Kisah Peter Lynch Cuan Luber dari Saham yang Mau Bangkrut

Peter Lynch pernah beli saham yang mau bangkrut. Rekannya sudah pesimistis, tapi ternyata saham itu malah cuan luber-luber. Kok bisa?

Kisah Peter Lynch Cuan Luber dari Saham yang Mau Bangkrut

Mikir Duit – Kisah Peter Lynch yang cukup termashur adalah ketika dia mampu mengembangkan reksa dananya Magellan Fund dalam kondisi market yang tidak begitu baik pada periode 1977 - 1982. Bahkan, Peter Lynch bisa cuan luber-luber di saham yang mau bangkrut. Kok bisa ya?

Seberapa sukses Peter Lynch? jika dituliskan dalam angka-angka, tingkat kesuksesan Peter Lynch bisa dihitung seperti ini. “Jika kamu menginvestasikan 1.000 dolar AS pada 1977 di Magellan Fund, ketika Lynch pensiun pada 1990, uang itu sudah menjadi 28.000 dolar AS”

Seberapa banyak tuh? ya kita kasih gambaran dengan konversi menggunakan kurs saat ini, dari modal Rp14 juta dalam hampir 15 tahun bisa menjadi Rp400 juta. Menarik kan?

Lebih menarik adalah periode ketika Lynch mengembangkan Magellan fund tersebut, yakni periode ekonomi yang sedang kacau. Ada krisis minyak, stagflasi akibat kebijakan Amerika Serikat (AS), hingga ekonomi yang resesi. Bagaimana cara Lynch mengembangkan dana saat kondisi sulit itu ya?

BACA JUGA: Inspirasi Peter Lynch Edisi Sebelumnya "Cara Peter Lynch Menemukan Saham yang Bisa Cuan 30 Kali Lipat"

Filosofi Investasi Peter Lynch

Sebenarnya, meski ekonomi carut marut pada medio 1977-1982, tapi pasar saham masih bergerak naik, meski kebanyakan sideways-nya.

Buktinya, jika kita kalkulasikan investasi senilai 100 dolar AS pada 1977, maka nilai investasi itu akan bertumbuh sekitar 88 persen menjadi 188 dolar AS pada 1982. Bukan kondisi market yang buruk kan? tapi tidak bagus juga sebenarnya. Soalnya, beberapa kali indeks S&P500 pernah turun dalam secara bulanan, seperti di Oktober 1978 turun 5,44 persen, bahkan Februari 1980 turun 8,78 persen. Tren market mulai bullish pada 1981-1982.

Peter Lynch pun mengungkapkan mampu mencatatkan kinerja Magellan Fund yang spektakuler saat pasar saham sideways karena dirinya cenderung fleksibel.

"Maksudnya, saya akan melihat banyak perusahaan untuk menemukan 1 berlian. Misalnya, saya menganalisis 10 saham, berarti ada 1 yang bagus, begitu juga jika 20 saham berarti ada 2 yang bagus. Bahkan, jika analisis 100 saham, kita bisa menemukan 100 yang bagus," ujarnya.

Lynch mengaku tidak terpaku hanya ke satu sektor, tapi dia benar-benar mencari berlian di tengah tumpukkan jerami.

Seperti, pada periode itu Lynch memang memilih saham di sektor baja dan tekstil, terutama perusahaan yang sudah punya serikat pekerja. Alasannya kuat, waktu itu industri lagi bertumbuh sangat besar.

Namun, Lynch tidak terpaku hanya di sektor itu, dia juga melirik saham-saham restoran kecil, seperti Taco  Bell, sekarang berada di bawah Yum! Corps.

"Mungkin orang tidak akan melirik saham perusahaan kecil, tapi saya bisa memilih saham itu karena mengetahui prospeknya bagus setelah melakukan analisis di banyak saham yang saya sebutkan diawal," ceritanya.

Di sini, Lynch memiliki filosofi, orang yang paling banyak membalik batu [terms analisis saham] adalah yang akan memenangkan permainan.

Peter Lynch Beli Saham yang Mau Bangkrut, tapi Auto Cuan

Salah satu fenomena Peter Lynch pada 1980-an adalah keputusannya membeli saham Chrysler, produsen mobil Amerika Serikat (AS) yang terancam bangkrut kala itu. Bagaimana tidak, Chrysler mencatatkan kerugian sekitar 1,71 miliar dolar AS, kalau dengan kurs saat ini setara Rp25 triliun.

Peter Lynch bercerita ketika dirinya ingin membeli Chrysler, beberapa kerabat dan temannya pesimistis dan bertanya, bagaimana kamu bisa merekomendasikan produsen mobil yang mau bangkrut itu? dan menyepelekannya dengan menganggap Lynch tidak mengetahui kalau perusahaan itu mau bangkrut. Bahkan, dirinya dikatakan gila.

Namun, Chrysler justru jadi salah satu saham pemenang milik Magellan Fund. Kok bisa? apa yang terjadi?

Jika kerabat Lynch menilai rekannya itu tidak mengetahui Chrysler bakal bangkrut, tapi sebaliknya kerabat Lynch itu yang tidak tahu kalau produsen mobil itu sudah mendapatkan persetujuan penyelamatan perusahaan oleh pemerintah. Lynch mungkin mendapatkan informasi tentang perusahaan mobil itu akan mendapatkan bantuan pemerintah yang membuat berani bertaruh di saham tersebut.

Hal itu wajar, sesuai dengan filosofi Lynch di awal, orang yang paling banyak membalik batu adalah yang jadi pemenangnya. Pada 1980-an, sektor saham yang booming adalah sektor otomotif. Produsen otomotif saling bersaing dengan ketat, dari produsen otomotif Amerika Serikat, Jepang, hingga Eropa untuk memperebutkan pangsa pasar.

Nah, Lynch menemukan fakta menarik tentang Chrysler, produsen mobil asal AS yang mau diselamatkan pemerintah tersebut. Hasilnya, harga saham Chrysler melejit hingga berencana melakukan stock split atau pemecahan nilai saham sepuluh tahun kemudian pada 1990-an.

Kesimpulan

Jika kita mempelajari filosofi Peter Lynch ini sebenarnya sederhana, analisis seluruh saham yang ada di bursa, maka kita bisa menemukan berlian pemenangnya. Tentunya, analisis secara menyeluruh ya, bukan cuma lihat laba bersih doang.

Jadi, kamu siap membalikkan batu paling banyak untuk menjadi pemenang?