun.
Nominal itu sangat berisiko tinggi karena perseroan cuma punya kas dan setara kas Rp25 miliar, sedangkan kondisi free cashflow negatif, serta jumlah ekuitas hanya Rp1,5 triliun.
Problem dari WMPP ini adalah, perseroan memiliki cukup banyak bisnis, tapi kontribusi terbesar justru dari WMUU lewat bisnis karkas. Ketika bisnis karkas lesu, kinerja pun turun drastis. Adapun, dana IPO Rp700 miliar itu tidak mampu mendorong skala bisnis WMPP bisa menjadi lebih besar lagi.
Tidak jauh berbeda, WMUU juga sempat mencatatkan gross profit margin sebesar 14 persen pada 2020, tapi setelah itu malah turun ke 13,75 persen hingga di 2022 tersisa 7,67 persen dengan kondisi rugi bersih Rp9 miliar.
Kinerja WMUU di kuartal III/2023 juga memburuk signifikan setelah pendapatan turun 86,5 persen dengan posisi rugi Rp69 miliar. Penurunan pendapatan signifikan WMUU ini pula yang jadi faktor penyebab kinerja WMPP hancur lebur. Apa yang menyebabkannya?
Sebenarnya, bisnis peternakan WMUU tidak ada masalah seperti, omzet dari ayam broiler komersial naik 89 persen menjadi Rp55 miliar. Lalu, bisnis telur juga mencatatkan omzet menjadi Rp22 miliar dibandingkan dengan Rp1,5 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. Penurunan omzet di bisnis pakan dan days old chick (DOC) memang cukup dalam masing-masing turun 37 persen dan 45 persen, tapi kontribusinya ke pendapatan kecil.
Masalahnya adalah pendapatan dari karkas yang turun 93 persen menjadi Rp128 miliar. Padahal di tahun sebelumnya, omzet dari karkas ini menjadi yang terbesar mencapai lebih dari 90 persen.
Dari sisi rasio risiko kredit dengan debt to equity ratio (DER), WMUU lebih baik dari induknya karena hanya memiliki DER 0,72 kali. Masalahnya, dari total utang jangka pendek sekitar Rp150 miliar itu saja, perseroan berpotensi sulit melunasinya. Pasalnya, dari kas dan setara kas hanya ada Rp1,28 miliar dan freecashflow negatif. Jika pendapatan terus turun, bagaimana nasib cicilan utang yang jika mereferensikan di 2022, selama setahun itu sekitar Rp80 miliar. Di mana, artinya, cicilan utang bisa mencapai hampir 50 persen dari pendapatan WMUU 2023 yang disetahunkan. Jadi, tingkat risiko kredit WMUU tetap tinggi meski DER rendah.
Pertanyaannya, apa yang membuat kinerja pendapatan karkas WMUU tiba-tiba jeblok signifikan dan membuat kinerja WMPP juga jeblok?
Deretan Cerita Notasi di Mikirduit:
- Kisah Saham FREN yang Rugi Terus Tapi Masih Bisa Bertahan Hidup
- Mimpi Besar MNC di BABP dan Nasib Merger dengan NOBU
- Saham AISA yang Menjadi Pesakitan di ICBP
- KIJA yang Tiba-tiba Terancam Bangkrut Pada 2019
- Saham TPIA, Proyek Petrokimia Soeharto yang Diambil Alih Prajogo
- Saham PPRO Pernah Jadi Primadona, Kini Nyaman di Gocap
- Saham UNVR Si Raksasa Consumer Goods yang Terjatuh
- Nasib Saham BTPS, Eks Ladang Cuan T.P Rachmat yang Lagi Turun
- Saham BEKS, Proyek Bank Sandiaga-Rosan yang Gagal
- Kisah Saham POLL Sempat Mendunia Kini Melempem
- Saham MAYA Disanksi OJK, Ini Kronologi dan Prospeknya
Berita Negatif Sebelum WMPP dan WMUU Jatuh Ke Gocap
Sebelum harga saham WMUU dan WMPP longsor ke Rp50 dan mendapatkan notasi efek pemantauan khusus, ada beberapa kejadian berita negatif.
Beberapa kejadian itu antara lain,
Pertama, WMUU diduga melakukan penggelapan dan pemalsuan dokumen dalam proses IPO induk usahanya WMPP pada Desember 2021. Namun, pihak manajemen WMUU langsung membantah hal tersebut lewat keterbukaan informasi.
Kedua, WMUU sempat digugat penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) oleh PT Groot Karya Persada pada 15 Agustus 2022. Meski, tidak jelas kewajiban utang apa yang terjadi karena tidak tertulis di laporan keuangan 2021 hingga 2023.
Namun, manajemen WMUU mengungkapkan PKPU yang diajukan itu sifatnya prematur karena belum dapat ditentukan berapa nilai kewajiban perseroan maupun tanggung jawab kerja yang harus dipenuhi perusahaan pengunggat.
Sampai akhirnya, WMUU mengumumkan kalau Groot Karya Persada sudah mencabut gugatan PKPU dan kedua belah pihak sudah mencapai kesepakatan damai pada 24 Agustus 2022.
Jika kami lihat, Groot ini adalah perusahaan konstruksi yang berada kaitannya dengan bisnis konstruksi WMPP. Namun, memang tidak dijelaskan masalah kewajiban PKPU tersebut, apakah termasuk konstruksi peternakan dan proyek WMUU juga atau tidak.
Ketiga, ada dugaan saham WMUU direpo karena WMPP sempat menjual sekitar 521,06 juta lembar dari total 7,67 miliar lembar yang dimilikinya pada Juni 2022. Dengan begitu, setelah transaksi kepemilikan WMPP di WMUU turun menjadi 55 persen dibandingkan dengan sebelumnya 59 persen. Adapun, saat ini (12 Januari 2024), kepemilikan WMPP hanya tersisa 43 persen.
Dari deretan ketiga berita negatif ini, memang tidak ditemukan juga fakta yang mempengaruhi penurunan pendapatan Karkas WMUU yang bikin jeblok kinerja keuangan Grup Widodo Makmur ini. Apalagi, dalam transaksi penjualan Karkas juga tidak ada entitas di atas 10 persen yang tertulis di laporan keuangan. Sehingga, hal itu bisa disebabkan banyak faktor permintaan yang turun atau hal lain yang belum terungkap.
Kesimpulan
Secara umum bisnis peternakan memang tengah dilanda tekanan akibat Elnino yang mendorong harga bahan baku pakan ternak naik. Namun, penurunan harga saham WMPP dan WMUU sejak 2022 hingga jatuh ke gocap pada 2023 jelas merupakan hal lain di luar sektoral.
Ditambah, akumulasi dana IPO yang telah dihimpun oleh Grup Widodo Makmur ini mencapai Rp1 triliun. Namun, dengan dana sebesar itu, perseroan tidak mampu mendorong kinerja menjadi lebih positif, minimal mampu meredam tekanan sektoral. Malah, kinerja mereka terbebani oleh utang yang cukup tinggi, terutama di WMPP. Sementara, di WMUU utangnya memang masih terlihat wajar, tapi dengan kondisi cash yang sedikit dan penjualan merosot signifikan jelas jadi salah satu risiko bagi perseroan ke depannya dalam jangka pendek
Kamu ada yang nyangkut di saham Grup Widodo Makmur milik eks Dirut WIKA ini?
Mau dapat guideline saham dividen 2024-2025?
Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini