Lo Kheng Hong Cuan Miliaran dari Dividen BBRI, Begini Strategi Investasi dengan Dana Terbatas
Lo Kheng hong tiba-tiba jadi holder BBRI dan langsung cuan miliaran rupiah dari dividennya. Apakah investor ritel dengan modal terbatas bisa seperti itu?

Mikirduit – Salah satu kejutan dari RUPS Tahunan BBRI pada 24 Maret 2025 adalah kehadiran Lo Kheng Hong yang ternyata juga menjadi salah satu pemegang saham di bank BUMN tersebut. Namun, banyak suara yang menilai wajar Lo Kheng Hong borong BBRI karena dengan skala modalnya bisa mendapatkan dividen yang menarik. Lalu. apakah saham seperti BBRI menjadi tidak menarik untuk investor ritel dengan skala lebih kecil?
Lo Kheng Hong memiliki sekitar 64,63 juta lembar saham BBRI. Jika menggunakan asumsi harga rata-rata BBRI yang dimilikinya sekitar Rp3.500 per saham, berarti total dana investasinya mencapai Rp224 miliar.
Dengan dividen final Rp208 per saham, berarti Lo Kheng Hong mendapatkan senilai Rp13 miliar. Meski, persentase yield dividennya hanya 5 persen, tapi dengan skala modal yang besar membuat nilainya tetap menarik.
Jika melihat hasil akhirnya, memang dividend investing lebih menarik untuk investor yang skala modalnya lebih besar. Namun, bukan berarti hal itu tidak cocok untuk investor dengan skala modalnya lebih kecil.
Strategi dividend investing bisa menjadi puzzle strategi investasimu yang modalnya masih terbatas, jadi tidak digunakan sebagai strategi tunggal.
Dalam strategi Mikirdividen, kami membagi alokasi portofolio menjadi tiga bagian, yakni dividend investing (jangka panjang), value dan growth investing mengejar capital gain (jangka menengah), dan trading jangka pendek.
Dividend investing memiliki timeframe investasi jangka panjang bisa lebih dari 3 tahun (bahkan bisa tembus 10 tahun jika karakter sahamnya bukan cyclical).
Value dan growth investing memiliki timeframe investasi sekitar 2 tahun dengan potensi perpanjangan maksimal 3 tahun. Dengan syarat harus beli di harga yang murah, bukan lagi di pucuk. Jika beli di pucuk ada potensi periode holding lebih lama. Untuk kategori saham ini tidak wajib ada dividen, tapi jika ada dividen lebih baik sebagai uang tunggu.
Trading jangka pendek, untuk mengincar keuntungan jangka pendek kurang dari 1 tahun dari saham-saham yang memiliki momentum.
(Keterangan: ini hanya aset yang dialokasikan di saham, kami tidak merekomendasikan seluruh aset ditempatkan ke saham, tapi bisa dibagi ke beberapa aset lainnya sesuai dengan kebutuhan).
Strategi ini memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan.
Kelebihan, kamu bisa membagi risiko sesuai dengan kesiapan dirimu (sesuai profil risiko). Jika kamu tipe agresif (siap menghadapi risiko), porsi dividend investing bisa 40 persen, value growth investing 30 persen, dan 30 persen sisanya trading jangka pendek. Sebaliknya jika kamu konservatif bisa membuat dividend investing 70 persen, value growth investing 20 persen, dan trading 10 persen. Angka persentasenya tergantung kamu mau agresif atau konservatif. Semakin tinggi angka dividend investing dan growth investing, berarti cenderung moderat, sebaliknya semakin tinggi angka trading berarti kamu agresif.
Dengan skema ini, jika kamu konservatif, ketika melakukan trading dan stop loss tidak mempengaruhi kondisi asetmu secara signifikan. (Strategi trading harus siap stop loss dan jangan lupa take profit)
Dengan begitu, kamu juga bisa mendapatkan pertumbuhan aset dari dividen maupun capital gain dari dividend investing serta value growth investing maupun trading.
Kekurangan, dengan membagi risiko ini, kamu mungkin tidak bisa mendapatkan keuntungan besar ketika trading di saham yang booming seperti saham konglo. Misalnya, banyak cerita masuk saham PANI dari harga bawah hingga bisa jadi miliarder. Dengan cara bertaruh seluruh asetnya dimasukkan ke saham tersebut.
Cara tersebut memang terlihat cuan besar jika memang akhirnya benar, tapi bisa jadi petaka jika ternyata akhirnya tidak sesuai ekspektasi. Kembali ke pepatah, high risk high return.
Cara Membagi Alokasi Modal dengan Dana Terbatas
Pertanyaan selanjutnya, dengan dana terbatas, bagaimana investor ritel bisa membagi modalnya ketiga kategori tersebut. Untuk itu, kami akan memberikan tahapannya.
Pertama, kamu siapkan sebuah perencanaan berapa dana yang mau dialokasikan ke saham dari penghasilan bulananmu. Misalnya, target Rp1 miliar dengan menyisihkan Rp10 juta per bulan. Artinya, bisa dicapai dalam 10 tahun.
Nantinya, dari Rp1 miliar itu, kamu mau bagi, berapa persen ke aset jangka menengah dan trading. Misalnya, kamu tipe konservatif yang ingin mayoritas 60 persen ke dividend investing. Berarti, kamu bisa alokasikan Rp6 juta per bulan ke saham dividend investing pilihan.
Kemudian sisanya kamu atur, seperti Rp3 juta per bulan ke saham value growth investing dan Rp1 juta per bulan bisa untuk modal trading langsung atau dikumpulkan menjadi cash terlebih dulu dengan penempatan di reksa dana pasar uang.
Berbeda dengan saham dividend investing, untuk saham value growth investing hanya dicicil ketika harganya memang sudah murah. Jika harga sudah tinggi bisa di-switch tambahan modal ke saham dividend investing atau menjadi cash di reksa dana pasar uang yang berbeda dengan alokasi trading sebagai persiapan modal jika ada momen beli saham murah lagi.
Kedua, tentukan penggunaan dividen. Kamu mendapatkan dividen setiap tahun dari dana yang sudah dikumpulkan. Dari situ, kamu harus menentukan, dividennya mau digunakan untuk langsung re-investing ke saham yang sama, investasi ke saham dividen baru lainnya, atau digunakan untuk hal yang kamu nilai sesuai dengan kebutuhanmu untuk menumbuhkan aset.

Dengan begitu, keuntunganmu bisa bergulung menjadi keuntungan lainnya sehingga bisa merasakan compounding interest dalam jangka panjang.
Jika ternyata modalmu benar-benar terbatas misalnya hanya Rp1 juta - Rp5 juta per bulan, kamu bisa fokus untuk di saham dividend investing dan value growth investing terlebih dulu. Untuk trading bisa menunggu hasil dividen yang telah dikumpulkan atau capital gain dari investasi jangka menengah. Namun, ingat aturan porsi-nya tetap dipatuhi, jangan sampai setelah dapat dana dari dividen dan capital gain jangka menengah, ternyata porsi trading meningkat drastis.
Kesimpulan
Dengan cara ini, kamu memang tidak akan menjadi kaya dalam setahun, tapi mengarahkanmu untuk terus menumbuhkan aset. Sementara, kamu bisa fokus bekerja untuk menambahkan pundi-pundi pendapatan aktif.
Toh, saham ini adalah aset high risk sehingga kurang cocok untuk mengejar keuntungan jangka pendek. Justru keuntungan terbesar akan terlihat dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek memang memungkinkan untuk dapat keuntungan besar, tapi akan muncul risiko dari segi psikologis menjadi denial ketika kondisi market kurang bagus untuk trading.
Kondisi market terbaik untuk trading adalah saat sedang bullish, sedangkan saat sedang bearish bakal cukup sulit. Alasannya, volatilitas market menjadi sangat tinggi sehingga pergerakan harga saham secara intraday bisa signifikan. Sehingga ada potensi bukannya untung, kamu bisa mengalami risiko kerugian.
Siap mulai dividend investing dan mencari tahu saham apa yang menarik?
Kamu bisa mulai konsultasikan pilihan saham dari analisismu sendiri atau dibandingkan dengan pilihan kami dengan join Mikirdividen sekarang
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .
Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.
Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Beberapa benefit baru:
- IPO Digest Premium
- Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
- Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini